Lectio Divina 20.3.2024 – Perkataan-Mu Hidup Kekal

0
35 views
Perkataan yang Kukatakan kepadamu adalah roh dan hidup, by Vatican News.

Sabtu. Minggu Paskah III, Hari Biasa (P)

  • Kis. 9:31-42
  • Mzm. 116:12-13.14-15.16-17
  • Yoh. 6:60-69

Lectio

60 Sesudah mendengar semuanya itu banyak dari murid-murid Yesus yang berkata: “Perkataan ini keras, siapakah yang sanggup mendengarkannya?” 61 Yesus yang di dalam hati-Nya tahu, bahwa murid-murid-Nya bersungut-sungut tentang hal itu, berkata kepada mereka: “Adakah perkataan itu menggoncangkan imanmu?

62 Dan bagaimanakah, jikalau kamu melihat Anak Manusia naik ke tempat di mana Ia sebelumnya berada? 63 Rohlah yang memberi hidup, daging sama sekali tidak berguna. Perkataan-perkataan yang Kukatakan kepadamu adalah roh dan hidup. 64 Tetapi di antaramu ada yang tidak percaya.”

Sebab Yesus tahu dari semula, siapa yang tidak percaya dan siapa yang akan menyerahkan Dia. 65 Lalu Ia berkata: “Sebab itu telah Kukatakan kepadamu: Tidak ada seorangpun dapat datang kepada-Ku, kalau Bapa tidak mengaruniakannya kepadanya.”

66 Mulai dari waktu itu banyak murid-murid-Nya mengundurkan diri dan tidak lagi mengikut Dia. 67 Maka kata Yesus kepada kedua belas murid-Nya: “Apakah kamu tidak mau pergi juga?”

68 Jawab Simon Petrus kepada-Nya: “Tuhan, kepada siapakah kami akan pergi? Perkataan-Mu adalah perkataan hidup yang kekal; 69 dan kami telah percaya dan tahu, bahwa Engkau adalah Yang Kudus dari Allah.” 

Meditatio-Exegese

Petrus berjalan keliling, mengadakan kunjungan ke mana-mana

Tidak ada konflik senjata di wilayah Palestina. Gereja di wilayah Yudea, Galilea dan Samaria tidak mengalami  pengejaran setelah kematian Stefanus. Pengejaran dihentikan, barangkali, karena tokoh utama telah menjadi anggota Gereja.

Terlebih, setelah orang Yahudi menolak pemasangan patung Caligula di Bait Allah, Petronius, komandan militer, tak segan menumpahkan darah puluhan ribu penentang. Nyali untuk berontak menciut, tetapi stiuasi tetap seperti api dalam sekam (Flavius Josephus, Antiquites of the Jews, XVIII.; VIII. 2–9; The War of the Jews, II. Chapter 10). 

Penulis Kisah Para Rasul mengisahkan tugas pengutusan Petrus di Lida (Kis. 9:32-35), Yope (Kis. 9:36-43) and Kaisarea Maritima (Kis. 10:24-28; 12:19). Santo Yohanes Chrysostomus menulis, “Santo Lukas mengisahkan tentang Petrus dan kunjungannya pada kaum beriman.” 

Ia tidak ingin muncul kesan akan ketakutan yang dialami Petrus sehingga ia meninggalkan Yerusalem. Maka, pertama-tama ia menceritakan situasi yang dialami Gereja dan menunjukkan bahwa Petrus tinggal di Yerusalem pada saat masa penganiayaan. […]

Petrus bertindak seperti panglima perang yang memeriksa pasukannya. Ia memastikan bawa mereka benar-benar terlatih dan siap diperintah. Ia memastikan bahwa ia hadir pada saat paling dibutuhkan.

Kita tahu bahwa ia pergi ke setiap penjuru angin dan menemukannya di seluruh daerah. Jika ia melakukan perjalanan sekarang ini, ia pasti mempertimbangkan bahwa umat membutuhkan pengajaran dan dorongan semangat darinya.”  (Homily on Acts, 21).

Mendapati umat yang meminta pertolongan karena mengalami kelumpuhan selama 8 tahun, Petrus tidak menunggu orang itu dibawa kepadanya. Ia mengambil insiatif untuk mendatanginya dan atas nama Yesus ia segera menyembuhkannya.

Kisah pembangkitan Tabitha dari kematian ditulis untuk menumbuhkan iman mereka yang menjadi saksi dengan sikap batin benar dan siap untuk mengimani Yesus.  Santo Cyprianus menulis, “Dalam Kisah Para Rasul dijelaskan bahawa amal kasih tidak hanya membebaskan kita dari kematian kekal, tetapi juga dari kematian sementara.

Tabita, perempuan yang banyak melakukan perbuatan baik dan amal kasih, telah lama sakit dan meninggal; dan Petrus diminta untuk mengunjunginya.

Segera setelah kedatangannya, dengan seluruh ketekunan dan kasih kerasulannya, ia, yang dikelilingi para janda yang menangis, mendoakan perempuan yang meninggal itu, lebih banyak dengan gerak tubuh dari pada kata-kata.   

Petrus percaya bahwa dia dapat memperoleh apa yang sungguh mereka mohon dan bahwa Kristus selalu menolong dan mengabulkan kaum miskin, karena saat memberi pakaian pada kaum miskin, pada-Nya pakaian itu diberikan. […]

Inilah yang terjadi: Ia datang membantu Petrus, kepada siapa Ia telah bersabda dalam Injil bahwa Ia  akan mengabulkan permintaan yang dimohon dalam nama-Nya. Karena alasan ini Dia menghentikan proses kematian dan wanita itu hidup kembali.

Tanda heran ini,  dia hidup kembali, mencengangkan  semua orang, karena membangkitkan orang di siang hari. Begitulah kuasa tindakan belas kasih, perbuatan baik.” (De Opere Et Eleemosynis, 6).

Perkataan ini keras, siapakah yang sanggup mendengarkannya?  

Mendengar perbantahan Yesus melawan pemimpin agama Yahudi, para murid saling beradu gagasan. Karena mengikuti tidak mengikut alur pikir Yesus, mereka sulit memahami, mencerna dan merima makna sabda-Nya, “Bagaimana Ia ini dapat memberikan daging-Nya kepada kita untuk dimakan.” (Yoh. 6:52).

Mereka meninggalkan Yesus, karena kecewa dan gagal paham. Terlebih, mereka menganggap Ia sudah makin gila. Bila sabda-Nya dipahami huruf demi huruf, mereka pasti meninggalkan Yesus.

Sementara itu perayaan Paskah sudah semakin dekat. Orang harus memilih mengikuti Paskah lama atau Paskah Baru. Ternyata mereka lebih memilih yang terdahulu.

Menanggapi keputusan mereka meninggalkan-Nya, Yesus bersabda (Yoh. 6:61), “Adakah perkataan itu menggoncangkan imanmu?”, Hoc vos scandalizat?

Ia mengingatkan akan kisah nenek moyang mereka yang menggerutu di Masa dan Meriba, setelah menyaksikan karya Agung Allah membebaskan mereka dari tangan Mesir dengan menyeberangi Laut Teberau (Kel. 14:15-30).

Di tempat itu mereka mencobai Allah, “Mengapa pula engkau memimpin kami keluar dari Mesir, untuk membunuh kami, anak-anak kami dan ternak kami dengan kehausan?” (Kel. 17:3).

Lalu Ia bersabda, “Dan bagaimanakah, jikalau kamu melihat Anak Manusia naik ke tempat di mana Ia sebelumnya berada?” (Yoh. 6:63). Mereka lupa akan nubuat Nabi Daniel tentang Anak Manusia.

Dialah Anak Manusia yang menghadap Allah dan diberi kekuasaan dan kemuliaan sebagai Raja segala raja serta Kerajaan-Nya tidak akan lenyap (bdk. Dan. 7:13-14). Yang paling berat diterima akal mereka adalah sabda-Nya, “Rohlah yang memberi hidup, daging sama sekali tidak berguna.” (Yoh. 6:63).

Masing-masing jemaat membutuhkan terang Roh Kudus agar mampu memahami, mencerna dan mengimani sabda-Nya (Yoh. 14:25-26; 16:12-13). Santo Paulus menulis kepada jemaat Korintus, “Hukum yang tertulis mematikan, tetapi Roh menghidupkan.” (2Kor. 3:6).

Tetapi di antaramu ada yang tidak percaya

Pada Exodus, Keluaran pertama, bangsa Israel bersungut-sungut dan mencobai Allah. Sebelum mereka diberi makan manna, mereka meragukan kehadiran Allah di tengah mereka, “Adakah Tuhan di tengah-tengah kita atau tidak?” (Kel. 17:7). Lalu, mereka menentang Musa (bdk. Kel. 17:2-3; 16:7-8).

Para murid bisa jatuh dalam pencobaan ini, seperti para leluhur bangsa Israel. Mereka akan menggerutu seperti orang yang gagal paham dan mencela Yesus (Yoh. 6:60).

Akhirnya, masing-masing mengambil keputusan untuk meninggalkan jemaat dan diri-Nya. Mereka “mengundurkan diri dan tidak lagi mengikut Dia.” (Yoh. 6:66).

Apakah kamu tidak mau pergi juga? 

Yesus menyingkapkan kehendak Bapa yang berbelas kasih dan penuh kerahiman. Dialah Wajah Allah yang berbelas kasih, Misericordiae vultus Patris est Christus Iesus (Paus Fransiskus, MV, 1).

Yesus tidak berkehendak menyenangkan seorang pun. Ia lebih memilih sendirian dari pada dikerubuti orang banyak yang hatinya tidak mau berpaut pada Allah dan kehendak-Nya. Ia menantang Petrus untuk mengambil sikap tegas: menerima atau menolak-Nya.

Petrus memutuskan untuk memilih-Nya dan menyatakan kesediaan untuk berpaut pada-Nya (Yoh. 6:68-69), “Tuhan, kepada siapakah kami akan pergi? Perkataan-Mu adalah perkataan hidup yang kekal; dan kami telah percaya dan tahu, bahwa Engkau adalah Yang Kudus dari Allah.”, Domine, ad quem ibimus? Verba vitae aeternae habes; et nos credidimus et cognovimus quia tu es Sanctus Dei

Pesan Santo Yohanes Paulus II, “Carilah Yesus; dengan berusaha keras untuk memperdalam pengalaman iman pribadimu, kamu akan ditunjukkan dan dituntun pada kepenuhan hidupmu. Tetapi, lebih dari semua itu, bukalah dirimu untuk menambatkan hatimu dan melakukan seluruh usaha untuk mengasihi Yesus.

Kasihilah Dia dengan kasih yang lembut, benar dan meluap dari hatimu.  Ia pasti menjadi sahabatmu dan penopangmu sepanjang perjalanan hidup. Pada-Nyalah Sabda hidup abadi.” (Sambutan pada pelajar di Guadalajara, 30 Januari 1979).

Katekese

Makanlah Hidup, Minumlah Hidup. Santo Augustinus, Uskup dari Hippo, 354-430:

“Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia mempunyai hidup yang kekal,” sabda Tuhan. Makan hidup, minum hidup. Kalian memiliki, dan hidup dalam kepenuhannya.

Lalu, Tubuh dan Darah Kristus akan menjadi hidup bagi masing-masing orang dengan syarat: sebenarnya, apa yang dimakan secara kasat mata dalam bentuk Sakramen secara rohani dimakan dan secara rohani pula diminum.” (Sermon 102,2)

Oratio-Missio

Tuhan, bantulah aku untuk mengusir keraguan dan ketakuan dari dalam hatiku, agar aku dengan bebas selalu memeluk sabdaMu dan percaya penuh padaMu. Jadilah Tuhan atas hidupku dan Penguasa hatiku. Singkirkanlah penghalang yang yang merintangi kedekatanku padaMu. Amin.

  • Apa yang perlu kulakukan untuk tidak pergi dari-Nya?

“Domine, ad quem ibimus? Verba vitae aeternae habes” – Ioannem 6:68

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here