Lentera Keluarga – Anugerah Terbaik dan Tanggungjawab

0
347 views

Tahun A-2. Pekan Biasa I
Rabu  29  Januari 2020.
Bacaan: 2 Sam 7:4-17; Mzm 89:4-5.27-28.29-30;  Mrk 4:1-20. 

Renungan:

PERUMPAMAAN Penabur yang diberikan oleh Tuhan Yesus kaya makna. Tidak semua tanah dan ladang di Kapernaum itu lepas dari batu dan semak. Tetapi sebelum ditanami ladang itu dibajak terlebih dahulu. Cara menabur gandum adalah dengan menyebarkan benih dengan tangan, maka tidak mengherankanlah bahwa jatuhnya di beberapa tempat. Kenyataan harian ini dicermati dan ditangkap oleh Tuhan Yesus sebagai kenyataan bahwa ada aneka cara menerima Sabda Tuhan. Sabda Tuhan tumbuh dan berbuah baik di tanah yang subur. Sebaik dan sebanyak apapun benih yang ditaburkan, kalau tidak jatuh ke tempat yang subur pasti juga tidak akan sampai bertumbuh dan berbuah baik.

Dalam hidup rohani kerap kali kita memberikan Tuhan yang tidak memberikan yang terbaik pada kita. Kita minta rejeki, pekerjaan yang layak, sehat dari sakit, diubah nasibnya, dll. Kadang kita tidak menyadari bahwa Tuhan itu telah memberikan yang terbaik kepada kita, dan kita masih memandangnya bahwa bukan yang terbaik yang diberikan kepada kita.  Pada suatu saat mungkin Tuhan menyadarkan kita: “kamu buat apa dengan pemberian yang terbaik?”.  Kita tidak punya rejeki, karena tawaran dan kesempatan yang Tuhan berikan kita abaikan dengan ketidaksungguhan kita untuk belajar dan bekerja; Kita tidak mendapat pekerjaan yang layak, karena pekerjaan yang Tuhan berikan kepada kita, tidak kita tekuni dan kembangkan. Kita tidak mendapatkan kesehatan, karena kita sendiri kurang menjaganya. 

Tuhan jika memberi kepada kita, bukanlah hal yang remeh dan ringan. Ia, Bapa yang baik, yang tahu memberikan yang terbaik kepada kita. Maka penting, kita jangan mudah mengeluh. Seraya kita tetap memohon tuntunannya, kita bertanggungjawab atas pemberian Tuhan yang luar biasa. Tantangan kita untuk mengembangkan diri kita bukan dari lingkungan atau dari orang lain, tetapi dari kemauan kita sendiri untuk mengalahkan diri sendiri : membongkar batu dan semak yang masih tersisa di dalam hati kita. Batu yang melambangkan kekerasan hati kita memegang prinsip dan tidak mau berubah. Semak luka batin kita yang menakutkan dan menghalangi kita untuk bertumbuh. Maka tugas pertama kita adalah mensyukuri anugerah terbaik yang diberikan Tuhan dalam hidup kita; menyingkirkan segala batu dan semak yang masih tinggal di hati kita; dan mengembangkan anugerah itu dengan semaksimal mungkin. 

Kontemplasi:

Gambarkanlah perumpaan penabur yang Tuhan berikan. 

Refleksi:

Apa upaya yang kubuat sehingga tanah hidupku menjadi tanah yang subur? Selain memohon penyertaan Tuhan, apa yang menjadi tanggungjawabku yang harus kupenuhi dan kuusahakan secara maksimal?

Doa: 

Ya Bapa, dengan kepercayaan bahwa Engkau telah memberikan anugerah yang terbaik bagiku, aku dengan tekun, kreatif dan sungguh-sungguh mengembangkannya. 

Perutusan:

Bersyukurlah atas pasangan hidup yang Tuhan berikan kepada anda dengan tanggungjawab untuk mencintainya dan merawatnya sebagai pemberian yang paling berharga dari Allah. Bersyukurlah atas keluarga anda, dan bertanggungjawablah untuk hidup mereka dan masa depan mereka. Bersyukurlah atas panggilan yang diberikan Tuhan kepada anda dan rawatlah panggilan dengan penuh pemberian diri, kasih dan tanggungjawab. Tuhan telah memberikan yang terbaik kepada anda. Jangan abaikan dan sia-siakan. 

(Morist MSF)

Kredit foto: Ilustrasi (Ist)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here