Rabu. Minggu Prapaskah III. Hari Biasa (U)
- Ul. 4:1.5-9
- Mzm.147:12-13.15-16.19-20
- Mat. 5:17-19
Lectio
17 “Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya. 18 Karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titikpun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi.
19 Karena itu siapa yang meniadakan salah satu perintah hukum Taurat sekalipun yang paling kecil, dan mengajarkannya demikian kepada orang lain, ia akan menduduki tempat yang paling rendah di dalam Kerajaan Surga; tetapi siapa yang melakukan dan mengajarkan segala perintah-perintah hukum Taurat, ia akan menduduki tempat yang tinggi di dalam Kerajaan Surga.
Meditatio-Exegese
Aku datang untuk menggenapinya
Berbeda dengan kebanyakan orang, Yesus memandang Hukum Tuhan secara positif. Ia menggemakan madah pemazmur, “Betapa kucintai Taurat-Mu! Aku merenungkannya sepanjang hari.” (Mzm. 119: 97).
Bagi orang Yahudi yang hidup sejaman dengan Yesus, Hukum Tuhan mengacu pada Sepuluh Perintah Allah atau kelima Kitab Musa atau Pentateuk atau Taurat, yang menerangkan perintah dan peraturan Allah. Hukum juga mengacu pada seluruh ajaran atau cara hidup yang dititahkan Allah pada umat-Nya.
Orang Yahudi pada jaman Yesus juga menggunakan hukum yang berpatokan pada tradisi lisan dan tradisi tertulis. Tiada keraguan lagi, bahwa para cerdik pandai di bidang hukum, ahli Taurat, Farisi, menambahkan hal-hal baru yang sebenarnya tidak ditetapkan Allah.
Talmud menyebutkan terdapat 613 hukum (mitzvot), yang terdiri 248 perintah dan 365 larangan (bdk. Tractate Makkot 23b). Inilah alasan mengapa Yesus mengutuk para ahli Taurat karena menambah beban dengan penerapan hukum yang tidak sesuai dengan keinginan Allah.
Yesus mengajarkan agar manusia menghormati hukum Tuhan – menghormati Tuhan sendiri, Hari Tuhan, menaati orangtua, menghormati hidup, hak milik, nama baik sesama manusia, menghormati sesama yang berbuat jahat pada kita atau memiliki niat untuk memperbudak kita.
Melakukan hukum Tuhan seolah-olah mustahil. Tetapi, apa yang tidak mungkin bagi manusia selalu mungkin bagi Allah. Ia selalu menolong dengan menganugerahkan Roh Kudus.
Allah menganugerahkan rahmat-Nya, membantu, dan menguatkan masing-masing murid-Nya melakukan apa yang dilakukan-Nya. Masing-masing mampu mengasihi seperti Ia mengasihi. Tiap pribadi mengampuni seperti Ia mengampuni.
Masing-masing menimbang dan mengadili seperti Ia menimbang dan mengadili. Singkatnya, Yesus mengajak untuk bertindak seperti Ia bertindak penuh belas kasih, kasih setia dan rahim.
Allah mencintai kebenaan dan membenci kejahatan. Murid-Nya mengasihi seperti diminta-Nya dan membenci setiap bentuk dosa dan perbuatan jahat.
Satu iota atau satu titik pun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat
Ada pelbagai macam kecenderungan dalam hidup berjemaat pada masa Gereja Perdana. Beberapa mengira mereka tidak perlu lagi mempraktekkan hukum Perjanjian Lama, karena telah diselamatkan oleh iman kepada Yesus, bukan karena melaksanakan Hukum (Rm. 3:21-26).
Sebagian lainnya menerima Yesus, tetapi mereka menolak kemerdekaan dalam Roh. Mereka yang berasal dari agama Yahudi memaksakan pelaksanaan hukum Perjanjian Lama (Kis. 15:1.5).
Kelompok lain lagi percaya sepenuhnya bahwa mereka dimerdekakan oleh Roh. Mereka tidak lagi memandang penting hidup Yesus dari Nazaret, atau Perjanjian Lama, dan, bahkan, mereka berani berkata (1Kor. 12:3), “Terkutuklah Yesus.”, Anathema Iesus.
Di tengah praktik hidup rohani yang penuh tekanan, Santo Matius membina jemaat dengan cara menemukan keseimbangan atau jalan terbaik. Sabda-Nya, “Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya. Karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titik pun tidak akan ditiadakan dari Hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi.” (Mat. 5:17-18).
Anggota jemaat tidak mungkin melawan Hukum atau tidak mungkin mengikuti hukum itu sampai rincian terkecil. Sama seperti Yesus, jemaat harus mau, dan menunjukkan dalam hidup sehari-hari apa yang menjadi tujuan hukum itu dibuat.
Tiap anggota, tanpa kecuali, melaksanakan kasih sesempurna mungkin seperti Yesus melakukannya. Seluruh jemaat tanpa henti melaksanakan kasih dan mengajarkannya kepada generasi satu ke generasi lain.
Ini perintah-Nya (Mat. 5:19), “Siapa yang melakukan dan mengajarkan segala perintah-perintah Hukum Taurat, ia akan menduduki tempat yang tinggi di dalam Kerajaan Surga.”, qui autem fecerit et docuerit, hic magnus vocabitur in regno caelorum.
Katekese
Tiap hari maju menghadap Allah. Santo Augustinus, Uskup dari Hippo, 354-430:
“Sebagai orang Kristiani, tugas kewajiban kita dalah terus membuat kemajuan di hadapan Allah tiap hari. Peziarahan kita di dunia ini merupakan sekolah tempat Allah menjadi satu-satunya Guru. Dan sekolah itu menuntut para murid berperilaku baik, bukan murid yang suka membolos.
Dalam sekolah ini kita belajar sesuatu setiap hari. Kita belajar sesuatu dari perintah – kadang belajar dari teladan, dan dari Sakramen-Sakramen. Yang kita pelajari merupakan obat bagi luka-luka yang kita derita dan bahan yang harus kita pelajari tiap hari.” (Sermon 16A,1)
Oratio-Missio
Tuhan, bantulah aku hari ini untuk mengarahkan seluruh hati, budi dan tenagaku untuk mengasihi sesamaku. Bantulah aku berlaku bijaksana untuk menjaga lingkungan alam di sekitarku. Amin.
- Apa yang perlu kulakukan supaya Hukum Kasih terlaksana dalam diriku?
qui autem fecerit et docuerit, hic magnus vocabitur in regno caelorum – Matthaeum 5:19