Screening Film dan Diskusi bersama Wregas Bhanuteja di STF Driyarkara

Screening Film dan Diskusi bersama Wregas Bhanuteja di STF Driyarkara. (Ist)

HARI  Senin, 14 Mei 2018 di STF Driyarkara, Jakarta dilangsungkan acara screening film dan diskusi dengan narasumber utama sineas muda Indonesia Wregas Bhanuteja. Acara ini diselenggarakan oleh Sindikat Senen, sebuah kelompok diskusi mahasiswa STF Driyarkara yang secara rutin mengadakan pertemuan setiap hari Senin. Beberapa mahasiswa STF hadir dalam acara ini.

Terdapat enam film yang diputar di acara ini, yakni tiga film karya Wregas: Lemantun, Lembusura, dan Prenjak serta tiga film pendek pemenang Lomba Video Pendek Dies Natalis ke-49 STF Driyarkara. Turut hadir pula dua pemenang lomba tersebut.

Proses kreatif

Dalam sesi diskusi, Wregas membagikan proses kreatif yang dijalaninya untuk membuat film. Dalam film-filmnya ia lebih mengedepankan unsur realisme dan true story yang inspirasinya diperoleh dari kehidupan sehari-hari di sekitarnya.

Suasana diskusi.

Aspek simbolik dan artistik menurutnya kurang dominan di dalam film-film karyanya. Kendati demikian ada juga penonton dan pengamat yang justru menangkap aspek tersebut dan menafsirkannya secara lain dari yang dimaksudkannya.

Wregas juga menceritakan tegangan yang dialaminya berkaitan dengan gaya film, yakni antara ingin membuat film sesuai idealismenya atau mengikuti selera pasar. Tegangan lain yang dialaminya adalah antara mementingkan makna dan pesan film atau menghasilkan film yang artistik dan unik.

Ia menyadari bahwa konsumen film di Indonesia cenderung lebih menyukai film populer dengan efek yang spektakuler. Oleh sebab itu, ia yang cenderung menekankan pesan dalam film-filmnya lebih memilih untuk menawarkan filmnya ke luar negeri.

Seluk-beluk proses kreatif membuat film pendek.

Tanggungjawab sosial

Di akhir diskusi, Wregas menyadari bahwa pembuat film tidak selamanya dapat membuat film hanya demi seni, idealisme pribadi, atau aktualisasi dirinya. Pembuat film memiliki tanggung jawab sosial untuk memperbaiki keadaan masyarakat. Menurutnya,  film adalah alat yang sangat efektif untuk mempengaruhi pikiran para penontonnya.

Oleh sebab itu, ia selalu berhasrat memproduksi film-film yang dapat membawa masyarakat ke arah yang lebih baik. Contohnya, dalam film-filmnya ia selalu menunjukkan keberpihakan pada kaum yang tersudut atau tersingkir dari masyarakat.

Ini penting mengingat dewasa ini ada beberapa film populer bermuatan ideologi tertentu yang hendak mempengaruhi masyarakat ke arah negatif, seperti menjadi radikal, intoleran, dan terpecah belah.

Peserta diskusi dan narasumber.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here