CERPEN: Menjahit Pakaian Sobek (2)

0
1,893 views
Ilustrasi - Menjahit. (ist)

“….Inilah jawabannya, dik. Sudah bertahun-tahun, kakak mencarinya. Tapi di sinilah, kakak menemukan alamat itu. Di rumah, di sekolah, di pasar, di gereja, di masjid, di pura, di wihara dan di mana saja, kakak belum pernah menemukannya.

Lihatlah, walaupun kakak bertelanjangkan dada dan tidak memakai sandal, kakak masih sanggup untuk bertahan. Yang selama ini kakak temukan adalah wajah-wajah suram. Wajah-wajah palsu. Wajah-wajah pendusta. Tapi ketika kakak berada di sini dan di depanmu, kakak telah menemukan alamat itu. Alamat itu ada di dalam dirimu, dik.

Dik…hanya dengan tersenyum, kakak bisa tenang. Kakak bukan mencari siapa-siapa, kakak hanya mencari senyum. Memang selama ini kakak temukan banyak senyum, tapi senyum itu tidak seperti yang kakak rasakan saat ini. Dik…ajarilah kakak untuk bisa tersenyum dan bisa memberikan senyum kepada siapa saja.” Pintanya seraya terisak di dekapannya.

Tetesan-tetesan air mata telah ditumpahkannya, dan dari semua tetesan itu telah dijadikan obat untuk menyembuhkan segala luka yang selama ini belum diobati walaupun di apotek-apotek telah menyediakan obatnya tapi obatnya tidak dapat diandalkan.

Bocah itu mengusapi wajahnya. Bocah itu menyembuhkannya. Bocah itu telah meminangnya. Di dalam diri bocah itu, tersimpan banyak obat. Bocah itu adalah air yang menyiram taman yang kering dan gersang. Bocah itu telah menjadi lampu bagi kegelapan.

“Kakak, tidak apa-apa. Dik sangat bersyukur sekali karena kakak telah menemukan jawabannya. Dik sangat puas sekali ketika kakak menjawab pertanyaan. Dik merasa lega dan juga dik merasa bahagia karena dik bisa memberikan apa yang dimiliki dik, walaupun itu tidak seberapa. Dik selalu memberikan yang terbaik buat kakak. Dik adalah manusia yang tidak sempurna tapi kesempurnaan itu ada ketika kakak dan dik mau saling berbagi dengan senyum. Bukan senyum yang dibuat-buat tapi senyum yang dikeluarkan dari hati. Senyum dan hati adalah cerminan dari setiap senyum yang diberikan dengan tulus dan di atasnya ditaburi bumbu-bumbu cinta yang bernuansa romantis ala senyum itu sendiri. Senyum adalah rahim yang mengandung. Senyum adalah tangan yang menyembuhkan. Senyum adalah mulut yang berkata-kata. Dan lewat senyum-lah seseorang mampu bermain piano ketika dunia ini gelap dan pekat ibarat nyamuk yang membisingkan telinga ketika hari tidak mau menjadi sahabat. Senyum adalah ketengan batin.” Ungkap bocah itu menyejukan kesedihan serta memulihkan sakit-penyakit yang dideritanya.

Air mata. Genggaman. Tatapan. Belaian. Sentuhan. Mimic wajah. Semuanya tidak bisa disembunyikan walaupun seorang dramawan mampu memerankan sebuah drama. Tetesan-tetesan bening Kristal telah menghiasi hidupnya. Alunan-alunan music telah menyapanya. Debu-debu kalbu yang selama ini menutupi rongga-rongga pernapasan, telah dibukanya perlahan. Perasaan-perasaan yang menjadi beban baginya, telah diringankannya.

Bocah itu mengangkatnya berdiri. Dia dibawa ke rumah bocah itu yang tidak jauh dari pertemuan mereka. Bocah itu menuntunnya. Dia memeluk bocah itu. Mereka berdua telah disatukan dalam pelukan. Pelukan yang menghidupkan. Dia berjalan dengan hati yang riang. Dia telah disembuhkan.

“Dik…ternyata pertemuan ini telah membuat kita menjadi satu. Satu hati. Satu rasa. Satu tujuan. Tanpa pertemuan ini, kakak tidak akan menemukan apa yang dicari selama ini. Hati kakak dan hati dik, telah dikawinkan dan pula telah dinikahkan dengan senyum.”

“Iya…kakak. Dik pun telah dihamili oleh jari-jemarinya kakak yang membuat dik tak berdaya. Dik bertekuk lutut di depan kakak. Kakak jangan pernah memuji dik, tapi berikan pujian itu untuk sesama kita yang selama ini belum bahkan tidak pernah mendapatkan apa yang mereka cari. Hanya dengan itulah, dik dan kakak ada dan terselip di antara mereka. Mereka pun telah menanti kita. Kakak, dik mohon maaf apabila dik belum bisa dan belum mampu membuat yang terbaik buat kakak. Tapi yakinlah semuanya akan baik-baik saja. Masa lalu adalah jarum dan benang yang akan dipakai untuk menjahit pakaian yang sobek. Kita perlu memberikan pakaian yang bagus buat mereka yang sementara menantinya.” selesai

Artikel terkait :

CERPEN : Menjahit Pakaian Sobek (1)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here