Berbagi dan Berbelarasa

0
404 views
Semangat berbagi. (Ist)

Puncta 25.07.21
Minggu Biasa XVII
Yohanes 6: 1-15

SUATU hari, Bunda Teresa dari Kalkuta, orang suci bagi kaum miskin dari India, mendengar kabar bahwa ada seorang janda Hindu dengan delapan anak tidak mendapat makanan. Ibu dan delapan anaknya itu sangat kelaparan.

Lalu, Suster Teresa membawa beberapa liter beras kepada keluarga miskin itu.

Sesampai di rumah sang janda, Suster Teresa memberikan beras itu kepadanya. Ketika ibu itu menerima beras yang didapatnya, ia langsung membaginya dalam dua bagian.

Kemudian, janda itu pergi dan membawa sebagian yang sudah dibaginya.

Selang beberapa menit sang janda itu kembali.

Bunda Teresa bertanya, “Tadi, Ibu pergi ke mana? Dan buat apa?”

Janda itu menjawab, “Saya mengantar sebagian beras yang Ibu beri kepada tetangga Muslim yang juga sedang kekurangan.”

Pada saat itu, Suster Teresa tidak bisa berkata-kata.

Dalam batinnya, ia berkata, “Dalam hati janda miskin ini ada rasa empati yang mendalam terhadap sesamanya. Dalam kekurangannya, ia masih bisa memikirkan orang lain dan tergerak hati untuk menolong sesamanya yang kekurangan sama seperti dirinya.”

Mahatma Gandhi, tokoh kemerdekaan India pernah mengatakan, “Harta kekayaan alam ini akan cukup untuk tujuh keturunan bangsa manusia, tetapi tidak cukup untuk tujuh orang rakus yang serakah budinya.”

Puncta Lovers

Dalam peristiwa pergandaan lima roti dua ikan untuk lima ribu orang, Yesus mengajarkan empaty dan belarasa kepada kita.

Para murid diajak memikirkan nasib orang lain, “Di manakah kita akan membeli roti, supaya mereka ini dapat makan?”

Para murid (Filipus dan Andreas) seolah mau lepas tangan dan tidak mampu bertindak. Kecenderungan jelek kita ialah mau lari dari tanggungjawab.

Seorang anak kecil punya lima roti jelai dan dua ikan, tetapi apalah artinya bagi banyak orang? Apa yang tidak mungkin dalam pikiran manusia, bisa mungkin bagi Allah.

Yesus menerima yang tidak mungkin itu; lima roti dan dua ikan. Ia mengucap syukur dan memecah-mecahkan roti itu. Ia menyuruh para murid untuk membagikannya.

Ketika ada kerelaan dan ketulusan berbagi, maka apa yang dianggap kurang akan bisa mencukupi, bahkan berlebih.

Sebaliknya kalau kita hanya berpikir egois dan serakah, seberapa pun banyaknya yang ada pada kita, rasanya tetap akan kurang.

Ada banyak contoh nyata di masa pandemi ini. Orang-orang kecil, sederhana, miskin saling berbagi untuk menolong sesamanya.

Sementara orang hebat malah mengkorupsi bansos, menimbun oksigen, jual jasa kremasi, minta imbalan dan mempersulit birokrasi.

Ada yang tega mencari untung di atas penderitaan sesama.

Di masa darurat Covid-19 ini, dibutuhkan empat9 dan belarasa yang tinggi. Tanpa itu kita hanya jadi manusia kerdil yang tidak berbudaya dan adab.

Mari kita belajar dari anak kecil yang berbagi lima roti dan dua ikan itu.

Kalau kita sering jalan mundur.
Merangsang otak agar tidak mudah lupa.
Pribadi yang berbudi luhur,
Mereka yang mau berbagi dan berbelarasa

Cawas, selamat jalan Romo Bagyo Pr….

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here