SINGKAWANG itu punya hawa super panas. Namun, panasnya Singkawang tidak pernah “sebanding” dengan nikmatnya aneka masakan di Kota Seribu Kelenteng ini. Di ujung-ujung jalan atau gang kecil selalu saja ada warung penjual aneka makanan enak. Muncul setiap menjelang petang hari.
Di Singkawang ini, pesta kuliner dan wisata kelenteng selalu saja belum cukup. Menyantap masakan enak itu hanya mengisi perut. Pengetahuan umum juga harus diberi asupan. Dan Singkawang bisa menyuguhkan hal ini.
Awal sejarah misi Gereja Katolik di Pulau Kalimantan
Betapa tidak. Di Singkawang ini pula, awal misi Gereja Katolik Kalimantan dimulai. Masih perlu ada catatan tambahan. Super penting.
Ya, misi Gereja Katolik di seluruh kawasan Pulau Kalimantan. Dari ujung barat sampai ke timur. Alias dari Singkawang sampai ujung timur di Samarinda.
Juga dari ujung utara ke selatan. Dari Singkawang ke Pontianak, lalu ke Ketapang, berlanjut ke arah selatan lagi dan mendarat di Banjarmasin. Nah, dari Banjarmasin inilah, misi Gereja Katolik menyebar ke Kalteng dan kemudian ke Kaltim, lalu ke Kaltara.
Namun, sumber asalinya ya dari Singkawang, kota pesisir di garis pantai Kalimantan Barat.
Di Singkawang ini pula, sejumlah tarekat religius imam, suster, dan bruder yang sekarang ini berkarya di Kalbar memulai awal sejarah misi mereka. Taruhlah itu Ordo Fransiskan Kapusin (OFMCap), Kongregasi Suster SFIC, Kongregasi Suster SMFA, dan pastinya juga Kongregasi Bruder Maria Tak Bernoda (MTB).
Tahun 1905 adalah titik sejarah penting yang terjadi di Singkawang. Bukan Pontianak. Inilah awal misi sejarah Gereja Katolik yang akhirnya membumi di seluruh kawasan Pulau Kalimantan.
Kisahnya diawali dengan kedatangan empat misionaris Fransiskan Kapusin (OFMCap) yang mendarat di Singkawang di tanggal 30 November 1905. Mereka adalah Pater Pacificus Bos OFMCap, Pater Eugienius OFMCap, Bruder Wilhelmus OFMCap, dan Bruder Theodovicus OFMCap.
Kemudian hari, Pastor Pasificus Bos OFMCap menjadi Vikaris Apostolik Borneo-Belanda.
Nah, beberapa tahun kemudian, ikut datang pula sejumlah bruder Maria Tak Bernoda (MTB) masuk ke Borneo (Kalimantan). Juga terjadi melalui Singkawang.
Lima bruder MTB perintis misi
Lima orang Bruder MTB dari Nederland meninggalkan Pelabuhan Rotterdam tanggal 21 Januari 1921. Barulah tiga bulan kemudian, keempat misionaris perintis karya misi Bruder MTB di Kalimantan ini berhasil mendarat di Singkawang.
Tepatnya, tanggal 10 Maret 1921. Inilah waktu historis, ketika lima bruder misionaris MTB pertama kali menjejakkan kakinya di Bumi Kalimantan di Kota Singkawang.
Kelima bruder pionir perintis karya misi Kongregasi Bruder MTB ini adalah:
- Br. Canisius van de Ven MTB.
- Br. Seraphinus van Tilborg MTB.
- Br. Martenus Brouwers MTB.
- Br. Longinus van Spreeuwel.
- Br. Leo Geers MTB.
Karya diam penuh ketekunan
Catatan sejarah dan benda-benda bernilai historis yang menyangkut awal sejarah misi Kongregasi Bruder Maria Tak Bernoda inilah yang sehari-hari dan selama beberapa tahun ini telah dengan setia dirawat oleh almarhum Bruder Gregorius MTB.
Bruder Greg meninggal dunia karena sakit jantung dan komplikasi lainnya di RS Antonius Pontianak, hari Sabtu jelang dinihari tanggal 29 Agustus 2020.
Beberapa tahun lalu, penulis menyempatkan diri datang ke Singkawang. Usai mengikuti rapat tahunan Signis Indonesia di Ketapang Kalbar.
Ditemani Sr. Maria Seba SFIC dan Sr. Yulita Imelda SFIC –kini Provinsial Kongregasi Suster SFIC– penulis ingin nonton pesta ritual tahunan Cap Go Meh. Hanya karena penasaran saja.
Penulis menginap dua hari di rumah Bruderan MTB. Posisinya sejajar dengan Gereja Santo Fransiskus atau Gereja Ayam Singkawang, Biara Suster Claris Singkawang (OSCCap) yang punya nama resmi Ordo Sanctae Clarae Capuccinarum.
Maka, jejak-jejak awal sejarah misi Kalimantan justru ada di Singkawang ini. Dan karya almarhum Bruder Greg MTB yang tekun dan setia selalu mau merawat benda-benda bersejarah karya misi Kongregasi Bruder MTB menjadi punya makna penting. Utamanya tentu bagi Kongregasi MTB dan upaya kita menengok ke belakang melihat sejarah misi masa silam.
Dalam konteks inilah, karya “diam” dan dijalani dengan penuh ketekunan oleh almarhum Bruder Greg ini lalu menemukan makna pentingnya.
Sejarah misi memang tidak bisa berulang lagi. Yang ada adalah sejumput catatan dan serpih-serpihan sejarah. Dan itulah yang bertahun-tahun dengan tekun telah dilakukan oleh almarhum Bruder Greg MTB.
Dan hasil karya tekun Bruder Greg ini lalu mewujud nyata. Jadilah sekarang ini ada yang namanya Museum Misi Mgr. van Hoydonk. Atau singkatnya, Museum Misi MTB Singkawang. Dan ini adalah karya nyata dalam diam oleh almarhum Bruder Greg MTB. (Berlanjut)