Tuhan Menyapa

0
341 views
Ilustrasi: Anak-anak bermain game dengan HP. (Ist)

Selasa 21 November 2023.

  • 2Mak. 6:18-31;
  • Mzm. 4:2-3,4-5,6-7;
  • Luk. 19:1-10.

STANDAR kebahagiaAn seseorang mungkin berbeda-beda. Ada yang menjadikan harta benda, kekuasaan sebagai standar kebahagian. Ada pula yang menjadikan harta benda dan kekuasaan sebagai penopangnya untuk mencari kebahagian sejati.

Pada kenyataannya, tidak sedikit orang yang awal mulanya menjadikan harta benda dan kekuasaan sebagai penopang kebahagiaan. Tapi akhirnya malah ia sendiri yang jatuh terbelenggu oleh ambisi dan kenikmatan akan harta benda dan kekuasaan.

Bisa dianalogikan seperti seorang anak yang minta dibelikan H{ kepada orangtuanya untuk mendukung dia belajar. Namun pada praktiknya, HP tersebut malah menjadi penghambat dia belajar. Karena terlena dengan aneka hiburan dan konten yang disuguhkan oleh aplikasi di HP tersebut.

“Seseorang yang mengejar kebahagian yang berasal dari dunia ini, cenderung mentuhankan dunianya,” kata seorang bapak kepada anaknya.

“Seperti seseorang yang mentuhankan seseorang yang ia cintai, harta, jabatan, popularitas dan hal dunia lainnya,” ujar bapak itu lagi sambil memandang wajah anaknya yang lesu.

“Saya telah salah langkah Pak. Ambisi yang tidak terkendali telah membuatku rakus dan penuh ambisi untuk menikmati harta yang tidak semestinya,” sahut anaknya.

“Nafsu akan segala bentuk kenikmatan dunia telah membuatku tergelincir,” sambungnya.

“Kadang pengalaman seperti saat ini saya perlukan untuk membuatku sadar dan kembali menata hidup,” katanya dengan nada sesal.

“Jalan pertobatan menjadi jalan yang baik untuk melihat situasi saat ini yang menimpamu dan juga yang saya rasakan,” kata bapaknya.

“Aku merasakan apa yang kamu rasakan, bagaimana segala kehebatan dan kekuasaaan serta kenikmatan dilucuti darimu,” lanjutnya.

“Jangan larut dalam keterpurukan lihat ke depan jalan hidup ini masih panjang dan segala kemungkinan masih bisa terjadi,” tegas bapak itu,

Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian, ”Tetapi Zakheus berdiri dan berkata kepada Tuhan:

Tuhan, setengah dari milikku akan kuberikan kepada orang miskin dan sekiranya ada sesuatu yang kuperas dari seseorang akan kukembalikan empat kali lipat.”

Kata Yesus kepadanya: “Hari ini telah terjadi keselamatan kepada rumah ini, karena orang ini pun anak Abraham.”

Perjumpaan dengan Tuhan adalah momen yang sangat special untuk setiap orang.

Namun peristiwa perjumpaan dengan Tuhan pun tidak akan terjadi begitu saja tanpa usaha dari kita sendiri.

Kisah Zakheus adalah contoh yang dengan jelas menunjukkan hal itu. Begitu kuatnya keinginan dia untuk melihat Tuhan Yesus sehingga harus diupayakan dengan usaha pantang menyerah, menghilangkan rasa malu, membuang gengsi bahkan bertindak seolah seperti anak kecil. Di situlah Tuhan tergerak untuk menjumpainya.

Tuhan memang membenci dosa, tetapi Dia jelas tidak membenci orang berdosa. Jalan pertobatan menjadi jalan yang sulit dan berkata namun diunjung jalan itu Tuhan membentangkan tangan-Nya untuk memeluk kita.

Bagaimana dengan diriku?

Apakah aku berani meniti jalan sesulit apa pun untuk mengalami perjumpaan dengan Tuhan?

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here