Kiong Koe Berkicau: Allah Melihat Yang Tersembunyi

0
149 views
Memberi amal untuk para bikkhu di sebuah jalan di Kamboja by Mathias Hariyadi

Mat 6:1-6.16-18

“Dari ‘no name’ buat pembangunan gereja, panti asuhan, panti jompo, dan masyarakat tidak mampu”.

Demikianlah bunyi intensi seorang donatur di kota seberang lautan sana pada saat menolong orang susah. Dia tidak ingin namanya disebut. Bahkan dia tidak mau dikenal oleh siapa pun.

Saat membantu orang susah dia selalu menyebut dirinya aku ini bukan siapa-siapa. Bahkan setiap kali mendonasikan berkatnya dia selalu bilang itu berkatnya Tuhan yang Dia titipkan melalui saya.

Sikap dan tindakan donatur ini, bertolak belakang dengan kebiasaan sebagian orang di zaman ini di mana mereka kalau menolong orang susah suka sekali namanya diekspose, sengaja dipamerkan dan semacamnya.

Bagi kelompok ini, berat rasanya kalau menolong orang susah tidak disertai publikasi.

Begitulah motivasi orang kalau memberi, egonya masih ingin diikutsertakan di dalamnya. Maaf kalau dugaan saya ini salah.

Atau mungkin caranya kelompok ini dalam menolong orang susah itu, bermaksud untuk membangun kesadaran orang pelit supaya bisa berbagi kasih. Kemungkinan kesadaran ke arah itu, sangat mungkin sekali.

Namun, dari motivasi seperti ini tidak berkesinambungan dengan kata-kata Tuhan Yesus yang bilang begini, “Jika kamu mau menolong orang susah, janganlah diketahui tangan kirimu apa yang diperbuat tangan kananmu. Sebaiknya donasimu itu diberikan dengan tersembunyi, maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu” (bdk.ayat 3-4).

Dari pernyataan Tuhan Yesus ini, kita bisa berspekulasi bahwa upaya membangun kesadaran orang kikir atau pelit bisa ditempuh dengan “metode pastoral care“.

Sebab, untuk mendekati dan menyadarkan orang pelit ada banyak variasi metode yang perlu dipelajari dan diterapkan. Setidaknya, perlu dipahami bahwa tidak semua orang pelit bisa diperlakukan sama.

Manusia yang pelit perlu didekati dengan banyak cara. Orang pelit atau bisa pelit karena mereka lahir dari latar belakang keluarga yang hidupnya penuh dengan kisah hidup sengsara. Kendati demikian, memang ada juga orang pelit karena dari genetik keluarganya.

Kalau begitu, sebaiknya sepeti apa? Adalah lebih bijaksana kalau kita belajar dari “no name” bila mau terlibat dalam menolong orang susah. Menolong tidak perlu berkoar-koar. Menolong cukup disertai dengan sikap diam.

Namun, menemukan kesadaran seperti ini, tidaklah mudah. Orang mesti mampu mengalahkan ego. Mereka yang sudah berhasil menyebutkan dirinya “no name” adalah pahlawan sedekah yang sudah menang menaklukkan ego.

Mereka ini, lebih pantas di sebut martir sedekah, donasi, atau amal. Sikap dan tindakan dari mereka yang menyebut dirinya “no name” dalam setiap menolong orang susah sudah dipastikan bahwa Allah akan memberi imbalan atas donasinya dengan cara-Nya sendiri.

Di mata dunia kepeduliannya tersembunyi. Sedangkan, di mata Allah kepeduliannya pada orang-orang susah bagai kota di atas bukit.

Renungan: Anda mau menjadi donatur tersembunyi di mata dunia, berarti di mata Allah Anda akan menjadi kota di atas bukit

Tuhan memberkati.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here