Ingin Menebus Dosa karena Pernah Manfaatkan Orang Pintar

0
514 views
Ilustrasi - Aneka bunga untuk sesaji. (Ist)

BAPERAN-BAcaan PERmenungan hariAN.

Selasa, 23 Februari 2022.

Tema: Jalan iman.

Bacaan.

  • Yak. 4; 13-17.
  • Mrk. 9: 39- 40.

“ADUH, rumahnya besar amat. Siapa saja yang tinggal di sini?”

“Hanya saya sendiri, Mo.”

“Anak-anak di mana? Tidak takutkah?”

“Anak-anak sudah mandiri. Rumahnya juga  tidak jauh dari sini. Yang paling jauh hanya sekitar 5 km saja,” jawabnya.

“Usahanya apa?”

“Yang dua anak punya usaha hampir sama. Bahkan barang-barang dalam partai besar masih diambil dari sini. Tentu ada perhitungan tersendiri sebagai usaha kemandirian. Di sini kan gudangnya besar.

Yang satu usahanya toko bangunan. Tuh yang di depan, Mo. Dan yang satu lagi di Jakarta. Jadi dokter,” terangnya.

“Wah hebat ya. Ayuk kita mulai saja.”

Kami mengawali dengan Perayaan Ekaristi dan pemberkatan rumah yang baru. Rumah ini menyambung rumah yang lama.

Cukup banyak anggota komunitas yang hadir; ada sekitar 40 orang.

Sambil menyantap hidangan yang tersedia, saya merasa ada suasana persaudaraan dan keakraban. Belum lagi jumlah keluarga yang hadir dan keluarga karyawan.

“Toko tutup ya?”

“Iya Romo, sengaja tutup. Kami semua bersyukur. Kami mengundang lingkungan dan seluruh keluarga karyawan.

Semua menu ini yang masak adalah karyawan. Saya memesan ke mereka. Rata-rata mereka pintar masak. Kalau di kampung ada pesta, mereka diundang untuk membantu masak. Saya minta mereka dengan menu masing-masing,” terangnya.

“Wah…, hebat. Kenapa bisa begitu?”

“Iya, pertama, kami menyadari bahwa usaha kami bisa lancar dan menjadi berkat itu juga karena mereka. Kami meneruskan usaha ini dari orangtua. Kebetulan saya anak tunggal.

Karyawan sudah puluhan tahun bekerja. Bahkan beberapa meneruskan orangtuanya. Jadi saya anggap sebagai saudara sendiri. Sebagian, saya tahu kecilnya mereka. Sepelantaraan anak saya.

Aman kok di sini. Dan ada beberapa pegawai yang bisa dipercaya,” katanya lebih lanjut.

“Yakin mereka bisa dipercaya?”

“Ya saya percaya saja. Dan selama ini memang demikian.

Ketika masih kecil, saya sudah kenal mereka. Bahkan ada yang sering saya suruh. Sebagian mereka juga tahu masa kecilnya saya.

Mereka yang baik, yang saya kenal selalu saya bantu untuk memperbaiki rumah mereka. Bahkan mereka boleh kredit motor dan mencicil. Setengah uang DP, saya yang bayarin. Setahun sekali mereka saya beri bonus. Mungkin itu yang membuat mereka betah bekerja di sini,” kisahnya berlanjut.

Jasa orang pintar

“Dan saya bersyukur. Ketika ada “kerusuhan”, mereka pula yang menjaga kami. Tidak ada satu barang pun yang hilang atau dijarah.

Hampir sebulan mereka berjaga. Makan, minum dan tidur, ya di sini.

Romo, dosa enggak ya?” tanyanya super kepo.

“Kenapa. Kok belum apa-apa kok dosa?”

“Ya, saya ragu-ragu. Takut aja. Kalau itu dosa, bagaimana saya bisa menebusnya?” tanyanya lagi.

“Gimana ceritanya?”

“Setelah kerusuhan, ada pegawai usul untuk minta bantuan orang pintar,” jelasnya.

“Supaya apa?”

“Katanya terhindar dari hal-hal yang tidak baik. Memang waktu itu saya was-was. Anak-anak juga belum dewasa. Saya percaya saja pada mereka. Lagian papinya anak-anak kan sudah meninggal,” jelasnya.

“Lalu?”

“Mereka membawa orang pintar. Semua ngadoa secara yang lain. Terus, orang itu melempar sesuatu di atas atap. Menebar sesuatu itu di depan toko. Saya tidak tahu apa yang ditebarkan. Lalu mereka kembali berdoa,” jelasnya.

“Apa yang terjadi setelah itu. Apakah ada  syarat yang dia minta?”

“Tidak ada syarat. Tetapi orang itu minta bantuan untuk memperbaiki atap tempat mereka berdoa di kampungnya dan mengatakan, ‘Bantulah kaum duafa.’ Itu saja Mo,” kisahnya.

“Terus?”

“Ya, saya lakukan saja sampai sekarang Mo. Anak-anak juga saya minta untuk melakukan hal yang sama.

Dan yang saya alami bahkan toko saya dan anak-anak berkembang. Ada saja rezeki yang berkelebihan,” terusnya.

“Wah pengalaman yang menarik itu.”

Dan kebiasaan baik itu mungkin bisa dianggap sebagai perpuluhan bagi Tuhan. Katakanlah demikian.

Bukankah kita juga diajarkan bahwa ada bagian dan hak orang kecil, orang miskin dari apa yang kita miliki.

Menjadi berkat bagi orang lain lebih-lebih yang membutuhkan, bukankah itu yang diajarkan Tuhan kepada kita.

Gitu ya mo. Tenangnya hati ini.”

Yesus berkata, “Barangsiapa tidak melawan kita, ia ada di pihak kita.” ay 40.

Tuhan, tuntun hidup kami dalam kebaikan dan kuasa kasih-Mu. Amin.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here