Catatan tentang Agats Asmat: Cuaca Cepat Berubah dan Hidup Tergantung Air Hujan (3)

0
1,156 views
Perjalanan lewat sungai kecil (kali potong) yang menghubungkan dua sungai besar memang memerlukan petunjuk kapan air pasang naik dan kapan surut supaya tidak terjebak di tengah perjalanan. (Albertus Istiarto)

DARI komunikasi seluler dengan para imam yang kini menjadi pastor dan tenaga pastoral lainnya di Keuskupan Agats yang meliputi Kabupaten Asmat, memang lokasi wabah campak ini sudah merata ke seluruh wilayah Keuskupan di bagian barat. Terutama wilayah Paroki Sawa Erma dan Yamasy serta Komor.

Oleh karena itu, Kota Agats dan Sawa Erma menjadi bagian penting untuk aksi solidaritas penanggulangan bencana.

Awalnya, wabah itu muncul di  kampung yang terletak di perbatasan Kabupaten Mimika dengan Kabupaten Asmat dengan

Kota Agats sebagai pusat

Di Agats inilah terdapat Keuskupan Agats dan Kabupaten Asmat. Di kota kecil yang luasnya mungkin tidak lebih luas dari sebuah wilayah kelurahan di Jawa ini akses utama menuju wilayah ini berada.

Dari Timika, orang bisa naik dengan pesawat perintis AMA (Associated Mission Aviation) dan kemudian mendarat di sebuah bandara perintis di Ewer. Dari Ewer inilah, orang baru bisa melanjutkan perjalanan ke berbagai tempat setelah ada info lebih lanjut.

Penulis di Bandara Ewer dengan latar belakang pesawat baling baling AMA jenis Pilatus. (Mathias Hariiyadi)

Musim Angin Barat

Memang agak susah memberi tahu kepada orang yang belum pernah menginjakkan kaki di wilayah ini. Kondisi alam dengan perubahan cuaca yang sulit diprediksi yang antara lain ditandai dengan pasang surut air laut yang mempengaruhi deras tidaknya air sungai.

Juga terlebih kondisi alam dengan curah hujan yang tinggi lagi pula Musim Angin Barat di bulan Desember, Januari  dan Februari yang kurang bersahabat untuk  seluruh pantai di wilayah Kabupaten Asmat ini.

Mengandalkan hujan

Curah hujan yang tinggi sangat bermanfaat untuk penduduk di seluruh wilayah Asmat, karena air hujan dipakai sebagai  sarana masak, minum, mandi, dan cuci.

Mengapa demikian? Itu karena air sungai terasa asam dan keruh. Apalagi kalau air laut lagi pasang naik, maka akan terasa asin. Oleh karena itu, bak penampungan air hujan sangat vital di sana.

Menampung air hujan adalah tugas sederhana namun penting dan vital untuk keberlangsungan hidup di Agats.

Sebenarnya melihat peta dengan bantuan Googlemap bisa  terbantu melihat topografis. Namun,  tetap saja orang perlu bantuan orang lokal bilan ingin melakukan perjalanan menuju titik-titik di pedalaman.

Itu karena moda transportasi di sana adalah dengan memanfaatkan sampan, motor tempel yang harus melewati sungai besar maupun kecil sebagai penghubung antar kampung.

Dulu pesawat AMA (Associated Mission Aviation milik Misi Katolik di Papua) menjadi andalan utama transportasi udara.

Ini karena pesawat ini mampu mendarat di lapangan udara perintis yang dibuat oleh misi. Dulu, lapangan-lapangan terbang buatan Misi Katolik ini  hanya bisa dilandasi pesawat kecil berpenumpang empat  orang karena landasan dibuat dari timbunan lumpur dicampur pasir putih dan ditanami rumput.

Kini bisa dengan pesawat berpenumpang 10 hingga 20  orang karena landasan sudah menggunakan plat besi.

Cara menuju ke Asmat

Banyak orang penasaran bagaimana bisa pergi ke Asmat. Cara paling cepat untuk sampai ke Asmat adalah mengunakan pesawat terbang.

Bandara Ewer dilihat dari udara.

Sekarang ini,  dari Jakarta sampai Timika ada layanan penerbangan dari Garuda, Sriwijaya dan Lion Air ke sana. Jadi tidak susah untuk terbang sampai ke Timika tetangga  Asmat.

Dari Timika (Bandara Moses Kilangin) ke Ewer dilayani oleh Trigana, Susi Air, dan Kalstar.

Dulu, rute penerbangan Timika – Ewer hanya  mengandalkan pesawat AMA. Namun,  jadwal penerbangannya  sangat terbatas,  karena terbang ke Ewer hanya pada hari Selasa dan Jumat dan sortie  terbang itu pun hanya sekali.

Sekarang ini lumayan agak rutin setiap hari ada penerbangan dengan Trigana, Sus Air dan Kalstar. Tapi untuk jelasnya lebih baik tanya ke pada manajemen ketiga maskapai pesawat ini.

Bandara Ewer dilihat dari udara.

Kalau sudah sampai Ewer,  tinggal menggunakan jasa perahu pergi ke Agats. Dan selanjutnya dari Agats bisa diatur dengan pihak pihak yang bersedia meminjamkan jasa transportasi sungai itu kepada Pemda dan Keuskupkan untuk mengantar ke mana tujuan yang mau dikehendaki.

Pasokan BBM tersendat

Tapi pada saat terjadi KLB ini,  transportasi sungai juga bisa mengalami kendala. Itu karena pasokan BBM ke wilayah Asmat (termasuk Kota Agats sendiri)  tidak semudah seperti di kota-kota lain yang bisa menggunakan transportasi darat seperti kota Timika.

Pasokan BBM ke Asmat memang bisa didatangkan dari Sorong ataupun Merauke , tetapi itu memerlukan waktu tempuh yang cukup lama.

Sungai nan lebar sebagai jalan.

Dengan KLB di Asmat sekarang ini pun,  keadaan itu pasti memakan BBM yang cukup banyak.

Bagi Anda yang berminat ke Asmat,  mungkin baik mempelajari situasi dan kondisi transportasi maupun akomodasi yang akan dan bisa digunakan.

Jangan lupa pula ketahanan tubuh untuk menghadapi nyamuk malaria di sana. Untuk yang satu ini, jangan kawatir karena obatnya sangat mudah.

Pemandangan di salah satu sudut sungai di pedalaman manakala senja hari mulai datang.

Buku terbaru tentang Asmat

Dua tahun lalu –tepatnya 2106, penulis sudah menerbitkan buku berjudul Asmat Peramu Sejati Mengukir Jatidiri.

 Cetakan pertama edisi tahun 2016 sudah habis dan kini tengah diusahakan cetak kedua.

Siapa yang berminat membantu proses cetak ulang edisi kedua, ini kami persilahkan menghubungi Redaksi Sesawi.Net melalui email ini: portalsesawi@gmail.com.

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here