Lectio Divina 25.02.2023 – Ia Memanggil Pemungut Cukai

0
286 views
Yang sehat tidak membutuhkan dokter, tetapi yang sakit, by Vatican News

Sabtu. Hari Sabtu Sesudah Rabu Abu (U)

  • Yes. 58:9b-14
  • Mzm. 86:1-2.3-4.5-6
  • Luk. 5:27-32

Lectio

27 Kemudian, ketika Yesus pergi ke luar, Ia melihat seorang pemungut cukai, yang bernama Lewi, sedang duduk di rumah cukai. Yesus berkata kepadanya: “Ikutlah Aku.” 28 Maka berdirilah Lewi dan meninggalkan segala sesuatu, lalu mengikut Dia.

29 Dan Lewi mengadakan suatu perjamuan besar untuk Dia di rumahnya dan sejumlah besar pemungut cukai dan orang-orang lain turut makan bersama-sama dengan Dia. 30 Orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat bersungut-sungut kepada murid-murid Yesus, katanya: “Mengapa kamu makan dan minum bersama-sama dengan pemungut cukai dan orang berdosa?”

31 Lalu jawab Yesus kepada mereka, kata-Nya: “Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit; 32 Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, tetapi orang berdosa, supaya mereka bertobat.”

Meditatio-Exegese

Yesus pergi, melihat seorang pemungut cukai

Santo Lukas melukiskan kisah Yesus menjumpai dan merengkuh orang yang disingkirkan. Ia berinteraksi dengan orang sakit, orang cacat, orang lepra, pemungut cukai, orang asing. Kali ini pergi ke luar rumah, menjumpai Lewi, pemungut cukai, τελωνην, telonen.

Ia disebut juga dengan nama Matius, si pemungut cukai (Mat. 9:9; 10:3; Mrk. 3:18; Luk. 6:15; Kis. 1:13). Dalam struktur kepegawaian, kedudukannya lebih rendah dari dari pada Zakeus, kepala pemungut cukai (Luk. 19:2).

Pekerjaan memungut cukai dianggap najis. Setiap pemungut cukai, termasuk Lewi bekerja untuk penjajah Romawi. Mereka sangat rentan terhadap tindak koruptif.

Oleh sebab itu, para pemungut cukai disamakan dengan perampok dan mereka tidak layak menjadi saksi di pengadilan atau menjadi hakim (Talmud Babilonia, Traktat Sanhedrin 25b). Di samping itu, uang derma mereka juga dianggap tidak halal.

Ikutlah Aku

Yesus memanggil Lewi dengan penuh kuasa. Saat Yesus memanggilnya, ia sedang bekerja, mengumpulkan cukai di rumah cukai, τελωνιον, telonion.

Segera, tanpa menunda, dan tanpa syarat, Lewi meninggalkan pekerjaannya dan mengikuti Yesus. Tanggapannya serupa dengan tanggapan empat orang murid yang dipanggil saat membersihkan jala di pantai Danau Galilea.

Kisah di pantai danau itu dilukiskan rinci, “Dan sesudah mereka menghela perahu-perahunya ke darat, mereka pun meninggalkan segala sesuatu, lalu mengikut Yesus” (Luk. 5: 11; bdk. Mat. 4:18-22; Mrk. 1:16-20). Sabda panggilan-Nya penuh kuasa (Luk. 5:27), “Ikutlah Aku!”, Sequere me.

Santo Lukas menekankan bahwa keputusan Lewi untuk mengikut Yesus dan menjadi murid-Nya merupakan konsekuensi dari upayanya memutus dengan pekerjaan yang telah dirintisnya sejak lama. Maka digunakan ungkapan “meninggalkan segala sesuatu” (Luk. 5:28). Konsekuensinya, ia juga mengorbankan penghasilan dan karirnya.

Atas keputusannya itu, Lewi bersuka cita dan mengundang makan seluruh sahabatnya, termasuk Yesus (Luk. 5:29). Yang dilakukannya serupa dengan pesta perpisahan Nabi Elisa dengan sahabat dan keluarganya, karena ia mengikuti panggilan Nabi Elia.

“Ketika Elia lalu dari dekatnya, ia melemparkan jubahnya kepadanya. Lalu Elisa meninggalkan lembu itu dan berlari mengikuti Elia, katanya, “Biarkanlah aku mencium ayahku dan ibuku dahulu, lalu aku akan mengikuti engkau.” Jawabnya kepadanya, “Baiklah, pulang dahulu, dan ingatlah apa yang telah kuperbuat kepadamu.”

Lalu berbaliklah ia dari pada Elia, ia mengambil pasangan lembu itu, menyembelihnya dan memasak dagingnya dengan bajak lembu itu sebagai kayu api; ia memberikan daging itu kepada orang-orangnya, kemudian makanlah mereka. Sesudah itu bersiaplah ia, lalu mengikuti Elia dan menjadi pelayannya.” (1Raj. 19:19-21).

Aku datang untuk memanggil orang berdosa, supaya mereka bertobat

Suasana hati penuh suka cita dialami oleh Lewi dan teman-temannya, para pendosa dan pemungut cukai. Mereka direngkuh oleh Yesus, yang mau duduk makan bersama. Sebaliknya, kemurungan dan kemarahan bergelayut di hati orang Farisi dan ahli Kitab. Mereka sungut-sungut, karena Yesus mau bergaul, bahkan makan dengan kaum pendosa.

Perilaku kaum Farisi dan ahli Taurat identik dengan perilaku leluhur mereka yang bersungut-sungut kepada Musa di Masa dan Meriba, bukan langsung kepada Allah. “… bersungut-sungutlah bangsa itu kepada Musa dan berkata, “Mengapa pula engkau memimpin kami keluar dari Mesir, untuk membunuh kami, anak-anak kami dan ternak kami dengan kehausan?” (Kel. 17:3).

Yesus menjawab gerundelan mereka dengan meringkas tugas perutusan-Nya: memanggil orang berdosa, supaya bertobat. Santo Lukas menggunakan kata μετανοιαν, metanoian, pertobatan, dari kata kerja metanoeo, ‘saya berbalik kepada Allah’.

Yesus juga mengidentifikasi diri sebagai tabib atau dokter yang dibutuhkan pertolongannya oleh si sakit. Maka, pertobatan berarti manusia harus berseru bahwa ia membutuhkan Yesus (bdk. Yes. 58:9) dan Ia akan menuntun pada kesembuhan, suka cita dan hidup (bdk. Luk. 15:7. 10. 22-27.32).

Santo Lukas menggunakan kata μετανοια, metanoia, lebih banyak dari pada Matius dan Markus (bdk. Luk. 3:3.8; 10:13; 11:32; 13:3.5; 15:7.10; 16:30; 17:3-4; 24:47). Siapa pun yang bertobat pasti mendengarkan seruan dan datang pada-Nya, saat Ia berfirman (Luk. 5:32), “Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, tetapi orang berdosa, supaya mereka bertobat”, Non veni vocare iustos sed peccatores in paenitentiam.

Nabi Yesaya dengan nada ingkaran memaknai pertobatan, “Engkau tidak lagi mengenakan kuk atau menindas; tidak lagi menuduh dan memfitnah; tidak menginjak-injak hukum Sabat dan tidak melakukan urusanmu pada hari kudus-Ku.” (bdk. Yes 58:9-13).

Katekese

Tabib kita mahakuasa. Santo Augustinus dari Hippo, 354-430:

“Walau luka yang kita derita sangat parah, Sang Tabib mahakuasa. Apakah kebenaran itu nampak tidak bermakna bagimu bahwa belas kasih yang meluap dari hati-Nya tak pernah menghancurkan hidupmu, tetapi membawamu pada kepercayaan pada-Nya dan pengampunan dosa?

Apa yang kuderita sangat parah, tetapi aku percaya pada Yang Mahakuasa. Selama menanggung derita yang membawa maut, aku pasti kehilangan harapan, jika aku tidak menemukan Sang Tabib Agung.” (Sermon 352, 3).

Oratio-Missio

Tuhan Yesus, Juruselamat kami, izinkan kami datang pada-Mu: Saat hati kami beku; hngatkanlah dengan kasih-Mu yang tanpa pramrih. Ketika hati kami berdosa; bersihkanlah dengan darah-Mu yang tak ternilai. Ketika hati kami lemah; kuatkahlah dengan Roh-Mu yang penuh suka cita.

Ketika hati kami hampa; penuhilah dengan kehadiran-Mu. Tuhan, hati kami selalu menjadi milik-Mu; buatlah selalu menjadi milik-Mu dan selalu dipersembahkan pada-Mu. Amin. (Doa Santo Agustinus, 354-430, terjemahan bebas)

• Apa yang perlu aku lakukan untuk menolak seruan untuk tidak bertobat?

Non veni vocare iustos sed peccatores in paenitentiam – Lucam 5:32

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here