Imam Muda SCJ Indonesia Belajar Berpastoral di Era Digital

0
232 views
Para imam muda SCJ belajar berpastoral digital bersama Prof. Eko Indrajit. (Romo Sigit Pranoto SCJ)

SELAMA dua hari (9-10 Mei 2023), 36 imam dan 3 diakon SCJ Indonesia belajar bersama tentang berpastoral di era digital. Mereka adalah para anggota imam muda SCJ Indonesia yang berusia imamat 0-10 tahun.

Studi bersama yang merupakan agenda rutin tahunan ini menghadirkan Prof. Dr. Ir. Richardus Eko Indrajit, M.Sc., M.B.A., M.Phil., M.A. sebagai pembicara.

Berlangsung di Rumah Khalwat Ngison Nando, Kalianda, Lampung Selatan, hari studi ini menggali berbagai tantangan, solusi dan peluang pemanfaatan teknologi digital dalam berpastoral.

Prof Eko Indrajit mengajak para peserta untuk mengidentifikasi berbagai permasalahan dan prinsip-prinsip etika dalam berpastoral di era digital.

“Di era digital saat ini, banyak individu yang mencari informasi dan bantuan secara luring, sehingga penting bagi para pemimpin agama untuk memahami dan memanfaatkan platform digital untuk menjangkau dan memberi dukungan kepada anggota komunitas mereka” papar salah satu anggota badan pengurus Komisi Komunikasi Sosial KWI ini.

Prof. Eko Indrajit menjadi narsum dalam lokakarya berpastoral di era digital bersama para imam muda SCJ. (Romo Sigit Pranoto SCJ)

Pengguna internet

Data yang dihimpun oleh We Are Social dan Hootsuite memperlihatkan peningkatan jumlah pengguna internet di seluruh dunia yang pada Januari 2023 telah mencapai 5,16 miliar orang. Artinya, sebanyak 64,4% dari jumlah populasi penduduk dunia yakni 8,01 miliar.

Dalam tingkat nasional, pengguna internet di Indonesia mencapai 212,9 juta atau 77% dari total populasi penduduk. Dari tahun ke tahun, jumlah pengguna internet di Indonesia terus bertambah. Rata-rata para pengguna di Indonesia menghabiskan waktu hampir 8 jam sehari dalam memakai internet.

Fakta ini mendorong para gembala untuk juga hadir dan menyapa umat melalui berbagai platform yang ada di internet.

Melalui studi bersama ini para imam muda Dehonian Indonesia ini diharapkan semakin kreatif dan sekaligus bijak dalam menggunakan teknologi dan media digital untuk memberikan dukungan rohani, panduan, dan dukungan pastoral kepada umat.

Saat ini berbagai metode dan alat digital dapat dipergunakan oleh para gembala untuk berpastoral. Antara lain, media sosial, berbagai aplikasi dan situs web, podcast dan video, layanan ibadah dan kegiatan luring, dan bahkan diskusi luring.

Menggunakan alat komunikasi modern untuk berpastoral di era digital bersama para imam muda SCJ. (Romo Sigit Pranoto SCJ)

Berpastoral di era digital

Dalam studi bersama ini, Prof Eko juga mengajak para imam muda Dehonian untuk menanggapi pesan Paus Fransiskus dalam upaya berpastoral di era digital.

Salah satu hal yang digarisbawahi adalah keberanian untuk menjadi “Gereja yang keluar”, yang proaktif dalam menjangkau umat.

Dalam konteks dunia digital, ini berarti menggunakan teknologi dan media sosial untuk menjangkau orang-orang yang mungkin tidak akan dijangkau melalui cara tradisional.

Tujuh tantangan

Para imam diajak untuk menyadari dan mengantisipasi berbagai tantangan yang seringkali muncul dalam berpastoral di dunia digital.

Ada tujuh tantangan yang sering dijumpai, yakni:

Pertama, hilangnya interaksi tatap muka yang dapat menggerus kehangatan, kedekatan, dan empati serta hubungan yang kuat dan mendalam antara imam dan umat. Karena itu perlu diciptakan keseimbangan antara kegiatan luring dan daring sehingga masih terjadi interaksi secara langsung.

Kedua, sulitnya memahami informasi yang akurat di tengah mudah tersebarnya berbagai informasi salah dan bahkan menyesatkan. Terkait hal ini, para imam harus berhati-hati dalam memverifikasi informasi dan sumber sebelum membagikannya kepada umat.

Ketiga, anonimitas yang ditawarkan internet dapat mengakibatkan perilaku tidak etis, seperti perundungan atau bermacam komentar yang merugikan.

Keempat, manajemen waktu dan sumber daya yang seimbang antara kegiatan tatap muka secara langsung maupun secara digital.

Kelima, terjadinya jurang digital di antara umat. Perlu disadari bahwa tidak semua umat mempunyai akses atas teknologi maupun keterampilan digital untuk berpartisipasi dalam kegiatan online. Oleh karena itu para imam harus memastikan bahwa mereka pun tetap dapat memperoleh berbagai pelayanan dan sapaan.

Keenam, privasi dan keamanan data yang mudah disalahgunakan. Menggunakan platform digital dalam berpastoral mengharuskan para imam untuk melindungi privasi dan keamanan data pribadinya dan umat yang dilayani. Karena itu harus dipastikan bahwa platform yang dipergunakan sungguh memenuhi peraturan dan standar keamanan yang sesuai.

Ketujuh, adaptasi dan pembaruan teknologi. Teknologi digital terus berkembang dengan cepat, dan para pemimpin agama harus bersedia untuk terus belajar dan mengadaptasi cara mereka berpastoral sesuai dengan perubahan teknologi dan kebutuhan umat mereka.

Para imam muda SCJ belajar arif dan bijak menggunakan alat-alat komunikasi modern untuk berpastoral. (Romo Sigit Pranoto SCJ)

Pudarnya batas pribadi dan profesi

Salah satu tantangan etis dari dunia digital adalah memudarnya batas antara kehidupan pribadi dan profesi. Hal ini juga dapat terjadi dalam diri para imam.

Tak jarang terjadi di antara para imam mengalami kesulitan dalam menjaga batas antara kehidupan pribadi dan profesional mereka di dunia digital.

“Mereka perlu menetapkan batasan yang jelas untuk melindungi privasi mereka sendiri dan menjaga integritas peran mereka sebagai pemimpin rohani,” tegas pemilik kanal YouTube Prof Ekoji Channel ini.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here