Lentera Keluarga – Costly Discipleship

0
223 views

Tahun C-1. Pekan Biasa XXIII
Minggu, 8 September 2019
Bacaan: Keb 9:13-18; Mzm 90:3-4.5-6.12-13.14.17; Flm 1:9b-10.12-17; Luk 14:25-33.

Renungan:

PILIHAN untuk mengikuti Yesus  itu berat dan mengandung 2 prinsip dasar yaitu totalitas dan sadar diri.  Totalitas dituntut dari Yesus untuk mengutamakanNya lebih dari segala sesuatu, bahkan ikatan-ikatan keluarga yang paling intim dan mendasar. Tetapi prinsip totalitas ini juga harus disertai dengan perhitungan yaitu “sadar diri” : sadar akan kemampuan diri. Panggilan mengikuti Yesus itu bukan hanya berbicara mengenai kesungguhan dalam mengikutiNya tetapi juga kemampuan. 

Kesungguhan itu lebih dari niat baik saja. Kesungguhan itu berarti melakukan dengan sepenuh hati, tenaga dan daya. Tetapi kesungguhan itu tidak cukup; harus juga ada kemampuan; Dan bagi kita orang beriman, kemampuan itu muncul dan merupakan berkat dari Roh Kudus. 

Dalam hidup panggilan imam dan religiuspun, ada banyak para calon iman dan religius yang berusaha sungguh-sungguh, namun juga dari yang sungguh-sungguh itu tidak lanjut dalam panggilan karena soal kemampuan. Biasanya nampak dalam hidup yang “stagnan” tidak berkembang. Ketidakmampuan itu akan menjadi bumerang bagi dirinya sendiri jika dipaksanakan dan juga kesulitan bagi orang lain. 

Dalam hidup perkawinanpun sama, beberapa orang yang mau menikah itu ketika ditanya sudah mantab, dengan yakin dan sungguh-sungguh mengatakan “sudah mantab”. Sehingga dengan lantang, kitapun menjawab : “Ya. Dengan sungguh dan iklas hati.”. Tapi yang kadang kurang disiapkan adalah bekal untuk perkawinan itu sendiri. Kadang bekal perkawinan kita sangat minim; dan akibatnya adalah kesungguhan itu sulit untuk diwujudkan. 

Kita orang baik, kita sungguh-sungguh, tetapi juga kita punya kekuatan dan keterbatasan masing-masing. Tuhan memberikan kepada kita “gift” secara berbeda untuk kepentingan jemaat. Ada yang mendapat “gift” menjadi pemimpin, pengajar, pendoa, penyembuh dll. Tetapi “gift” tanpa usaha yang sungguh-sungguh untuk mengembangkannya juga percuma. Dua-duanya harus berjalan bersama. 

Kontemplasi:

Rasakanlah bagaimana Yesus memberikan “syarat” bagi orang yang mengikutinya.

Refleksi:

Apakah dalam beriman, aku bersungguh-sungguh dan dengan tekun mengembangkan “gift” yang diberikan Allah kepadaku?

Doa: 

Ya Bapa, semoga rahmatMu memampukanku untuk semakin bersungguh-sungguh dalam hidup beriman. 

Perutusan:

Mohonlah berkat Tuhan dan bersungguh-sungguhlah dalam panggilan hidup anda.

(Morist MSF)- www.misafajava.org

Kredit foto: Ilustrasi (Ist)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here