Klarifikasi Kardinal Suharyo: Menjawab Wartawan Pakai Ilustrasi Kitab Suci Perjanjian Lama tentang Runtuhnya Kerajaan

0
2,796 views
Ketua KWI sekaligus Uskup Keuskupan Agung Jakarta Ignatius Kardinal Suharyo dalam misa pembukaan Pertemuan Nasional Komisi Kerawam KWI di Jakarta, 14-17 Juni 2022. (Ist)

SATU hari terakhir ini muncul kehebohan luar biasa di panggung medsos. Tentang komentar Uskup Keuskupan Agung Jakarta Ignatius Kardinal Suharyo. Ketika beliau secara spontan dan langsung ditanyai wartawan tentang situasi dan kondisi perpolitikan nasional akhir-akhir ini.

Paparan Kardinal sebagaimana kemudian muncul berupa potongan video dan konten pemberitaan itu hingga hari Selasa tanggal 6 Februari 2024 ini masih tetap menimbulkan kehebohan.

Terjadi demikian, karena ada berbagai macam tafsiran atas komentar Bapak Kardinal tersebut. Sehingga lalu menimbulkan pro dan kontra di kalangan netizen yang mencermati penggalan tayangan video dan laporan berita tentang konten paparan komentar beliau.

Untuk memperjelas duduk perkaranya, Redaksi Sesawi.Net menghubungi Kardinal Suharyo melalui jalur pribadi. Bertanya dua hal:

  • Konteks peristiwanya kapan dan di mana?
  • Maksud ujaran komentar itu tentang hal apa?

Untuk dua pertanyaan penting itu, Redaksi Sesawi.Net langsung mendapat jawaban dari Kardinal Suharyo sebagai berikut.

Duduk perkaranya sehingga proporsional

“Ceritanya demikian,” begitu jawab Uskup KAJ Ignatius Kardinal Suharyo ketika memulai percakapan dengan Sesawi.Net.

“Saya merupakan salah satu dari antara para pimpinan lintas agama yang tergabung dalam Forum Peduli Indonesia Damai. Anggotanya ada dalam daftar seruan yang kami sampaikan dalam lampiran,” ungkapnya.

Seruan ketiga

“Ini adalah seruan ketiga, sesudah seruan pertama yang sudah diungkapkan di Wisma Keuskupan Agung Jakarta. Seruan kedua juga sudah dirilis di Kantor MUI. Sementara, seruan yang ketiga ini terjadi Kantor PGI, hari Senin sore tanggal 5 Februari 2024 kemarin,” sambung Kardinal. “Seruan ketiga Forum Peduli Indonesia Damai ini resmi dirilis hari Senin sore kemarin pukul 15-16 WIB,” sambungnya.

Video potongan

Tetang video yang telah beredar massif di jalur medsos sejak kemarin sampai hari ini, Ignatius Kardinal Suharyo memberi tanggapan dan konfirmasinya sebagai berikut.

Video yang beredar itu merupakan satu frame saja -sebuah potongan dari video dengan durasi yang jauh lebih panjang,” jelasnya.

Konteks paparan video itu seperti ini.

“Sesudah membacakan seruan damai yang ketiga itu, kemudian dilangsungkan sesi tanya-jawab antara Forum Peduli Indonesia Damai dan media. Wakil Ketua Umum MUI Bapak Marsudi Syuhud dan saya kemudian ‘ditarik’ oleh media untuk sebuah sesi wawancara khusus dengan beberapa wartawan,” jelas Kardinal.

Yang media tanyakan kepada mereka berdua adalah apa pendapat para pimpinan agama mengenai kritik yang dilancarkan oleh para akademisi.

“Pak Marsudi Syuhud menjawab: Kritik itu vitamin – mungkin akan muncul ratusan kritik lain kepada pemerintah pada hari-hari ini,” kata Kardinal mengutip jawaban Marsudi Syuhud.

“Ketika ditanya – saya sungguh tidak tahu kenapa saya yang ditarik untuk wawancara. Karena itu, saya lalu menjawab spontan saja. Dengan memakai ilustrasi dari Kitab Suci Perjanjian Lama,” jawab Kardinal kepada Sesawi.Net, Selasa siang 6 Februari 2024.

“Pada masa kerajaan-kerajaan memerintah di Israel -ketika zaman tengah diperintah oleh raja-raja yang tidak baik- maka lalu muncullah nabi-nabi yang bersuara lantang. Mereka berani menyampaikan kritik-kritik tajam terhadap institusi kerajaan.

Juga berani melontarkan kritik-kritik keras terhadap raja; khususnya raja-raja yang tidak memperhatikan keadilan sosial. Taruhlah itu misalnya Nabi Amos,” terang Kardinal menjawab media di sesi tanya jawab pasca seruan ketiga digaungkan oleh Forum Peduli Indonesia Damai di Kantor PGI Senin sore kemarin.

“Jadi kritik para akademisi itu adalah suara kenabian pada zaman sekarang dan di sini: ya di Indonesia ini,” sambung Kardinal kepada media.

“Mari kita belajar dari pengalaman. Ketika kerajaan semakin merosot dan seruan kritik tajam oleh para nabi-nabi tidak didengarkan, maka satu per satu kerajaan-kerajaan itu lalu tumbang,” papar Kardinal Suharyo.

Ia menjelaskan setting peristiwa ketika Nabi Amos di abad VIII Sebelum Masehi muncul sebagai “suara kenabian” para era kekuasaan Raja Uzia dari Kerajaan Selatan dan di zaman pemerintahan Raja Yerobeam II, anak Yoas, di Kerajaan Utara.

“Kerajaan Utara (di Israel) itu akhirnya tumbang tahun 721 SM. Sementara, Kerajaan Selatan juga ikut tumbang tahun 587 SM. Itulah sebabnya, saya mengatakan: ketika kritik para nabi tidak didengarkan, maka kerajaan dan kekuasaan raja itu pun akhirnya tumbang,” papar Kardinal Suharyo.

Konteksnya, Kitab Suci Perjanjian Lama

“Jadi yang saya sampaikan kepada media pada hari Senin sore kemarin itu adalah sejarah Kitab Suci Perjanjian Lama. Karena itu, tegas saya katakan kepada media bahwa jawaban saya ini mesti dibaca dalam perspektif iman kristiani,” tandasnya kepada media dan kembali diungkapkan juga kepada Sesawi.Net.

“Kalau kemudian muncul hal-hal lain di luar konteks sejarah Kitab Suci Perjanjian Lama tersebut, maka itu tidak lain merupakan tafsiran para pendengar (wartawan pewawancara), para pembaca berita, dan penonton potongan video yang konten dan durasinya sungguh tidak lengkap itu,” kata Kardinal Suharyo mengakhiri tanya-jawab ringkas dengan Sesawi.Net.

Forum inginkan pemilu jurdil dan bermartabat, bukan lainnya

Berikut ini, Kardinal Suharyo juga melampirkan teks seruan ketiga Forum Peduli Indonesia Damai.

Isinya mengajak segenap komponen bangsa Indonesia untuk berpartisipasi dalam pemilu 2024 yang diharapkan berlangsung aman, tertib, damai, dan lancar. Tanpa ada hal-hal yang bisa menciderai unsur jujur dan adil dalam ajang pesta demokrasi ini.

Sesusai dengan judul teks ini: Mari Wujudkan Pemilu Jujur, Adil, dan Bermartabat.

Bukan untuk mengajak hal-hal yang malah kontradiktif dari ekspektasi besar kelompok Forum Peduli Indonesia Damai seperti yang mungkin dikesankan dari tafsiran macam-macam yang muncul di panggung medsos hari-hari ini.

Seruan ketiga yang dirilis Forum Peduli Indonesia Damai di Kantor PGI, Jakarta Senin tanggal 5 Februari 2024. (KAJ)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here