Cerpen: Membunuh Rasa Kuatir

0
1,024 views
Ilustrasi: Cemas by Ist

Dika: “Hah, sudah jam istirahat. Aku telpon Egi sekarang”

Setelah beberapa detik …

Dika: “Hi Bro, Salam sehat.”

Egi: “Salam sehat juga. Super hati-hati.”

Dika: “Pasti. Tidak bisa ditawar lagi. Wajib hukumnya.”

Egi: “Ada info barukah? “Tumben” nich sering telpon. Pasti ada maunya nich?”

Dika: “Yoi. Gini bro, curhat dikit yee, aku heran. Heran aja sich. Sekarang banyak orang bijak.”

Egi: “Lha, bagus dhonk. Itu artinya kualitas hidup mereka semakin bagus. Masalah buat loe.”

Dika: “Iya sich, tetapi ya aneh saja. Ada yang aneh githu.”

Egi: “Aneh gimana? Bukannya bersyukur ada orang-orang yang bijak. Huh, aku merasa kamu yang aneh.”

Dika: “Iya juga kali ya. Gini dech. Gini maksudku. Iya, ada orang bijak. Ok, aku setuju banget, tetapi … Ini yee, Dengeriin … Nasehat-nasehatnya itu membuat orang kuatir dan takut.”

Egi: “Kok bisa. Maksud loe?”

Dika: “Itulah Bro. Sebenarnya nich, menurutku persoalan itu sepele, tetapi dibuat “ribet”. Jadi pusing.”

Egi: “Kasih contoh dech …”

Dika: “Saya itu hanya kasih info, mau begini. Eee, nasehat-nasehatnya puanjang lebar. Aku yang awalnya tidak kuatir, jadi kuatir. Sekarang rasa kuatir itu bergerak dan berubah jadi rasa takut. Gila ya “Virus Kekuatiran dan Ketakutan” yang diciptakan oleh imaginasi kita.”

Egi: “Bener Bro. Itulah sebabnya, kita harus benar-benar bisa menyaring yang namanya berita.”

Dika: “Maksudmu?”

Egi: “Sekarang ini ya, salah satu hal yang membuat kita tidak berkembang adalah rasa kuatir yang berlebihan. Prinsip saya sich simple banget. Saat menghadapi masalah, hati-hati iya, tetapi jangan terlalu kuatir.”

Dika: “Iya sich, aku juga begitu. Ya sudah, sekarang kita “bunuh” itu rasa kuatir biar tidak ditransfer kemana-mana.

Egi: “Caranya?”

Dika: “Hidup dengan super hati-hati, selebihnya ada yang mengatur hidup kita. Babe kita yang di atas sana.”

Egi: “Siap Bro. Tetap karpet merah di depan pintu mobil untuk menyambut sahabatku. Kangennya super nich.”

Dika: “Siap Bro. By the way, mau dibawaan apa nich?”

Egi: “Udah, tidak usah bawa apa-apa. Lu datang dengan sehat, gue udah senangnya super duper.”

Dika: “Sip. Semangat. Kita “bunuh” rasa kuatir sebelum menyebar. God bless you Bro. Bye”

Egi: “Jesus, I trust in you.” Minggu kedua Paskah adalah Minggu Kerahiman Ilahi. Bye.”

Dika: “Oke. Yes. “Jesus, I trust in You.” Sekali lagi Bye.”

Hong Kong, 15 April 2020

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here