Program Pro Life Orangtua Asuh, Best Practice Mendidik Remaja Pedalaman di Sekolah Asrama Suster Passionis di Batu (2)

0
810 views
Kegiatan bakti sosial para siswa bersama guru SMAK Yos Sudarso yang berlokasi di Batu, Jatim. (Ist)

IT is better late than never. Begitu kata orang melukiskan betapa berharganya mampu melakukan sebuah prakarsa –apa pun itu— meskipun sudah terlambat daripada sama sekali tidak berbuat apa-apa.

Program Pro Life Orangtua Asuh sejatinya lahir dari sebuah refleksi atas best practice yang diretas oleh Yayasan Sanata Bhakti Passio, lembaga pendidikan milik Kongregasi Suster Passionis (CP) di Batu, Jatim.

Yayasan Sanata Bhakti Passio mengelola SMA Katolik Yos Sudarso dan Asrama Wisma Wiyata St. Gabriel. Di sekolah Katolik dan Asrama didikan para suster CP inilah puluhan remaja asal kawasan pedalaman di luar Jawa selama ini bersekolah dan tinggal di Kota Wisata Batu, Jatim.

Program Pro Life Orangtua Asuh, Cara Suster Passionis Majukan Mentawai dan Kalbar (1)

Best practice oleh Suster CP di Batu

Awalnya, kata Sr. Kristina Fransisca CP pengampu utama Program Pro Life Orangtua Asuh ini, best practice itu dipraktikkan dengan membawa tiga remaja lulusan SMP di kawasan pedalaman dari Kalimantan Barat untuk disekolahkan di Batu. Pastor paroki dan frater di Kalbar membantu proses perekrutan ini.

“Tiga remaja -dua puteri dan satu lelaki asal Paroki Bengkayang di wilayah Keuskupan Agung Pontianak- kami sekolahkan di SMA Katolik Yos Sudarso Batu dan mereka tinggal di Asrama Wisma Wiyata St. Gabriel milik Kongregasi Suster CP,” terang Sr. Kristina Fransisca CP menjawab Sesawi.Net perihal latar belakang dirilisnya Program Pro Life Orangtua Asuh ini.

“Hasil pengamatan kami selama setahun terakhir ini menunjukkan, proses adaptasi mereka bagus, terjadi  perkembangan pribadi dan kemajuan pendidikan juga berjalan bagus,” terang Sr. Kristina Fransisca CP yang kini aktif di gerakan kemanusiaan paralegal untuk merawati korban praktik perdagangan orang ini.

Belajar dari best practice inilah –walaupun baru berjalan setahun—prakarsa lebih serius kian digalakkan oleh Kongregasi CP.

SMAK Yos Sudarso di Kota Batu – Jatim. (Ist)

Setelah sebelumnya hanya ‘merekrut’ remaja asal Kalbar, kini Program Pro Life Orangtua Asuh ini juga menyasar remaja dari kawasan pedalaman lain yakni Kepulauan Mentawai, Keuskupan Padang, di Sumatera Barat.

Rekrutmen diperoleh dengan menghubungi sejumlah guru muda asal Mentawai yang pernah mengenyam pendidikan guru di Universitas Sanata Dharma di Yogyakarta berkat program bantuan beasiswa kelompok peduli kemanusiaan.

Dari merekalah, kata Sr. Kristina, pasokan mengisi kuota calon penerima Program Pro Life Orangtua Asuh itu bisa didapatkan.

Mereka yang dianggap memenuhi syarat boleh menerima Program Pro Life Orangtua Asuh ini adalah remaja lulusan SMP di Mentawai yang orangtuanyanya masuk kategori tidak mampu.

“Mulai tahun ajaran baru 2018-2019 bulan Juli 2018 mendatang ini, kami akan menerima 25 remaja lulusan SMP dari Mentawai untuk bisa bersekolah di Batu dan tinggal di Asrama Wisma Wiyata St. Gabriel,” terang suster biarawati CP yang pernah menjadi dosen sekaligus Purek II Universitas Katolik Widya Karya di Malang selama 10 tahun terakhir ini.

Batu, Jatim: Pendidikan Karakter Siswa SMAK Yos Sudarso dengan Kegiatan Bakti Sosial

Kaderisasi remaja masa depan

Sebuah prakarsa mulia untuk meningkatkan kapasitas diri remaja asal pedalaman Kalbar dan Mentawai kini telah dirintis oleh para suster Kongregasi Passionis (CP) di Batu, Jatim.

Sukses-tidaknya program pemberdayaan kapasitas  sumber daya manusia demi memajukan kawasan pedalaman di Kalbar dan Mentawai ini tentunya akan sangat tergantung pada sejauh mana banyak orang terpikat mau berpartisipasi mendukung prakarsa mulia ini.

Ilustrasi: Pertemuan Mentawai Summit tahun 2013 di mana Bupati Kabupaten Mentawai Yudas Sabbagalet berniat mengajak segenap LSM untuk bermitra dengan pemerintah lokal membangun potensi daerah di gugusan pulau Mentawai, Sumbar. (Mathias Hariyadi)

Inilah saatnya, Gereja dan Umat Katolik  jangan lagi merasa diri sudah terlambat melakukan program ‘kaderisasi’ jangka panjang  yang selama ini sering didengung-dengungkan banyak pihak merespon fenomena sosial yang kini berkembang di masyarakat. Program Pro Life Orangtua Asuh ini boleh dibesut sebagai best practice ‘kaderisasi’ di bidang pendidikan melalui sekolah dan asrama.

Tujuannya tidak lain adalah terciptakannya sosok-sosok muda para calon pemimpin potensial bagi Gereja dan masyarakat di masa mendatang.

Mendidik mereka secara formal di lingkungan sekolah dengan benar dan tertib sama artinya kita meningkatkan kapasitas  remaja asal kawasan pedalaman ini dengan capaian keilmuan yang memadai, memiliki kepribadian berintegritas, beriman Katolik yang kokoh, dan berjiwa nasionalis.

Program Pro Life Orangtua Asuh besutan Suster Kongregasi Passionis di Batu adalah jawaban atas semua kebutuhan urgen tersebut. (Berlanjut)

Bupati Yudas Sabbagalet: Kemitraan dengan LSM untuk Membangun Mentawai (1)

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here