Seri Pastoral OMK: Pendamping ala Pengelola Kafe, Ciptakan Supported Circumstance (16)

0
300 views
Berkumpul bersama para OMK.

DI banyak tempat khususnya yang daerah sekitaran kota, orang muda akrab dengan kafe.

Kafe menjadi tempat nongkrong. Di sana mereka dapat berbagi cerita, tukar pikiran, mengerjakan tugas, curhat atau rapat. Suasana kafé memberikan nuansa tersendiri sehingga membuat mereka betah berada di sana. Menu beraneka macam minuman, view yang bagus, musik yang lembut dan familiar dan koneksi wifi gratis, membuat keberadaan mereka di sana terasa asik.

Meraka suka pergi ke kafe, karena ada kaitannya dengan kebutuhan mereka. Mereka yang berada di kawasan kota umumnya memiliki beberapa kebutuhan berikut yang perlu diperhatikan.

Pertama, mereka itu butuh santai untuk memulihkan pikiran dan badan dari kepenatan hari yang diisi oleh kerja, tugas studi dan kemacetan yang menjemukan.

Kedua, mereka butuh aktualisasi diri supaya bebas menjadi diri sendiri. Dengan lain kata, mereka ingin membangun relasi yang lepas dari aneka jenjang dan strata.

Ketiga, tidak dapat dipungkiri mereka membutuhkan kelompok atau grup untuk menerima mereka. Kelompok yang dimaksudkan bukan dalam kerumunan massal tetapi dalam relasi yang intensif yang memberi afirmasi keberadaan mereka. Sedikit ga papa asal berarti.

Keempat, di daerah kota umumnya orang akrab dengan bangunan, tembok dan kepadatan sehingga butuh ruang luas untuk tinggal.

Kegiatan liturgikal bersama OMK.

Pendampingan ala pengelola Kafé

Konsep kafe dapat membantu kita untuk memikirkan model pendampingan. Pendamping mengimajinasikan gereja paroki atau komunitas orang beriman atau OMK paroki itu seumpama suatu kafe.

Dalam kafe itu tersedia banyak meja dengan kursi-kursi. Setiap meja menjadi satu ajang kumpul sebuah kelompok.

Dapat dibayangkan dalam gereja itu ada aneka grup atau kelompok yang berkumpul (Legio, KKMK, remake, KTM, Karismatik Muda, fotografer dst). Setiap meja tentu memiliki aktivitas dan penggerak yang berbeda-beda. Please jangan membayangkan tentang suatu kelompok besar di dalam suatu kafe.

Nah, tugas pengelola kafe ialah memfasilitasi agar pertemuan di setiap meja terjadi dan terus berlangsung. Pendamping perlu membangun “jaringan wifi” yang membuat mereka terkonek satu sama lain. Ia berpikir bagaimana iklim Roh Pemersatu hidup di antara beragam meja itu sehingga walaupun kesannya tak berkontak langsung tapi mereka menghormati satu sama lain.

Pendamping jugadapat menawarkan buku menu yang berisi aneka tawaran (program-aktivitas) kepada setiap meja. Sehingga tanpa disadari mereka makan menu yang serupa. Isi perut mereka sama.

Tawaran menu ini bisa berisi aneka menu kreatif yang dapat disantap oleh mereka. Untuk itu pendamping perlu punya beberapa partner yang dapat keliling ke setiap meja. Partner ini mesti mengenal menu tersebut sehingga ketika ditanya dan diminta menjelaskan, ia dapat dengan meyakinkan mereka untuk memesannya.

Kadang kala pendamping dapat membuat suatu program yang mempersatukan mereka dengan misalnya menampilkan pertunjukan dari tokoh atau grup tertentu yang membuat mereka terpusat pada satu hal. Ini baru aktivitas yang menyatukan mereka. Tak jarang sang pengelola kafe menawarkan atau memberikan gift kepada pengunjung.

Catatan untuk pendamping

  1. Pembina sebaiknya memupuk kemampuan bersosialisasi dan berjejaring khususnya dengan pioneer atau penggerak kelompok.
  2. Ia memiliki beraneka referensi untuk menggali trend dan persoalan OMK.
  3. Ia memiliki team kreatif yang dapat mengolah “menu”.
  4. Ia membantu bertumbuhnya kelompok-kelompok yang ada.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here