RATUSAN mahasiswa katolik se-Keuskupan Agung Jakarta yang tergabung dalam Pastoran Mahasiswa Keuskupan Agung Jakarta (PMKAJ) kembali gelar acara napak tilas pada Kamis, (24/03/2016) malam sampai Jumat (25/03/2016) dini hari.
Napak tilas adalah kegiatan tahunan bagi seluruh mahasiswa PMKAJ untuk mengenang dan mengambil bagian dalam dalam perjalanan sengsara Yesus. Dari unit masing-masing, mereka berjalan kaki sampai di Gereja Katedral Keuskuan Agung Jakarta di Gambir, Jakarta Pusat.
PMKAJ terbagi dalam empat unit. Mulai dari PMKAJ UT (Unit Timur), yaitu perkumpulan mahasiswa katolik dari kampus-kampus yang terletak di Jakarta Timur. Mereka memulai perjalanan dari Universitas Negeri Jakarta (UNJ) di Rawamangun.
Lalu, Unit Pusat (PMKAJ UP), yaitu perkumpulan mahasiswa katolik dari kampus-kampus yang letaknya di daerah Jakarta Pusat memulainya dari Harmoni, Jakarta Pusat.
Kemudian, Unit Barat (PMKAJ UB) yang merupakan perkumpulan mahasiswa katolik dari kampus-kampus yang terletak di daerah Jakarta Barat melakukan perjalanan mulai dari Univeritas Tirsakti, di Grogol.
Selain itu, Unit Atma Jaya (Pastoral Atmajaya). Unit ini adalah khusus bagi mahasiwa katolik di Universitas Katholik Atma Jaya. Mereka memulainya dari kampus Atmajaya Semanggi, Jakarta Selatan.
Serta ada juga Unit Selatan (PMKAJ US) yang merupakan perkumpulan mahasiswa katolik yang berkuliah di kampus-kampus di daerah Depok, Jakarta Selatan dan sekitarnya. PMKAJ US yang menepuh perjalanan yang paling jauh dari mahasiswa lainnya. Dari Wisma Serikat (Wisma SJ) yang terletak di Jalan Margonda Raya 531, Depok, Jawa Barat.
Waktu menunjukan pukul 06.00 WIB. Semua mahasiswa sudah dari setiap unit sudah ada di halaman depan Gereja Katedral Jakarta. Terlihat, keringat hampir membasahi sekujur tubuh peserta setelah menempus perjalan yang cukup jauh. Tapi, rasa sebagai seorang yang berdosa dan kemauan untuk mengambil bagian dalam kisah sengsara Yesus menjadi motivasi yang tak terkalahkan. Jauhnya perjalanan dengan berbagai halangan dan rintangan terasa tak berarti.
Peserta terlihat semangat. Sambil menanti wejangan Mgr. Ignatius Suharyo, Uskup Keuskupan Agung Jakarta, sekaligus Ketua Konferensi Waligereja Indonesia mereka terlihat masih sempat bercanda ria dengan teman masing-masing.
Sekitar pukul 06.15, Andika dan Benedictus selaku MC membuka acara dengan doa. Doa dipimpin oleh Romo Robert. Lalu, diikuti dengan menyanyikan mars PMKAJ. Serentak suasana berubah. Semua peserta bernyanyai ria.
Setelah mars dilantunkan, diikuti dengan sambutan Uskup. Dalam sambutannya, ia membukannya dengan memberikan apresiasi atas apa yang telah dilakukan oleh seluruh peserta. Uskup yakin, dorongan untuk rela berkorban terhadap diri dan sesama adalah motivasi dari kegiatan ini.
“Saya sungguh menghargai keikutsertaan di dalam napak tilas yang setiap tahun dilakukan pada hari Kamis Putih malam sampai hari Jumat Agung. Sungguh saya menghargai karena pasti mengandaikan kerelaan untuk berkorban”, ungkapnya.
Tidak hanya itu, kesempatan seperti ini sahut uskup, merupaan saat dimana semua mahasiswa saling mengenal satu sama lain. “Bagi saya yang amat jelas, perziarahan ini adalah kesempatan untuk membangun persahabatan di antara adik-adik sekalian. Bukan hanya di unit-unit masing-masing. Tapi juga seluruh mahasiswa di Keuskupan” lanjutnya.
Harapannya, demikian uskup, pengalaman seperti ini mesti dikenang sebagai tanda kasih dan kehadiran Tuhan. “Semoga pengalaman ini terus dirasakan diingiat dikenan sebagai suatu rahmata Tuhan,”, ucapnya.
Selain itu, uskup juga mengajak agar mahasiswa megenal identitasnya sebagai mahasiswa Katholik. Nilai-nalai Katholikan, demikain dia, diharapkan ada, tumbuh dan berkembang dalam diri setiap mahasiswa.
Maka berbagai adagium seperti: “aku ada maka aku ada”, aku berbelanja maka aku ada” atau aku tampil maka aku ada”, hendaknya tidak menjadi identitas mahasiswa Katholik. Pandangan seperti itu, demikian uskup hanya menjauhkan mahasiswa Katholik dari Tuhan.
Sebagai jawaban, uskup yang adalah alumnus Seminari Menengah Mertoyudan, Jawa Tengah ini mengajak semua mahasisiwa harus bisa menjadi manusia yang bisa berpikir dan bebuat serta berbelarasa yang didasari oleh nilai-nilai kemanusiaan. Bukan hanya untuk diri sendiri, kelompok dan komunitasnya, tetapi, kepada siapa pun tanpa batasan ras, suku, agama seperti tertuang dalam Pancasila.
“Mari kita berangkat dari cara pandang ini, saya berbelarasa maka saya ada. Dalam rangka itu, mengamalkan Pancasila menjadi sangat penting. Selamat berjuang, selamat bersahabat, selamat Paska. Tuhan memberkati”, tutupnya.
Setelah sambutan, dilanjutkan dengan pemberian buah tangan kepada uskup. Sejumlah 5 buah diberikan, mewakili 5 unit PMKAJ yang diwakili oleh masing-masing kordinator. Lalu, diikuti dengan berkat penutup.
Acara ditutup dengan fotobersama Uskup.
Sambutan gembira
Banyak yang menyambut acara ini dengan gembira, terutama panitia yang meyukseskan acara ini. Bukan karena mendapat keuntungan seperti uang. Bahkan untuk menyukseskannya, butuh pengorbanan yang tak sedikit. Membagi waktu dengan berbgai tugas perkuliah tentu sudah pasti.
Bahkan harus kerja keras jauh hari sebelumnya. Untuk mengantisipasi keungan, seperti yang dilakukan panitai PMKAJ Unit Selatan adalah menjajal makanan dan kaos kepada sesama anggota menjadi jalan keluar.
“Inilah manfaat berorganisasi. Walaupun kita dalam kekurangan, kita tetap memiliki ide untuk mengatasi segala persoalan yang dihadapi. Kami sangat bersyukur karena kami bisa berkorban untuk kepentingan bersama, terutama untuk Tuhan seperti dalam acara napak tilas ini”, ungkap Bernadeta Pangaribbuan, anggota divisi dana dan usaha PMKAJ Unit Selatan.
Selain itu, Laura, kordinator Pastoran Atma Jaya (PA) mengatakan kegembiraannya mengikuti napak tilas. Bagi dia, acara ini tidak sekedar menempuh perjalanan nan jauh dan melelahkan. Lebih dari itu merupakan saat mendalami sengsara dan wafat Yesus. Maka, ia mengharapkan di tahun-tahun yang akan datang, acara ini tetap diadakan.“Semoga acara ini tetap ada untuk ke depannya. Semoga acara ini berguna”, ungkap mahasiswa jurusan Teknik Industri ini.
Lalu Vanesa dari PMKAJ UT juga menghrapkan agar acara ini tetap dipertahankan. Ia begitu gembira karena bisa bertemu dengan sesama mahasiswa katolik dari berbagai kampus dan unit. Apalagi bisa menyempatkan diri untuk bertatap muka dengan Uskup. Peristiwa yang jarang terjadi.
“Walaupun lelah, mulai dari persiapan sampai hari ini, semuanya terbayar. Apalagi, kita bisa berjabatan dan berpose bersama dengan Bapak Uskup. Lebih dari itu, yang pasti kita juga bergembira kerena bisa mengambil bagian dalam sengsara Yesus”, ungkapnya.