Iman yang Menyembuhkan

0
296 views
Harus terus belajar iman Kristus

Senin, 7 Juli 2025

Mat. 9:18-26

IMAN menuntun seseorang kepada sebuah tindakan konkret.

Dalam Injil Markus, kita bertemu dua pribadi dengan latar belakang sangat berbeda, tetapi disatukan oleh satu hal: iman yang mendorong mereka untuk bertindak.

Seperti kepala rumah ibadat dan perempuan yang sakit pendarahan mengalami kebuntuan atas persoalan hidup mereka.

Di tengah-tengah kondisi yang pelik, mereka memilih mencari, berharap, dan beriman kepada Yesus.

Mereka percaya bahwa Yesus adalah satu-satunya solusi yang dapat memberikan pengharapan kepada mereka.

Yairus, seorang kepala rumah ibadat, terhormat dan terpandang, berlutut di hadapan Yesus, memohon agar anaknya yang hampir mati disembuhkan. Ia merendahkan diri di depan orang banyak, demi satu harapan: Yesus bisa menolong.

Seorang perempuan yang telah dua belas tahun menderita pendarahan, dianggap najis menurut hukum, terbuang dari masyarakat, dan telah kehilangan semua hartanya demi berobat, berusaha diam-diam mendekati Yesus, dengan satu keyakinan kecil tapi kuat: “Asal kujamah saja jubah-Nya, aku akan sembuh.”

Keduanya tidak tinggal diam. Mereka tidak membiarkan keadaan menentukan akhir cerita.

Iman mereka tidak berhenti pada doa dalam hati, tetapi mendorong mereka untuk bertindak, bergerak, dan mendekat kepada Yesus.

Ini adalah iman yang menembus kerumunan, mengatasi rasa malu, melawan rasa takut, dan menyingkirkan gengsi.

Iman seperti inilah yang membuka jalan bagi kuasa Allah bekerja secara nyata dalam hidup seseorang.

Di tengah situasi pelik; sakit yang tak kunjung sembuh, keluarga yang retak, ekonomi yang terjepit, relasi yang dingin, iman mengundang kita bukan untuk pasrah dalam keputusasaan, tetapi untuk mencari Yesus, mendekat kepada-Nya, dan melangkah dengan keyakinan bahwa Ia sanggup menolong.

Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian, “Karena katanya dalam hatinya: “Asal kujamah saja jubah-Nya, aku akan sembuh.”

Tetapi Yesus berpaling dan memandang dia serta berkata: “Teguhkanlah hatimu, hai anak-Ku, imanmu telah menyelamatkan engkau.” Maka sejak saat itu sembuhlah perempuan itu.”

Ada momen dalam hidup di mana suara kita terlalu lelah untuk berseru. Saat air mata lebih banyak berkata-kata daripada doa yang terucap.

Di titik itulah, kita belajar bahwa Tuhan tidak hanya mendengar yang lantang, tetapi juga mendengarkan bisikan hati yang terluka.

Perempuan dalam kisah ini tidak bersorak memanggil nama Yesus.;Ia tidak menuntut perhatian atau meminta diprioritaskan Ia hanya berkata dalam hati: “Asal kujamah saja jubah-Nya, aku akan sembuh.”

Iman tidak menunggu situasi berubah. Iman bertindak karena percaya bahwa Yesus adalah jawaban di balik segala kebuntuan.

Iman tidak selalu tampak besar. Kadang ia hanya berupa langkah kecil menuju Yesus,
didorong oleh harapan yang nyaris padam..Namun, Tuhan tidak menilai dari seberapa keras kita memanggil-Nya,
tetapi dari seberapa dalam kita percaya kepada-Nya

Bagaimana dengan diriku?

Apa langkah konkret yang bisa aku ambil hari ini sebagai wujud iman kepada Yesus?

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here