Datang sebagai Pelayan, Pulang Membawa Pengalaman

1
341 views
Traveling di Bandara KLIA (Ilustrasi/Mathias Hariyadi)

LIBURAN para frater Seminari Tinggi San Giovanni XXIII Malang telah usai. Liburan tahun ini cukup lama yaitu sekitar dua bulan dibadingkan dengan liburan tahun kemarin.

Liburan yang telah usai ini banyak memberi saya pengalaman-pengalaman yang baru. Bukan hanya pengalaman, tapi juga perasaan dan pelajaran.

Pada intinya, liburan bukan hanya soal rekreasi atau pun senang-senang saja, tapi juga mencari pengalaman untuk menimba panggilan sebagai seorang calon imam.

Di Paroki Pamekasan, Madura

Pengalaman liburan saya yang pertama yaitu saya live in di Gereja Maria Ratu Para Rasul Paroki Pamekasan, Madura. Di sana saya tinggal selama 10 hari bersama dengan Fr. Irpan.

Selama liburan atau live in di sana, saya banyak menimba pengalaman mulai dari berkunjung ke rumah umat, memimpin ibadat sabda, dan rekreasi bersama umat.

Meskipun umat di sana sedikit, tapi di sisi lain mereka sangat aktif untuk kegiatan di gereja, untuk koor dan berbagai macam kegiatan lainnya. Bahkan setiap pagi mereka ada jalan pagi bersama.

Melalui umat-umat yang ada di paroki ini, saya belajar bahwa perkembangan sebuah paroki tidak tergantung dari banyaknya umat, tapi dari keaktifan dan mau berkorban untuk kegiatan di gereja.

Gereja Maria Ratu Para Rasul Paroki Pamekasan, Madura. (Mapio.net)

Ke Bali

Setelah liburan dari Madura, saya bersama Fr. Irpan liburan ke Pulau Dewata Bali, khususnya di Gereja Hati Kudus Yesus Paroki Palasari, Bali. Di paroki ini tinggal dua orang imam yaitu Romo Agus dan romo rekan bernama Romo Tinus.

Di sana saya menimba banyak pengalaman baru yaitu melayani umat dengan memberi komuni kepada yang sudah lansia dan Romo Tinus mengajak kami untuk jalan-jalan ke rumah umat. Sehingga kami dapat mengenali umat paroki di sana dan umat sangat antusias jika dikunjungi romo maupun frater.

Pengalaman yang boleh saya bawa dari paroki ini adalah bagaimana saya mampu menjadi gembala yang berbau domba, artinya saya hadir di dalam kehidupan umat dan menyapa mereka.

Ilustrasi: Gereja Paroki Palasari, Bali. (Ist)

Misi Umat besutan Kongregasi Misi (CM)

Kemudian setelah live in selama lima hari di Pulau Dewata, saya mengisi liburan dengan mengikuti Misi Umat yang diadakan oleh Kongregasi Misi (CM).

Selama mengikuti Misi Umat ini, banyak hal yang saya dapatkan yaitu bagaimana saya berpastoral di tengah-tengah umat, belajar untuk mendengarkan permasalahan mereka, dan yang paling penting mereka sangat rindu untuk dikunjungi baik itu frater, suster maupun romo.

Maka, mereka sangat senang bila ada anak-anak mereka menjadi seorang biarawan-biarawati. Melalui kegiatan misi umat ini, saya belajar bahwa banyak umat yang sangat merindukan kehadiran seorang romo. Sehingga melalui para imam, mereka bisa merasakan kehadiran kasih Allah.

Perasaan yang boleh saya rasakan selama liburan yaitu senang dan bahagia, karena mendapatkan banyak pelajaran yang baru tentang pastoral. Meskipun sering kali juga saya mendapatkan pengalaman yang tidak menyenangkan.

Tapi, saya tetap bersyukur kepada Tuhan, karena melalui hal itu saya belajar banyak hal. Perasaan yang senang itu yang membawa saya bahwa liburan tahun ini begitu sangat bermakna. Dan mungkin tidak akan terulang lagi di tahun kedepannya.

Begitu banyak perasaan yang saya alami, tapi secara dominan perasaan saya sangat bahagia.

Melalui pengalaman yang saya dapatkan selama liburan ini, Tuhan mau berbicara kepada saya bahwa menjadi seorang calon imam maupun imam bukanlah sesuatu yang mudah.

Berani berkurban

Menjadi seorang pelayan haruslah berani menggorbankan segala yang saya punya sehingga layak dan pantas untuk mengikutiNya.

Bukan hanya itu, tapi menjadi seorang imam juga harus mau terjun dan masuk dalam kehidupan umatnya; bukan sebagai atasan, tapi sebagai pelayan.

Karena saya pun dipanggil dan datang di tempat ini, bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani.

Seperti Yesus yang datang ke dunia bukan sebagai pemisah antara yang berdosa dan yang tidak, tapi sebagai juruselamat yang menyelamatkan dunia yaitu dengan cara melayani.

Dari teladan Yesus inilah, saya memahami bahwa pelayanan perlu ada pengurbanan.

Saya sudah menerima berbagai pengalaman selama liburan. Kemudian hal-hal yang saya perlu bina untuk hidup panggilan saya selanjutnya yaitu menjadi pribadi yang semakin terbuka terhadap Allah dan sesama.

Tuhan adalah sumber panggilan ini, sehingga saya harus terus menimba kekuatan dari-Nya. Tuhan bukanlah sesuatu yang jauh melainkan selalu dekat bila saya berdoa dengan kesetiaan.

1 COMMENT

  1. Tulisan yang sangat reflektif dan bersumber dari pengalaman nyata adalah pelajaran yang sangat berharga dalam kehidupan. Berkah Dalem

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here