
PERAYAAN Syukur 218 Tahun Keuskupan Agung Jakarta digelar dengan menggelorakan semangat membangun kepedulian dalam kerangka animo bersama bina kerukunan dan ekoteologi.
Tanggal 8 Mei 2025 tahun ini, Keuskupan Agung Jakarta (KAJ) merayakan keberadaannya selama 218 tahun. Perayaan HUT ke-218 KAJ ini digelar hari Sabtu tanggal 10 Mei. Dengan agenda acara jalan-jalan santai dan sehat. Semua digelar dalam atmosfir semangat kebhinnekaan Indonesia.
Semarak kegiatan Jalan Santai Kerukunan dan Kebhinnekaan Lintas Iman hari Sabtu ini diikuti oleh tak kurang 3.500 peserta dari berbagai agama dan kepercayaan. Acara ini dimeriahkan dengan pertunjukan ondel-ondel, tarian tradisional, dan hiburan rakyat lainnya yang mencerminkan semangat kebersamaan dalam keberagaman.

Sejumlah tokoh masyarakat hadir
Tahun ini, KAJ mengangkat tema “Syukur 218 Tahun KAJ: Membangun Kepedulian kepada Saudara yang Lemah dan Miskin dalam Suasana Rukun dan Damai.” Tema ini menjadi cerminan komitmen KAJ dalam membangun solidaritas sosial dan memperkuat kerukunan lintas iman sebagai bagian dari kehidupan berbangsa dan bernegara.
Turut hadir dalam perayaan ini sejumlah tokoh penting, antara lain:
- Dirjen Bimas Katolik Kementerian Agama RI: Suparman.
- Kepala Biro Dikmental Provinsi DKI Jakarta: Fajar Eko Satriyo.
- Pembimas Katolik Kanwil Kemenag Provinsi DKI Jakarta: Antonius Sinaga.
Ekoteologi
Sebagai bentuk dukungan terhadap salah satu program prioritas Kementerian Agama, yakni penguatan ekoteologi, secara simbolis diserahkan bibit pohon matoa untuk ditanam di rumah-rumah ibadat Katolik di wilayah Keuskupan Agung Jakarta.
Penyerahan dilakukan oleh Dirjen Bimas Katolik, Suparman, kepada Romo Edi Mulyono SJ, Vikaris Episkopal Kategorial KAJ mewakili Keuskupan.
Program penanaman pohon ini merupakan bagian dari Gerakan Penanaman 1 Juta Pohon Matoa Tahun 2025 yang diinisiasi Kementerian Agama. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kesadaran ekologis berbasis nilai-nilai keagamaan, menciptakan lingkungan hidup yang lebih hijau, dan mendorong partisipasi aktif umat beragama dalam pelestarian alam.

Pembimas Katolik Antonius Sinaga menegaskan bahwa penguatan ekoteologi ini sejalan dengan ajakan almarhum Paus Fransiskus dalam Ensiklik Laudato Si‘ (2015) yang menyerukan tanggungjawab bersama dalam menjaga bumi sebagai rumah bersama.
Dalam beberapa kesempatan, Paus Fransiskus mengingatkan: “Kita tidak mewarisi bumi dari nenek moyang kita. Kita meminjamnya dari anak cucu kita.”
Dengan semangat syukur dan kepedulian sosial serta komitmen ekologis, Keuskupan Agung Jakarta meneguhkan perannya sebagai bagian dari Gereja yang hidup dan hadir di tengah masyarakat majemuk, demi terwujudnya perdamaian, keadilan, dan kelestarian ciptaan.
Sambutan Dirjen Bimas Katolik Kemenag RI
“Pertama-tama, marilah kita panjatkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas berkat dan rahmat-Nya, hari ini kita dapat hadir dan bersama-sama mengikuti kegiatan Jalan Santai Kerukunan dan Kebhinnekaan Lintas Agama dalam suasana yang penuh semangat, damai, dan kebersamaan,” kata pengantar sambutan Dirjen Bimas Katolik Kemenag Suparman.
“Saya menyampaikan selamat dan apresiasi kepada Keuskupan Agung Jakarta yang pada tahun ini memperingati 218 tahun pelayanannya. Ini adalah usia yang sangat matang dan menjadi bukti nyata dari dedikasi panjang dalam membangun kehidupan iman, pelayanan sosial, serta relasi yang harmonis dengan masyarakat lintas agama di ibukota dan sekitarnya,” sambungnya.

Tema perayaan tahun ini berbunyi “Syukur 218 Tahun KAJ: Membangun Kepedulian kepada Saudara yang Lemah dan Miskin dalam Suasana Rukun dan Damai”.
Tema ini sangat menyentuh dan relevan dengan semangat kebangsaan kita.
Tema ini menegaskan bahwa panggilan iman bukan hanya soal ritual, tetapi juga tentang kepedulian sosial dan komitmen membangun harmoni dalam kehidupan bermasyarakat.
Tema ini pun selaras dengan keprihatinan Paus Fransiskus semasa hidupnya. Beliau berulang kali menunjukkan perhatian besar terhadap mereka yang lemah dan miskin. Paus mengajak umat untuk tidak larut dalam budaya konsumtif dan sikap acuh, tetapi sebaliknya, untuk mendekat, mendengarkan, dan melayani mereka yang paling kecil dan terpinggirkan.
“Saya sangat mengapresiasi kehadiran para tokoh lintas agama dan umat dari seluruh paroki di wilayah Keuskupan Agung Jakarta. Kehadiran Bapak-Ibu semua dalam satu langkah kebersamaan hari ini merupakan gambaran indah tentang Indonesia yang rukun dalam keberagaman,” ungkap Dirjen Bimas Katolik Kemenag RI: Suparman.

Jalan santai
Kegiatan jalan santai ini tampak sederhana, tetapi sesungguhnya sarat makna. Demikian pendapat Dirjen Bimaskat Kemenag RI: Suparman.
“Kita berjalan bersama—bukan hanya untuk menyehatkan tubuh, tetapi juga untuk memperkuat jalinan persaudaraan dan solidaritas antarumat beragama. Inilah wajah Indonesia yang sesungguhnya: damai, inklusif, dan peduli terhadap sesama, terutama mereka yang lemah dan membutuhkan,” ungkap Suparman.
“Mari kita terus jaga semangat kerukunan ini, tidak hanya dalam momentum peringatan seperti hari ini, tetapi juga dalam kehidupan kita sehari-hari. Dengan semangat kasih, solidaritas, dan persaudaraan lintas iman, saya yakin kita dapat bersama-sama membangun bangsa ini menjadi lebih adil, damai, dan sejahtera,” kata Suparman.
“Dirgahayu Keuskupan Agung Jakarta ke-218. Semoga terus menjadi sumber terang dan harapan bagi masyarakat luas,” kata Suparman mengakhiri sambutannya.