Rabu, 4 April 2018. Rabu Dalam Oktaf Paska
Bacaan: Kis 3:1-10; Mzm 105:1-2.3-4.6-7.8-9; Luk 24:13-35.
Renungan:
KISAH Emaus menjadi kisah yang kaya makna. Setidaknya kita dapat menemukan bagaimana Yesus yang bangkit tidak membiarkan murid-muridNya mencari jalan lain, tetapi mendampingi dan membimbing kedua murid dari Emaus: mulai dari menemari mereka berjalan, menjawab kebingungan mereka dan membuat mata mereka terbuka sendirinya untuk melihat kehadiranNya. Para murid Emaus yang mengalami kematian karena kematian Yesus, kini mengalami kebangkitan Yesus dalam hidup mereka. Dengan segera mereka kembali ke Yerusalem.
Pengalaman Emaus menjadi inspirasi bagi kita juga untuk mendampingi saudara-saudara kita yang mengalami keterpurukan atau mengalami kematian dalam hidup. Kadang diperlukan kesabaran untuk menemani, mendengarkan, berdialog, mengalami kebersamaan sampai pada suatu saat mata mereka terbuka dan mengalami “kebangkitan” dalam hidup mereka.
Pola yang sama juga kita dapat praktekkan bagi orang tua atau anak-anak kita, atau rekan-rekan kita dalam pelayanan. Kadang diperlukan kesabaran dan waktu untuk sampai pada proses mengalami “kebagkitan” . Ketidaksabaran kita dapat justru membuat mereka “resisten” atau menolak kita, dan akhirnya juga tidak mengalami “kebangkitan” dalam hidup mereka.
Kontemplasi
Gambarkan bagaiamana Yesus yang bangkit mendampingi kedua murid emaus untuk sampai terbuka mata mereka.
Refleksi
Bagaimana sikapku terhadap saudaraku yang sedang mengalami situasi terpuruk dalam hidupnya?
Doa
Ya Bapa, semoga aku mampu menjadi pendamping bagi saudara-saudaraku untuk dapat menemukan “kebangkitan” dalam hidup mereka.
Perutusan
Sabar dan tekun dalam mendampingi saudara-saudara yang sedang mengalami keterpurukan dalam hidupnya (Morist MSF).
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)