SEBAGAI tuan rumah dan memimpin Perayaan Ekaristi konselebran bersama para Ketua Unio Keuskupan di seluruh Jawa plus Ketua Unio Indonesia dan Ketua Panitia, Uskup Keuskupan Bogor Mgr. Paskalis Bruno Syukur OFM mengemukakan pesan penting tentang jatidiri orang tertahbis.
Kepada 174 imam diosesan (praja) dari tujuh Keuskupan di Jawa (KAJ, KAS, Purwokerto, Bandung, Surabaya, Bogor, dan Malang), Mgr. Paskalis OFM bicara tentang man of communion –jatidiri setiap imam.
Sebagai man of communion, demikian kata mantan Minister Provinsial Ordo OFM ini, para imam dipanggil untuk menjalin komunikasi dan relasi dekat yang ‘sehat’ dengan sesama kolega imam, segenap umat, dan masyarakat.
“Tak terkecuali juga harus bisa menjalin komunikasi dan relasi yang baik dengan masyarakat dari komunitas lain yang berbeda etnis, budaya, bahasa, dan keyakinan agama,” ungkap Mgr. Paskalis.
Gelaran seni khas Sunda
Sementara itu, selaku Ketua Panitia Temu Unio Regio Jawa Romo Antonius Garbito Pamboaji Pr, imam diosesan Keuskupan Bogor, mengundang tim Dewan Kesenian Kota Bogor untuk tampil mengisi acara pembukaan.
Di situ mereka tampil membawakan rapag kendang dan reog Sunda, lalu kemudian muncul di panggung Kelompok Hadrok dari Pesantren Al Fatih dari Cimanggu.
Tamu-tamu istimewa ini lalu disambut Mang Lengser dan serombongan penari. Para imam diosesan peserta Temu Unio Regio Jawa ini nantinya juga akan diajak berkunjung ke Pesantren Mahad Nurul Fatah di Bogor.
Rencana akan digelar pada hari ketiga Temu Unio Regio Jawa.
Mamedo, boneka dari Mgr. Paskalis
Yang menarik, kepada setiap imam peserta acara ini diberikan sebuah boneka bernama “Mamedo”.
Ini tak lain adalah singkatan atas kalimat “Magnificat anima mea, Dominum” yang berarti “Jiwaku mengagungkan Tuhan” (Luk 1:46). Kalimat itu merupakan motto pastoral Mgr. Paskalis Bruno Syukur OFM, Uskup Keuskupan Bogor.
2.242 pastor diosesan
Kepada audiens peserta acara, Ketua Unio Indonesia Romo PC Siswantoko, imam diosesan Keuskupan Purwokerto, memberi informasi terkini.
Saat ini, kata Sekretaris Eksekutif Komisi Kerasulan Awam KWI ini, tercatat ada 2.242 imam diosesan di 37 keuskupan se Indonesia.
Di tujuh wilayah keuskupan Regio Jawa ada sebanyak 557 imam diosesan.
“Urang Sadayana Sadulur”: Temu Unio Regio Jawa di Bogor 18-21 Sept 2018 (2)
Menurut dia, para imam diosesan adalah “tulang punggung” keuskupan. Mereka masing-masing dipanggil membangun ‘taman kehidupan’ di mana berbagai keanekaragaman dapat saling berdampingan dan hidup bersama.
Maka tema Temu Unio Regio Jawa di Keuskupan Bogor itu, kata dia, juga menyangkut membangun toleransi di tengah pluralitas.
Ini, kata Romo Siswantoko, menjadi tema yang sangat relevan untuk bangsa Indonesia saat ini.
Wawanhati dan best practice
Para peserta Temu Unio Regio Jawa diajak untuk mendengarkan masukan dari tiga romo diosesan Keuskupan Bogor yaitu Romo Fabianus Heatubun, Romo Yohanes Driyanto, dan Romo Mikael Endro, mengenai upaya membangun keanekaragaman di Keuskupan Bogor.
Romo Fabianus Heatubun menjelaskan bagaimana sejarah Ajaran Gereja Katolik mengenai plurarisme.
Dokumen Konsili Vatikan II Nostra Aetate menegaskan sikap Gereja Katolik yang mau menerima dengan lapang dada serta tidak menolak apa yang benar dan suci dalam agama lain.
Dalam mempromosikan toleransi, Paus Fransiskus malah melangkah lebih jauh — “beyond tolerance”– dengan menyatakan “The Lord has redeemed all of us, not just Catholics. Everyone. Even atheist.”
Romo Yohanes Driyanto menjelaskan bagaimana semua uskup –sejak Mgr. NJC Geise OFM, Mgr. Ignatius Harsono, Mgr. Leo Sukoto SJ, Mgr. Michael Angkur OFM, dan kini Mgr. Paskalis Bruno Syukur OFM– terus menerus secara konsisten membangun persaudaraan lintas agama.
Romo Mikael Endro sebagai Ketua Komisi HAK Keuskupan Bogor menjelaskan bagaimana langkah kongkret Keuskupan Bogor untuk sungguh terlibat dalam persaudaraan lintas agama.
Untuk itu Romo Mikael Endro mengundang tokoh-tokoh Basolia, Bogor Sahabat, dan forum lintas agama untuk hadir langsung berbagi kisah dengan para peserta temu Unio Regio Jawa. (Bersambung)