Memberi Diri bagi Sesama

0
157 views
Ilustrasi: Akhirnya Yesus disalibkan --pertunjukan tablo oleh OMK salah satu paroki di Samarinda, Kaltim. (Ist)

MEMBERI diri bagi sesama akan menerima kembali berkali-kali lipat. Namun pemberian diri itu mesti dilakukan dengan tulus hati.

Ada seorang bapak yang hidup sederhana bersama isteri dan tiga anaknya. Ia bekerja sebagai petani di kebun karet yang ada di belakang rumahnya. Kebun karet itu tidak begitu luas, namun untuk kebutuhan hidup sehari-hari, hasilnya cukup untuk biaya hidup keluarganya.

Untuk tambahan penghasilan bagi sekolah tiga anaknya, bapak itu menerima pembuatan kusen untuk rumah. Dia juga punya ketrampilan menukang meski ia gunakan pada waktu-waktu luang usai menderes karet.

Suatu hari, istrinya berkata, “Pak, nanti masa liburan sekolah adikku dan keluarganya akan tinggal bersama kita. Memang sih, agak berat bagi keluarga kita.”

Sang suami tidak keberatan. Ia tersenyum bahagia mendengar kabar itu. Baginya, itulah kesempatan yang baik untuk menjalin relasi dengan iparnya. Apalagi mereka jarang bertemu, karena tempat tinggal yang jauh.

Dengan semangat, bapak itu berkata, “Tidak apa-apa. Kita mesti menerima kehadiran mereka dengan semangat. Nanti saya yang atur.”

Sejak itu, bapak itu bekerja lembur. Ia mencari pesanan dari pelanggan untuk pembuatan kusen. Ia berusaha untuk membahagiakan tamu-tamunya. Ia ingin mereka dapat menikmati hidup selama liburan sekolah di rumahnya yang sederhana.

Terima kembali dalam bentuk lain

Banyak orang sering mengutamakan diri sendiri. Mereka mementingkan diri sendiri terlebih dahulu baru kepentingan orang lain. Karena itu, sering terjadi tabrakan dalam hidup bersama. Terjadi perselisihan paham dalam hidup sehari-hari.

Kisah di atas memberi kita inspirasi untuk tidak mementingkan diri sendiri. Egoisme mesti dijauhkan dari diri, ketika orang ingin memberikan yang terbaik bagi sesamanya. Petani itu mau membahagiakan sesamanya, sehingga ia berani berkorban. Ia berani memberi diri meski harus berkorban demi sesamanya.

Pertanyaan bagi kita yang hidup di zaman sekarang adalah beranikah kita mau berkorban demi kebahagiaan sesama kita? Beranikah kita memberi diri secara total bagi orang-orang yang ada di sekitar kita? Atau kita takut berkorban, karena kita merasa bahwa apa yang kita korbankan itu akan hilang?

Sebenarnya ketika kita berani memberi diri, kita akan menerima banyak hal baik bagi diri kita. Kita tidak akan kehilangan sesuatu pun. Bahkan kita akan menerima banyak hal baik dari Tuhan dan sesama.

Mengapa? Karena yang kita berikan itu bukan sekedar barang, tetapi diri kita sendiri. Seluruh jerih payah kita berikan bagi sesama akan kita peroleh berkali-kali lipat.

Mari kita terus-menerus memberi diri bagi sesama yang sangat membutuhkan bantuan kita. Tetap semangat, sehabat-sahabat.

Tuhan memberkati.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here