Foto Putut Prabantoro Dicatut sebagai Ilustrasi Video di YouTube

0
485 views
AM Putut Prabantara bersama Paus Fransiskus di Lapangan Santo Petrus Vatikan, Oktober 2015. (Dok. Pribadi)

HOAKS benar-benar telah merajalela di jalur medsos dan tak kenal batas. Itu terjadi dan tak terkecuali di platform tampilan video di laman YouTube.

Penggerak komunitas lintas iman AM Putut Prabantoro menjelaskan, foto dirinya tengah berswafoto bersama Paus Fransiskus di laman YouTube telah berganti “identitas diri” sebagai orang lain sebagaimana dikisahkan dalam konten video tersebut.

“Padahal, saya ini bukan nama Bapak yang disebut dalam video tersebut. Bertemu saja belum pernah, apalagi telah mengenalnya,” tulisnya dalam sebuah pernyataan.

Namun dalam YouTube, foto AM Putut Prabantoro telah digunakan sebagai ilustrasi tautan yang berjudul Bukti! Video Yahya Waloni Masih Pendeta.

“Dengan ditampilkannya foto saya, maka bisa muncul persepsi seakan-akan saya adalah Yahya Waloni. Padahal saya bukan beliau,” jelasnya.

Menurutnya, penggunaan foto dirinya itu masuk kategori berita dan foto hoaks.

Tidak nyambung

Di situ, kata Putut, tidak ada kaitan historis dan fotonya dengan dengan pemilik nama yang disebutkan dalam unggahan video tersebut.

Foto AM Putut Prabantoro sengaja disematkan sebagai caption unggahan video, padahal konten video dengan peristiwa foto itu tidak nyambung sama sekali.

“Yang jelas, hoaks seperti ini bisa  dapat menimbulkan salah paham dari para pihak yang terkait dengan unggahan tersebut. Lebih jauh lagi, bukan tidak mungkin pemasangan foto ini akan memancing permasalahan baru,” ungkap alumnus LEMHANNAS – PPSA XXI di Jakarta, Rabu (19/9/18) ini.

Menurut AM Putut Prabantoro, Ketua Gerakan Ekayastra Unmada (Semangat Satu Bangsa), ia merasa perlu segera merespon video hoaks yang telah memasang fotonya. Sekalipun  video itu sudah muncul di YouTube sembilan bulan lalu dan diunggah oleh akun bertitel Ancoreh.

Putut mengaku kaget foto dirinya telah disematkan di tayangan video, padahal antara fotonya dengan konten video itu sama sekali tidak ada ‘kaitan historis’ dan juga ‘tidak nyambung’.

Foto yang diunggah di Youtube itu adalah dokumen pribadi ketika ia ketemu Paus Fransiskus dan mendapat kesempatan bisa melakukan swafoto bersama beliau di halaman Basilika St. Petrus di Vatikan, Rabu 28 Oktober 2015.

Foto itu menjadi ‘laku’ dan tersebar di mana karena peristiwa itu terbilang langka yakni ada warga Indonesia bisa berswafoto dengan Paus dengan menggunakan tongsis.

Diundang ke Vatikan

Foto tersebut, kata Putut, punya sejarahnya sendiri.

Pada waktu itu dan bersama seorang rekan dari Indonesia, ia diundang menghadiri Konferensi Internasional Peringatan 50 tahun Ensiklik Nostra Aetate tentang toleransi, pluralisme dan membangun kesepahamanan antaragama.

“Acara peringatan itu dihadiri oleh berbagai pemuka agama dan aktifis toleransi dan pluralisme dari berbagai negara. Konferensi internasionalnya sendiri diselenggarakan di Universitas Gregoriana, Roma,” ungkapnya.

Ia diundang dalam kapasitasnya sebagai  Ketua Gerakan Ekayastra Unmada (Semangat Satu Bangsa).

Menanggapi judul tautan YouTube, Putut mengungkapkan di situ kental ada nuansa ingin meletupkan isu SARA di dalamnya.

Konten tayangan video itu bukan “berkisah” tentang dirinya, meski fotonya bersama Paus telah dipakai menjadi ilustrasi tautan tersebut.

Putut Prabantoro mengaku tidak mengerti foto dirinya dan Paus Fransiskus digunakan sebagai ilustrasi dalam tautan video dengan konten pesan yang sama sekali tidak sesuai spirit yang dibawanya ketika momentum foto selfie itu terjadi di bulan Oktober 2015.

Harus dicopot

Terkait dengan unggahan video dengan menggunakan fotonya, Putut meminta pihak yang mengunggahnya harap segera mencabut  foto tersebut agar tidak menimbulkan salah paham atau salah kenal terhadap orang yang berkaitan dengan maksud unggahan tersebut.

Jika fotonya tidak dicabut dalam tautan tersebut, ia tengah  mempertimbangkan serius untuk mengambil langkah-langkah bijak demi menjaga nama baik, demikian penegasan konsultan komunikasi publik dan buku laris MIGAS – The Untold Story  (Gramedia Pustaka Utama: 2014).

Saat ini, kata Putut, bersama mantan Wakasad Letjen (Purn.) Kiki Syahnakri selaku warga negara perseorangan, ia tengah menunggu hasil gugatan konstitusional di Mahkamah Konstitusi atas UU No. 19 Tahun 2003 tentang BUMN.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here