UNTUK urusan menyelamatkan warganya, Israel memang paling getol mengupayakan apa saja asalkan bisa pulang selamat. Untuk Gilad Shalit yang sejak tahun 2006 disekap Hamas di sebuah tempat rahasia di Palestina, Kabinet Israel pimpinan PM Benjamin “Bibi” Netanyahu akhirnya bersedia “tukar guling” agar serdadu Israel ini bisa pulang kampung dan selamat.
Setelah tiga jam melakukan perdebatan, akhirnya Kabinet Israel setuju mau membebaskan puluhan tahanan politik Palestina untuk dan demi satu warga Israel: Gilad Shalit.
Peluang emas
Menurut juru bicara Israel, kesediaan Hamas untuk membebaskan Shalit merupakan “peluang emas” yang harus segera direspon. Maklumlah, berbagai upaya selama lebih 5 tahun yang pernah diupayakan pemerintah Israel selama ini sepertinya kandas.
Shalid dinyatakan hilang sejak ikut patroli keamanan di Gaza tahun 2006. Sejak hilang, kasus Shalid seperti “duri dalam daging” dalam pemerintahan Israel, karena desakan publik agar pemerintah mengupayakan apa pun demi mencari kepastian dimanakah Shalid berada. Masih hidup atau sudah tewas; dan kalau tewas, jenazahnya dimana?
Ditentang kubu ultra-kanan
Upaya mendapatkan kembali Shalid sebenarnya mendapat tentangan keras dari anggota kabinet garis keras yang dimotori Menlu Avigdor Lieberman dengan dukungan beberapa anggota kabinet dari kubu Yisrael Beiteinu. Beberapa menteri dari Partai Likud pun menolak keras gagasan membebaskan puluhan tahanan Hamas hanya demi nyawa seorang anggota Israel Defense Force (IDF) bernama Gilad Shalid.
Untunglah, PM Benjamin Netanyahu dan Menhan Ehud Barak berdiri di belakang “nasib baik” Shalid. Sebagai mantan anggota pasukan elit di jajaran IDF, baik Netanyahu dan Barak sangat paham, di medan perang nyawa menjadi barang taruhan yang murah harganya di hadapan lawan. Ketika harus menerima kenyatan menjadi tawanan pihak lawan, mereka tahu betul risiko upaya membebaskan secara militer.
Setelah berkali-kali melakukan operasi militer di Gaza tanpa hasil, rupanya jalur diplomatik menjadi upaya terbaik untuk mencari solusi yang saling menyenangkan kedua belah pihak.
Jasa Mesir
Siapa mengira, kalau negosiasi di bawah meja itu sudah berjalan lebih dari 64 bulan? Delegasi Israel –menurut bocoran koran terkemuka Haaretz yang terbit di Tel Aviv—David Meidan, sementara pihak Hamas diwakili oleh Ahmed Al-Jabari dari faksi militer Hamas.
Diam-diam Cairo menyediakan semua fasilitas perundingan itu. Tak kurang kepala intelijen Mesir Jenderal Murad Muwafi ikut menyemai bibit-bibit perundingan dari dua kubu yang saling bermusuhan ini.