Catatan Driver Ojol: “Earth Song” Michael Jackson di Masa Pandemi

0
258 views
Earth Song by Michael Jackson by Ist

INI catatan kecilku lagi. Di hari Rabu Legi, dinihari 14 Juli 2021

Gak tau kenapa, malam ini tepatnya dinihari ini aku gak bisa langsung terlelap tidur.  Detak jam sudah melewati jam nol nol. Klesak klesik istilah Jawane. 

Tanpa banyak keluh, aku beranjak dari tempat tidur menuju kursi kemalasanku. 

Kubuka HP dan seperti kebanyakan orang. Mata ini langsung tertuju pada YouTube.  Kubuka tautan sejuta umat itu. 

Tanpa mencari-cari mana yang akan kutonton, tiba tiba muncul begitu saja sebuah video konser Michael Jackson di halaman tautan YouTube yang kubuka. 

Video konser ini sudah sering kali aku tonton. Bahkan sampai puluhan kali. Dan aku tidak pernah bosan-bosan melihatnya.

Mungkin karena sering aku tonton, maka sering kali pula video klip itu muncul di halaman pertama YouTube yang kubuka di HP. 

Video klip berjudul Earth Song ini yang akhirnya menemani kegelisahanku dini hari ini.  Kunikmati alunan musik dan seni artistik konsernya. 

Terutama ketika Michael Jackson berdiri menghadang tank dan berhadapan dengan pucuk senapan.

Kemudian video konser itu ditutup dengan perform Michael Jackson dan seorang tentara yang saling berhadapan lalu sama sama tertunduk dan menunduk.

Seni drama panggung di balik lagu yang sangat fantastik. 

Menurutku, lagu ini relevan bila kita nyanyikan saat ini. Bahkan aku ingin usul kepada dunia supaya hari hari ini semua orang mendengar lagu ini sekaligus menyanyikannya bersama.

Dari rumahnya masing-masing, dari warungnya masing masing, dari kantornya masing-masing, dari setiap tempat di mana mereka berada saat ini.

Mengingat pandemi yang makin menggila ini, lagu ini seraya membawa kita pada kontemplasi ini. Sejatinya bumi tempat kita berpijak ini sedang menyanyikan tangisannya.

Bumi yang renta dan rentan ini sedang gundah gulana, sedang meronta, dan sedang meratap.

Bumi ini sedang solider pada kemanusiaan manusia-manusia yang menetap di atas tanahnya. Sebagai ibu, tak ingin anak anaknya menderita menghadapi kejamnya pandemi di mana-mana.

Mungkin saja, langit juga mendengarnya. Sebagai bapak, mungkin langit juga tidak tega melihat anak anaknya berada dalam kecemasan dan kekalutan.

Tetapi di lain pihak bisa juga bumi ini meronta karena kelakuan kita padanya.

Lagu Earth Song menceritakan tentang korban perang senjata dan ketidakadilan dunia.

Aku rasa lagu ini masih relevan saat ini meski bukan perang senjata. Melainkan perang dengan pandemi virus yang ganas ini beserta konsekuensi logis yang mendera kita semua saat ini.

Banyak orang yang tidak hanya menjerit dan merintih tetapi banyak yang menangis sejadi jadinya.

Nyanyian tangisan-tangisan itu seraya ada di mana-mana.

  • ketika aku menyusuri jalanan Yogya;
  • ketika aku menjalankan orderan;
  • ketika aku nongkrong di angkringan;
  • ketika aku menunggui warung yang menyiapkan pesanan;
  • ketika aku numpang ngecas di sebuah warung lesehan;
  • ketika itu pula aku bertemu dengan wajah-wajah representasi kegalauan.

Efek PPKM bagi “rakyat jelata”

Refren setiap obrolan bermuara pada satu lingkaran fakta efek pandemi, efek PPKM dan efek penyekatan yang menurut cara pandang rakyat jelata kadang tidak fair, tak logis dan diskriminatif. 

Dari mulut mereka, aku mendengar sendiri keluh-kesah para pedagang kaki lima sampai dengan para tukang parkir.

Secara umum, mereka mengatakan demikian.

Kalau begini terus, jur piye le arep neruske usaha, piye le arep nyambung urip, piye le arep setoran karo bose, piye le arep nyelengi nggo biaya sekolah anake, piye le arep bayar sewa rukone, piye le arep ngirim bulanan nggo anak bojo neng kampung,  piye le arep….dst.”

Memang tidak bisa dipungkiri bahwa melawan pandemi ini harus disiasati dengan tidak berkerumun, jaga jarak dan dengan segala prokes sesuai anjuran pemerintah.

Mereka menyadari itu. Tapi menjadi pertanyaan, apakah memang “harus terus begini?”.

Where did we go wrong?

Merujuk pada pertanyaan seperti salah satu kalimat dari syair di lagu Earth Song: “Where did we go wrong?”

By the way, mari sejenak bersama-sama tunduk dan menundukkan kepala pada kenyataan.

Bukan untuk menyerah pada keadaan, tetapi untuk menegakkan dada menghadapi pandemi ini.

Seperti almarhum King of Pop Michael Jakson tidak lari dari hadangan tank, tetapi justru menghadapinya dengan tegak. 

Mari bernyanyi bersama bumi tempat kita berpijak ini.

Aaaaaaaaaaaaaakhhhhhh.

Huuuuuuhhuuuuuuhhuuuu.

Mari kita terus berdoa.

  • Supaya yang sakit kovid tetap kuat dan segera sembuh;
  • Yang isoman segera pulih sehat;
  • Para dokter dan nakes tetap sehat;
  • Kita semua selalu sehat dan kuat. 

Tabik.

goro/catatan ojol/13/07/21

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here