Babak Baru Hidup Ignatius: Peziarahan Batin (3)

0
2,065 views

google | SESAWI.NET

PERISTIWA di Benteng Pamplona adalah awal perjalanan batin dan hidup spiritual baru bagi Inigo. Karena terserempet pelor meriam itu, hari-hari panjang hidup Inigo selanjutnya diwarnai oleh sebuah ”perubahan besar”.

 

Selama menjalani hari-hari sakit di atas bed itulah, ia masih tetap ingin menghibur diri dengan membangunkan ”impian-impian lama” tentang kemahsyuran yang ingin digapainya. Namun, semuanya menjadi buyar ketika mendapati cirinya sekarang pincang dan hanya bisa tidur menikmati har-hari yang panjang dengan rasa sakit yang tiada terkira. Untuk menghibur diri, ia minta perawat menyediakan buku-buku bacaan.

Inigo sejak lama menyukai buku-buku roman sekaligus kisah-kisah heroik para ksatria. Nah, di rumah sakit tempatnya dirawat, kedua jenis buku itu tidak tersedia. Yang ada hanya kisah para santo-santa dan riwayat hidup Yesus Kristus. Mau tak mau, ia lalu mengisi hari-harinya dengan bacaan-bacaan rohani tersebut.

Meneladan hidup para kudus

Ternyata, Roh Tuhan berkarya ”mengubah” hati manusia melalui buku-buku bacaan rohani. Berkat bacaannya itulah, Inigo mulai memikirkan hidupnya di masa lalu dengan sangat serius. Entah kenapa, dia tiba-tiba ingin mengisi hidupnya dengan hal-hal yang lebih ”terhormat” di mata Tuhan seperti yang dia temukan dalam kisah para santo-santa itu. Hidup dalam  kesucian dan tatanan hidup batin yang sangat terarah pada Tuhan itulah yang kemudian mengisi relung-relung jiwanya hingga ia ingin meneladan hidup para santo-santa.

Inigo belum tahu persis harus berbuat apa dan bagaimana guna merespon gejolak hatinya. Namun di dalam lubuk hatinya yang terdalam, ia tahu dan mau ”berjanji bahwa dengan bantuan rahmat Allah, dia akan melakukan apa saja yang dulu pernah dilakukan oleh para santo-santa itu.”

Guna mewujudkan keinginannya yang mendadak sontak ingin menjadi ”lebih suci” itu, Inigo menyatakan ingin berziarah. Yerusalem di Tanah Suci menjadi destinasi yang harus ia tempuh. Segera setelah sembuh dari pembaringan, ia akan ikut sebuah pelayaran menuju Tanah Terjanji. Tak hanya itu saja, Inigo pun ingin  melakukan segala penitensi dan melakukan puasa karena telah ”digerakkan oleh Roh Allah sendiri”.

Berkat keinginan-keinginan suci seperti itu, Inigo mulai bisa melupakan masa lalu hidupnya. Terjadilah sebuah ”revolusi batin”, ketika Inigo mengalami  perubahan orientasi hidupnya. Ini dikuatkan oleh sebuah penampakkan berikut:

”Pada suatu malam ketika ia masih berjaga, dengan jelas ia melihat gambaran Santa Perawan Maria dengan Kanak-kanak Yesus. Dari penglihatan ini, ia mengalami suatu penghiburan hati yang begitu mendalam dalam waktu yang cukup lama. Sekaligus juga, ia merasa muak dengan seluruh hidupnya di masa lampau, khususnya yang berkaitan dengan hal-hal kedagingan. Sejak itu, semua gambaran yang telah terpatri dalam pikirannya seolah-olah dihapuskan.”

”Akibatnya, sejak saat itu sampai bulan Agustus 1553, ketika peristiwa ini ditulis, Inigo tidak memiliki keinginan sedikit pun terhadap hal-hal kedagingan. Karena pengalaman ini, dia lalu berkeyakinan bahwa hal itu terjadi karena karya Allah sendiri. Meskipun ia tidak berani mengatakannya dengan pasti, namun baik kakaknya maupun semua anggota keluarganya mengetahui bahwa dari penampilan luar telah terjadi perubahan di dalam jiwa Inigo.”

Sejak itu, kalau Inigo berbicara dengan orang-orang serumah, maka yang dia omongkan hanya hal-hal yang menyangkut Allah. Pernah juga muncul di benaknya untuk masuk biara Kartusian di Sevilla (Spanyol) sebagai silih (tanda pertobatan) atas hidupnya di masa lalu.  Namun keinginan itu lalu dia urungkan, karena Inigo khawatir kalau-kalau hidup di biara itu ia tidak bisa melampiaskan rasa benci terhadap hidupnya di masa lalu. (Bersambung)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here