Kotbah

0
353 views
Ilustrasi - Mimbar kotbah. (Ist)

Renungan Harian
Minggu, 8 Mei 2022
Hari Minggu Paskah IV
Bacaan I:  Kis. 13: 14. 43-52
Bacaan II: Why. 7: 9. 14b-17
Injil: Yoh. 10: 27-30
 
DULU sewaktu saya belum menjadi imam, saat saya masih menjadi seorang karyawan, saya pergi ke gereja hanya satu pekan sekali. Saya biasa pergi ke gereja bersama dengan beberapa orang teman dan pilihan gerejanya juga acak, tidak satu paroki yang sama.
 
Setiap kali pulang gereja, pembicaraan kami selalu sama yaitu mengenai kotbah pastor. Sering kali dalam pembicaraan itu kami merasa bahwa kami tidak tahu apa yang dikotbahkan pastor.

Kami tidak mengerti pastor itu kotbah apa, ngomong apa. Sering kali pula, kami mengomentari bahwa pastor dalam berkotbah tidak menarik, monoton, atau hanya membaca catatan yang telah dibuatnya.

Ada pastor yang kotbah berapi-api tetapi tidak jelas ngomong apa, menerangkan Kitab Suci dengan bahasa-bahasa yang tidak kami mengerti.

Bahkan ada teman yang mengatakan bahasa pastor itu lebih sulit dari bahasa Kitab Suci. Ada pastor yang membacakan kotbahnya dengan amat monoton bikin mengantuk, meski isinya menarik sehingga membuat tidak didengarkan pesannya.
 
Setelah menjadi imam, saya baru merasakan betapa sulit menyiapkan kotbah yang singkat padat, bahasa sederhana, tetapi mendalam. Belum lagi harus berhadapan dengan bacaan yang berulang-ulang, sehingga untuk menemukan pesan yang berbeda menjadi tantangan tersendiri.
 
Pada masa sekarang di era media sosial tantangan untuk menyampaikan kotbah yang baik dan menarik menjadi lebih besar. Tantangan baru yang muncul adalah bagaimana imam memberi kotbah yang menarik, singkat, benar dan mendalam.

Kotbah bukan hanya soal membahas sabda Tuhan hari itu, tetapi bagaimana memberi refleksi atas sabda Tuhan dengan menarik dan mendalam.

Di luar sana banyak kotbah-kotbah yang diberikan oleh banyak orang yang amat menarik meski sering kali kurang mendalam dan “menyeleweng” dari ajaran iman katolik.

Para penikmat tidak lagi kritis soal benar salah, tetapi cara pembawaan yang menarik membuat terpesona sehingga kalau tidak hati-hati menjadi tersesat.
 
Umat membutuhkan imam yang mampu berkotbah menarik, mendalam dan singkat. Sehingga umat yang dibanjiri kotbah-kotbah yang bisa membawa umat tersesat; tidak terpengaruh karena tahu ada imamnya yang berkotbah dengan menarik.

Tantangan yang tidak mudah minimal untuk saya sendiri.
 
Sebagaimana sabda Tuhan hari ini sejauh diwartakan dalam Injil Yohanes: “Domba-dombaKu mendengarkan suaraKu; Aku mengenal mereka, dan mereka mengikut Aku.”

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here