Aduuh…Ketahuan: Agen Iran Incar Dubes Saudi di AS

0
1,189 views

SUDAH bisa ditebak, hari-hari mendatang hawa panas politik yang melibatkan AS dan mitra dekatnya di Timur Tengah yakni Arab Saudi melawan Iran akan memenuhi halaman muka media massa dan layar TV. Ini dipastikan akan mencuat, tak lama setelah Washington memergoki Iran diam-diam telah menyiapkan agen-agennya di AS untuk mengincar duta besar Arab Saudi di AS.

Menlu AS Hillary R. Clinton tampaknya tak bisa menyembunyikan berangnya, setelah Jaksa Agung AS Eric Holder melansir keterangan mengagetkan, Iran berada di balik rencana pembunuhan terorganisir dengan sasaran jelas yakni Dubes Arab Saudi berkedudukan di Ibukota AS Washington. “Rencana jahat itu dirancang, didanai, dan dikendalikan langsung oleh Teheran,” kata Eric Holder sebagaimana muncul dalam berita breaking news di BBC dan CNN.

Sejak lama

Keterangan Jakgung AS itu mengemuka, setelah dua tahanan berkebangsaan Iran dengan terus-terang mengaku pihaknya merupakan agen rahasia Iran yang mendapat perintah langsung dari Garda Revolusi Iran—nama resmi Angkatan Bersenjata Iran.

Lazimnya di panggung politik, Teheran buru-buru membantah keterangan pejabat AS ini. Apalagi setelah Kementerian Luar Negeri AS mengeluarkan peringatan serius bahwa “penemuan mengagetkan” ini dengan gamblang telah menyuguhkan rencana diam-diam Teheran untuk menyasar para personil Korps Diplomatik sebagai buruan mereka. “Ini sama saja kegiatan terorisme,” demikian bunyi kawat peringatan itu.

Pengakuan mengagetkan itu datang dari mulut  Manssor Arbabsiar , 56 tahun, warga AS keturunan Iran yang punya paspor ganda (AS dan Iran) karena proses naturalisasi.  Pengakuan kedua datang dari mulut  Gholam Shakuri yang diyakini anggota pasukan elit Garda Revolusi.

Arbabsiar ditahan saat baru mendarat di Bandara Internasional John F. Kennedy tanggal 29 September lalu.

Pertanyaannya adalah mengapa Arab Saudi menjadi target sasaran Iran?  Ini bisa dijawab dengan merunut ke belakang dimana terjadi perbedaan tajam di antara penganut Islam aliran Wahabi di Arab Saudi dan kelompok Islam aliran Shiah di Iran. Perbedaan ini mengemuka sejak Teheran digoyang Revolusi Islam oleh pemimpin karismatis Iran Ayatollah Rohullah Khomeini tahun 1979 silam.

Selain persoalan agama, baik Teheran dan Arab Saudi sama-sama bersaing memerebutkan posisi strategis di kawasan Timur Tengah sebagai “penguasa setempat”. Belum lagi, keduanya diam-diam bersaing dalam menempatkan diri pada proxy war yang berlansung saat Perang Irak-Iran, perang melawan terorisme di Afghanistan, gejolah politik di Libanon dan tentu saja di Palestina.

Teheran marah besar kepada Riyadh, setelah  pemerintah Arab Saudi melakukan intervensi politik dan militer atas gejolak di Bahrain dimana mayoritas warganya beraliran Islam Syiah.

Inggris yang menjadi sekutu AS di daratan Eropa mendukung langkah Washington yang berupaya menekan dunia internasional segera menghukum Teheran atas terbongkarnya skandal rencana pembunuhan tingkat tinggi ini.  “Ini memalukan,” kata PM Inggris David Cameron.

Untuk menjadi pembunuh bayaran dengan target Dubes Arab Saudi Adel al-Jubeir di Washington itu, konon telah disediakan dana sekitar 1,5 miliar dolar AS.