Fokus pada Konsekuensi Positif

0
359 views
Jangan gagal fokus.

Jumat 26 Januari 2024.

  • 2Tim. 1:1-8 atau Tit. 1:1-5;
  • Mzm. 96:1-2a.2b-3.7-8a.10;
  • Luk. 10:1-9

SEMUA orang menghadapi tugas yang berat — tapi ada beberapa orang yang bisa menyelesaikannya dengan lebih baik daripada orang lain.

Orang-orang sukses punya beberapa strategi di kepala mereka untuk membuat tantangan yang sulit menjadi lebih mudah dihadapi.

Sifat pantang menyerah dan ketahanan sudah sering kita dengar, tetapi hanya sedikit yang dihidupi hingga bagaimana kita bisa bertindak dalam menghadapi masalah di dunia nyata.

Seorang sahabat bercerita, bagaimana dia bisa bertahan dalam tugas yang sulit dan penuh godaan.

“Setiap orang menghadapi situasi hidup yang bermacam-macam, mulai dari bekerja dalam tugas sehari-hari yang cukup melelahkan, hingga tekanan dalam relasi dengan sesama,” paparnya.

“Saya sendiri hanya selalu berusaha menyelesaikan tugas dengan baik setiap hari,” lanjutnya. “Sedapat mungkin saya berusaha membuat tugas itu menyenangkan,” lanjutnya lagi.

“Saya berusaha membagi pekerjaan menjadi tujuan-tujuan kecil, lalu fokus pada cara yang paling tepat,” lanjutnya.

“Dulu saya diajari oleh magister novis saya untuk fokus pada konsekuensi positif,” tegasnya.

“Saya perlu selalu mengingatkan diri saya akan alasan melakukan tugas ini dan memikirkan konsekuensi positifnya,” urainya.

Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian,” kata-Nya kepada mereka:

“Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. Karena itu mintalah kepada Tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu.

Pergilah, sesungguhnya Aku mengutus kamu seperti anak domba ke tengah-tengah serigala.

Ketika Tuhan menunjuk tujuh puluh murid dan mengutus mereka pergi ke setiap kota dan tempat, Dialah yang memberitahukan dengan siapa mereka bekerja, bagaimana menghadapi situasi pelayanan dan karakter manusia yang beragam, serta bagaimana seharusnya bersikap ketika mengalami penerimaan atau penolakan.

Tuhan tidak pernah salah memilih dan mengutus orang bekerja dalam kebun anggur-Nya. Dia bukan saja memilih namun juga memberi bekal strategi pelayanan dan sikap dasar seorang pelayan.

Panggilan melayani Tuhan merupakan anugerah yang diberikan seturut kehendak-Nya.

Karena itu, setiap orang yang dipanggil dalam pelayanan harus menyatakan kerelaan tanpa paksaan karena panggilan pelayanan tersebut adalah kesempatan yang dianugerahkan Tuhan.

Jika melayani hanya menginginkan tempat yang aman dan nyaman, kehidupan yang terjamin, mendapat penghormatan dan penghargaan, maka janganlah memberi diri menjadi pelayan.

Semua itu bukanlah dasar pelayanan yang diajarkan Alkitab. Panggilan melayani Tuhan menuntut kesediaan diri melayani seturut kehendak Tuhan.

Bagaimana dengan diriku?

Bagaimana diriku bisa menjadi pelayan Tuhan yang baik dengan strategi yang tepat?

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here