Halal dan Non Halal

0
158 views
Ilustrasi - Asupan makanan yang baik dan sehat untuk kaum lansia (Chefs for seniors)

Puncta 08.02.23
Rabu Biasa V
Markus 7: 14-23

SEWAKTU bertugas di Kalimantan, saya beberapa kali pergi ke Kuching. Sekali mengantar umat berobat dan sekali saya ingin check up di Timberland Medical Centre.

Perjalanan bisa ditempuh melalui Pontianak dengan menggunakan bus antar negara dengan lama perjalanan satu malam sampai di perbatasan Entikong.

Saya kagum dengan pelayanan di rumah sakit itu. Semua serba tepat waktu dan pasien dilayani dengan sangat baik.

Datang di bagian pendaftaran langsung dilayani tanpa ada kesulitan. Janjian ketemu dengan dokter untuk berkonsultasi sangat mudah. Dokter-dokter sudah ada di tempat sebelum waktu kunjungan.

Selesai urusan dengan rumah sakit, kami berpusing-pusing (istilah orang Malaysia untuk berkeliling-keliling menikmati kota).

Ketika masuk di mall atau super market, kalau kita masuk di bagian makanan, selalu ada tulisan “Non Halal” untuk makanan-makanan yang mengandung babi.

Malaysia adalah negara berpenduduk mayoritas pemeluk Islam. Tetapi di tempat belanja, super market, atau restoran-restoran tersedia makanan-makanan non halal.

Malaysia juga negara multi etnis. Ada Melayu, China, India, Dayak Kalimantan dan pendatang dari Eropa.

Masyarakat sudah paham apa artinya non halal. Mereka saling menghargai satu sama lain. Tidak ada masalah bagi siapa pun karena masyarakatnya sangat toleran.

Di masyarakat kita, seringkali kita jumpai makanan-makanan yang dikemas dan diberi label halal. Ini mau mengingatkan kepada khalayak bahwa makanan itu layak dikonsumsi dan tidak dilarang.

Ada makanan yang dianggap haram untuk dimakan karena menajiskan.

Dalam bacaan Injil hari ini, Yesus meluruskan pandangan tentang halal dan haram. Bagi Yesus, yang haram itu adalah segala sesuatu yang keluar dari dalam, bukan yang masuk ke dalam tubuh manusia.

Yesus berkata, “Dengarkanlah Aku dan camkanlah ini! Apa pun dari luar, yang masuk ke dalam seseorang, tidak dapat menajiskan dia! Tetapi apa yang keluar dari seseorang, itulah yang menajiskannya.”

Aturan halal dan haram itu berfungsi untuk mengarahkan manusia menuju kebaikan. Namun yang lebih penting sebetulnya adalah hati manusia sendiri.

Jika hatinya yang di dalam itu baik, maka yang keluar juga akan baik. Namun jika hatinya jahat, apapun yang keluar adalah jahat.

Maka Yesus menyimpulkan bukan yang masuk yang menajiskan, tetapi yang keluar dari hati yang jahat itulah yang akan menajiskannya.

Ia berkata, “Segala sesuatu yang dari luar masuk ke dalam seseorang tidak dapat menajiskan dia, karena tidak masuk ke dalam hati tetapi ke dalam perutnya, lalu dibuang di jamban.”

lalu Yesus berkata lagi, “Apa yang keluar dari seseorang, itulah yang menajiskannya. Sebab dari dalam hati orang timbul segala pikiran jahat, perzinahan, keserakahan, kejahatan, kelicikan, hawa nafsu, iri hati, hujat, kesombongan, kebebalan. semua hal-hal jahat ini timbul dari dalam dan menajiskan orang.”

Seperti orang-orang di Malaysia itu, mereka tidak terpengaruh ada makanan-makanan non halal, karena hati dan pikirannya sudah bersih.

Tidak masalah di tempat-tempat umum seperti di mall, super market atau restoran-restoran ada makanan non halal, karena hati mereka tidak memikirkan hal-hal yang buruk, tetapi yang baik.

Hati dan pikiran mereka selalu positif sehingga menghargai pihak lain dan tidak memaksakan kemauannya diri sendiri.

Mereka tidak hanya sebatas melaksanakan aturan, tetapi menumbuhkan hati yang bersih, baik dan suci. Hati yang bersih itu tidak akan terpengaruh oleh apa yang ada di luar, tetapi bisa menguasai diri untuk tidak berbuat yang menajiskan.

Apa gunanya aturan-aturan, kalau hatinya penuh dengan keserakahan, kejorokan, pikiran kotor dan mesum, perzinahan, hawa nafsu dan iri hati?

Sebanyak apa pun aturan tidak akan berguna, jika hati dan pikiran tidak diasah agar semakin tajam dan peka.

Hati itu seperti pisau bermata dua. Pisau bisa digunakan untuk memotong sayur, daging, roti dan lainnya. Tetapi kalau pisau berada di tangan yang salah, bisa untuk menusuk dan membunuh.

Begitu pun dari hati akan timbul dengki, iri hati, sakit hati, dendam dan cemburu. Maka hati kitalah yang perlu diasah terus menerus agar semakin peka mengenali kebaikan dan kasih Tuhan supaya yang keluar juga kebaikan.

Pergi ke Bali melewati daerah Pasuruhan,
Kalau ke Surabaya jangan lupa ke Kenjeran.
Bukan makanan yang masuk bisa menajiskan,
tetapi dendam dan iri hati yang menghancurkan.

Cawas, mengasah hati setajam nurani…

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here