Serba Natal Rasa Vietnam: Natal, Ini Pesta Sekaligus Perayaan Ekaristi (3)

0
2,931 views

DA NANG  pada era Perang Vietnam  dulunya merupakan basis pangkalan utama US Army. Kini, tahun-tahun setelah perang dahsyat yang pernah memporak-porandakan Vietnam itu, Da Nang makin berkembang menjadi sebuah kota kosmopolitan baru.

Tentu saja, dalam banyak hal Da Nang juga bersolek ria. Tak terkecuali para penduduknya.

Sejak dibuka penerbangan langsung dari KL menuju Da Nang, arus turis asing makin membludak membanjiri Da Nang. Misa Malam Natal di Katedral Da Nang yang super dingin pun juga tak luput dari kerumunan para turis asing, selain umat katolik lokal.

Misa super meriah

Malam itu, Da Nang yang berlokasi tak kurang 604 km arah Utara dari Ho Chi Minh City –nama kini untuk Saigon—seperti terang benderang yang dikerumuni “laron”. Bangunan dalam gedung Gereja Katedral dibiarkan kosong –kali ini malah menjadi semacam tempat “ganti” bagi para pemain operet; sementara lapangan depan disulap menjadi arena pertunjukan dan panggung misa akbar.

Misa Malam Natal dimulai, tak lama setelah gegap gempita acara pergelaran tablo Natal selesai. Koor yang membahana berpadu dengan khitmadnya ribuan umat katolik yang memadati sudut-sudut halaman luar gereja. Anak-anak nekad memanjat tembok dan pagar depan gereja untuk bisa menyaksikan langsung “pertunjukan” agung bernama Misa Malam Natal.

Mengapa menjadi sebegitu meriahnya?

Annie –seorang anggota OMK (Orang Muda Katolik) Paroki Katedral Da Nang—berkisah demikian. Di negeri sosialis seperti Vietnam seperti sekarang ini, tak banyak hiburan umum tergelar. Maka dari itu, sebuah misa Natal pun oleh khalayak ramai juga bisa dipersepsi sebagai “tontonan” massal.

Itulah yang membuat saya pertama-tama heran, kenapa para umat pengikut ekaristi Misa Malam Natal ini sepertinya malah terkesan show off  dengan dandanan yang sedikit agak berlebihan menurut ukuran Indonesia. Gadis-gadis manis dengan gaya berdandan memakai pullover. Sementara pinggangnya dibalut mini skirt berbalut stocking untuk menahan hawa dingin. Stilletto dan high heels makin membuat indah tampilan kaki-kaki jenjang wanita Vietnam. Sebagian lagi memakai sepatu lars panjang menutupi betis indah mereka.

Komuni berpayung

Misa Malam Natal tanggal 24 Desember yang dimulai pukul 20.00 waktu setempat itu dipimpin oleh Uskup Da Joseph Chau Ngoc Tri  bersama sejumlah imam. Ekaristi itu sendiri berjalan sangat khitmad, meski ribuan umat katolik rela berdiri berjam-jam untuk mengikuti perayaan ekaristi secara mirunggan (meriah) ini.

Saya tidak tahu bahasa Vietnam, namun atmosfir keceriaan membahana dimana-mana. Tak ayal, ketika acara komuni berlangsung, ratusan umat segera “menyerbu” barisan komuni dimana imam dan suster diapit oleh muda-mudi panitia Natal  berpayung. Di Indonesia, biasanya dua misdinar berdiri mengapit prodiakon atau suster pemberi komuni.

Di Vietnam agak sangat tak lazim umat menerima komuni dengan tangan terbuka. Mereka biasa menerima komuni dengan “gaya lama” yakni menjulurkan lidah. Sementara, seorang asisten juga ikut “menjulurkan” semacam penadah jangan-jangan hosti ini nantinya tak sampai tertelan masuk mulut dan kemudian malah jatuh ke bawah.

Ucapan “Salam Damai” dengan jabat tangan juga tak terjadi, Padahal, sejatinya  saya sudah bersemangat ingin memberi ucapan itu sembari mengatakan: “Ini lsaya datang dari Indonesia”; sekedar ingin mengungkapkan perasaan bersatu sebagai saudara dalam satu iman dalam Gereja Katolik.

Umat Katolik di Vietnam biasa “membahasakan”  Salam Damai itu dengan cara lain: memberi anggukan kepala, tanda hormat.

Kegembiraan OMK

Akhirnya, ekaristi Malam Natal pun usai. Tak lazim seperti di Indonesia, umat katolik Vietnam pun langsung bubar. Nyaris tak banyak orang saling memberikan salam dan ucapan Selamat Natal. Satu-satunya pengalaman saya disalami dan diberi ucapan “Merry Christmas” justru datang dari para turis katolik dari belahan dunia lain yakni Amerika.

Mereka ini adalah umat katolik dari AS namun berdarah Vietnam yang sejak lama telah beremigrasi ke AS ketika Perang Vietnam masih berkecamuk di negeri ini. Suasana kegembiraan meluap terjadi, ketika puluhan anggota OMK Gereja Katedral Da Nang mengungkapkan keceriaan mereka dengan berpose bersama untuk jepretan Mat Kodak.

Saya pun diundang untuk berfoto bersama mereka, karena kebetulan ketua organisasi pemuda katolik di Da Nang pagi sebelumnya menyempatkan diri makan bareng di sebuah warung. Teman-teman  katolik asli Vietnam yang telah membuka akses perkenalan ini.

Di Da Nang, gemerlap Misa Malam Natal bercampur ria dengan gairahnya  anak-anak muda yang bersuka cita mensyukuri gawe ritual ini telah rampung tanpa hambatan.

Da Nang –perlahan namun pasti—makin bersolek menampakkan keindahannya.

 

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here