Tuhan Jangan Lewat

0
133 views
Ilustrasi: (Sr. Ludovika OSA)

Renungan Harian
Jum’at, 16 Juli 2021
Bacaan I: Kel. 11: 10-12: 14
Injil: Mat. 12: 1-8
 
“ROMO, apakah saya boleh minta tanda atau benda apa pun untuk rumah kami agar Tuhan tidak lagi mengambil salah satu anggota keluarga kami?” suara seorang ibu di saluran telepon di tengah malam beberapa hari yang lalu.

Saya tidak kenal dengan ibu tersebut karena memang bukan dari tempat di mana saya bertugas.

“Maaf, ibu apa yang bisa saya bantu? Apa yang ibu maksud dengan tanda atau benda? Ibu membutuhkan salib atau rosario atau kedua-duanya?” tanya saya memperjelas karena saya tidak mengerti apa dimaksud.

“Apa pun itu Romo, pokoknya yang bisa menyelamatkan kami,” jawab ibu itu.

“Ibu, tenang ya, apa sebenarnya yang ibu harapkan?” tanya saya dalam bingung.

“Saya boleh cerita Romo?” tanyanya.

“Boleh, silahkan,” jawab saya.
 
“Romo, dalam dua pekan ini saya kehilangan empat orang yang saya cintai. Kedua orangtua saya, adik saya satu-satunya dan suami saya. Romo, semua meninggal karena Covid-19.

Awalnya adik saya mengalami batuk pilek, dia tinggal dengan kedua orangtua  saya di rumah sebelah. Oleh ibu saya dikerok, karena biasanya begitu dan sehat kembali. Dua hari tidak sembuh, malah ibu dan ayah saya ikut batuk-batuk. Kami berpikir kena influenza (flu).

Tetapi kemudian hari berikutnya mereka demam tinggi. Suami lapor ke puskesmas khawatir kalau mereka terpapar covid. Hari itu juga mereka dijemput ambulans dibawa ke rumah sakit, dan ternyata positif covid.

Saya, suami dan dua anak saya diperiksa dan puji Tuhan kami negatif.
 
Romo, ternyata keadaan orangtua dan adik saya cukup parah. Seminggu di rumah sakit, ibu dipanggil Tuhan. Belum juga kami bisa memberi tahu bapak, esoknya bapak dipanggil Tuhan.

Romo, kami amat terpukul dengan semua itu.

Saya begitu sedih dan takut. Saya sungguh-sungguh diam di rumah, beli sayur lewat tukang yang lewat di depan rumah. Saya juga minta suami saya untuk tidak usah pergi kerja dulu.

Tetapi suami saya mengatakan kalau dia tidak bekerja kami semua justru mati kelaparan. Saya tidak tahu harus bagaimana jadi ya sudahlah, mau bagaimana lagi. Belum juga kami hilang sedih dan takut adik saya menyusul kedua orangtua kami.
 
Romo, kami berdoa sudah tidak tahu lagi mau bicara apa. Saya merasakan kengerian yang luar biasa. Saya tiap hari ribut dengan suami, karena dia masih juga kerja dan keluar cari tambahan. Saya sudah minta sudah-sudah tetapi tidak didengar.

Dan hal yang tidak saya harapkan terjadi. Suami saya pulang kerja demam tinggi dan sesak nafas. Menurut dia, sebenarnya sudah beberapa hari merasa tidak enak badan, tetapi tetap harus kerja agar kami bisa makan.

Kami semua dites lagi dan kami semua positif. Suami dibawa ke rumah sakit karena cukup parah, sedang saya dan dua anak saya isolasi di rumah. Kebutuhan obat diberi dokter puskesmas sedang kebutuhan sehari-hari kami dikirim oleh tetangga.

Romo, saya sudah tidak tahu lagi harus berdoa dengan cara apa. Dua minggu di rumah sakit suami dipanggil Tuhan. Dunia saya gelap, saya mau berteriak sudah tidak ada suara lagi, menangis sudah tidak ada air mata lagi.
 
Romo, sekarang saya masih isolasi dengan kedua anak kami. Saya tiap malam mendekap mereka jangan sampai mereka juga diambil.

Itu Romo, mengapa saya minta tanda atau benda apapun agar Tuhan tidak datang ke rumah kami dan mengambil salah seorang dari antara kami lagi,” ibu itu bercerita.
 
Saya tidak bisa berkata apa-apa, badan saya terasa lemas membayangkan apa yang dialami ibu itu. Terbayang kengerian hari-harinya berhadapan dengan maut.

Saya bertanya pada diri sendiri: “Benarkah ini Tuhan lewat? Sehingga banyak yang dipanggil menghadap-Nya? Lalu tanda apakah yang harus dipasang di palang pintu rumah agar keluarga tidak diambil?

Atau Tuhan butuh begitu banyak malaikat sehingga harus mengambil banyak umat-Nya di bumi untuk dijadikan malaikat?”

Aku tidak tahu jawabnya. Aku bergumam lagu yang kudapat dari media sosial:

“Gusti, kulo nyuwun saras, sarasing sukma… (Tuhan saya mohon kesembuhan, kesembuhan jiwa)”
 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here