Ketua Lembaga ’To Kaili” Bangkit, Kota Palu, Sulawesi Tengah, Ashar Yotomarwangi mengatakan, tokoh-tokoh agama di daerah ini masih cenderung bersikap elitis sehingga mereka tidak pernah turun ke daerah-daerah konflik di Sulawesi Tengah.
“Saya sudah mendatangi semua simpul-simpul konflik, baik di Palu maupun di Kabupaten Sigi tetapi saya tidak pernah menemukan ada tokoh agama di sana. Ternyata tokoh-tokoh agama itu hanya ada di forum-forum dialog saja,” kata Ashar Yotomarwangi seperti dikutip Antara dalam forum dialog bertema ’Sulawesi Tengah Damai’ di Palu, Selasa.
Dialog tersebut menghadirkan enam pembicara yakni Wakil Gubernur Sulawesi Tengah Sudarto, Kapolda Sulawesi Tengah Brigjen Pol Dewa Parsana, dan tokoh-tokoh agama seperti Majelis Ulama Indonesia (MUI) diwakili Syamsuddin Chalid, dan Majelis Sinode Gereja Kristen Sulawesi Tengah (GKST) Pdt Omnesimus Kamboji.
Tanggpan dan kritik
Berbagai tanggapan dan kritik muncul dalam forum dialog tersebut salah satunya dari Lembaga ’To Kaili” Bangkit, salah satu lembaga komunitas yang bergerak dalam bidang seni dan budaya di bawah pimpinan Ashar Yotomarwangi.
Ashar mengatakan, konflik yang terjadi di beberapa daerah terutama di Palu dan Sigi masih kurang mendapat perhatian dari tokoh-tokoh agama.Saat bentrokan terjadi justru tidak ada tokoh-tokoh yang berpengaruh hadir di daerah tersebut.
Dia juga mendesak Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) memberi peran dalam menangani konflik karena sebagian besar mereka yang terlibat dalam setiap bentrok adalah anak muda.
Dalam dialog tersebut, Ketua DPD KNPI Sigi, Alia Idrus yang juga anggota DPRD Sigi mengatakan, bentrokan yang terjadi di Sigi selama ini tidak mampu ditangani aparat kepolisian karena terbatasnya jumlah aparat dan akses kantor polisi yang jauh dari Sigi.
Sejak Sigi menjadi kabupaten berpisah dengan Kabupaten Donggala tahun 2008, hingga kini Sigi belum memiliki Kantor Polres. Kendali keamanan di daerah ini masih di bawah Polres Donggala.
Alia meminta Polda Sulawesi Tengah segera membangun Polres di Sigi. Ia juga mengatakan, bentrokan warga antarkampung yang terjadi di Sigi selama ini sudah melibatkan orang tua. Terbukti justru orang tua yang menyuruh anak-anak mereka mengumpul batu di depan rumah.Batu itu, kata Alia, sebagai persiapan jika sewaktu-waktu ada penyerangan dari desa tetangga.
Sementara itu Wakil Gubernur Sulawesi Tengah, Sudarto mengatakan, penanganan konflik di Sigi khususnya di Kecamatan Dolo banyak tergantung dari peran tokoh agama dan masyarakat setempat.
Sudarto juga menyayangkan keterlibatan orang tua dalam setiap bentrok antarwarga di wilayah itu.