Lupakan Masa Lalumu

0
520 views
Saya bisa

Bacaan 1: Ayb 9:1-12. 14-16

Injil: Luk 9:57-62

Seorang sahabatku, anak seorang pemuka agama tertentu, memutuskan untuk mengikuti Kristus karena sebuah pengalaman rohani yang ia alami. Dalam setiap kesempatan beribadah (agama lamanya) maka telinganya selalu mendengar kata-kata, “Ikutlah Aku, Yesus.”

Karena merasa terganggu, ia sempat menghentikan ibadahnya dan berkonsultasi dengan guru-guru agamanya. Lalu saat ia kembali melakukan ibadah, suara itu muncul lagi.

Akhirnya ia menemui beberapa teman Kristiani dan dijelaskan siapa itu Yesus, serta diajak mengunjungi gereja. Dari penjelasan-penjelasan rekan tadi, dan semuanya cocok dengan pengalaman rohaninya maka ia memutuskan untuk pindah agama mengikuti Kristus.

Tentu saja keluarganya sangat tidak setuju dan akhirnya ia diusir dari rumah lalu memutuskan pergi ke Jakarta karena dorongan hati. Ia tidak memiliki saudara di Jakarta.

Berbulan-bulan, tidur di emperan toko dan makan dari makanan yang dibuang di tempat sampah. Ajaibnya, ia tidak pernah sakit perut.

Sampai akhirnya ada umat yang bersimpati kepadanya memberi tumpangan hidup di rumahnya.

Hingga kini hidupnya tercurah hanya untuk melayani Kristus.

Sahabatku itu rela meninggalkan orang tua, saudaranya serta seluruh masa lalunya.

“Setiap orang yang siap untuk membajak tetapi menoleh ke belakang, tidak layak untuk Kerajaan Allah.”

Demikian sabda Yesus menanggapi sikap orang-orang yang masih menjadi “tawanan” masa lalunya. Masih ragu menempatkan Yesus sebagai yang utama.

Tuhan Yesus tidak sedang mengajari kita kurang ajar terhadap orang tua, namun Ia ingin mengajarkan skala prioritas sebagai murid Kristus.

Jika seorang prajurit hanya mampu bicara “siap!” kepada komandan tanpa bisa membantah, apalagi sikap seseorang kepada Tuhan Yesus.

Hal ini yang dirasakan oleh Ayub,

“Sungguh, aku tahu, bahwa demikianlah halnya, masakan manusia benar di hadapan Allah? Jikalau ia ingin berperkara dengan Allah satu dari seribu kali ia tidak dapat membantah-Nya.

Allah itu bijak dan kuat, siapakah dapat berkeras melawan Dia, dan tetap selamat?”

Ayub sadar ia hanyalah manusia tak berdaya dihadapan-Nya.

Demikian juga saat Tuhan Yesus telah berkata, “ikutlah Aku”, siapa yang mampu membantah-Nya?.

Pesan hari ini

Menjadi murid Kristus harus berani menginggalkan “zona nyaman” masa lalu termasuk relasi dengan orang-orang terdekat. Menempatkan-Nya sebagai yang utama.

“Setiap orang adalah produk dari masa lalunya, tetapi ia tidak harus menjadi tawanannya.”

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here