Adalah mustahil bagi kita, hidup tanpa bersentuhan dengan yang lain. Sejak kita lahir, alam dan orang-orang di sekeliling telah menjadi guru-guru yang luar biasa. Daniel Defoe (1659 – 1731), sastrawan Inggris menulis novel yang sangat terkenal yakni Robinson Croesoe.
Cerita tentang Robinson Croesoe ini pernah digunakan untuk membuktikan bahwa manusia dapat hidup sendirian. Pendapat ini mengabaikan bahwa Robinson Croesoe telah dididik dalam suatu dunia budaya tertentu dan peralatan yang ia bawa adalah buatan tangan manusia.
Dengan berkomunikasi dengan orang lain dan alam, ia dimampukan untuk menjadi pribadi pembelajar. Bahkan nabi Muhammad (570-632), pernah berkata supaya kita berani belajar sampai ke negeri Cina. Sering pula kita mendengar bahwa kita belajar hingga masuk ke liang kubur, long life education. Ini berarti bahwa kesempatan belajar itu tidak mengenal umur dan tidak mengenal tempat.
Belajar pada alam
Alam semesta yang luas membentang serta belum terselami itu yang pertama-tama membuat decap kagum umat manusia. Kebudayaan Jawa memandang alam semesta memiliki nilai yang luhur. Dari merekalah umat manusia belajar. Manusia belajar pada alam. Ajaran itu dinamakan Asthabratha. Pardi Suratno dalam Sang Pemimpin menguraikan dengan jeli dan detail makna Asthabratha.
Nilai-nilai Asthabratha itu disampaikan oleh tokoh bernama Begawan Kesawasidi kepada Arjuna. Tetapi untuk mengetahui munculnya ajaran Asthabratha, bisa dilihat dalam tradisi cerita Ramayana. Ajaran ini diberikan oleh Rama kepada adiknya yang bernama Bharata supaya tetap menjadi raja di Ngayodya. Rama kemudian memberikan wejangan berupa ajaran kepemimpinan kepada Bharata sebagai bekal untuk memerintah.
Setelah menerima wejangan tersebut, Bharatha sedikit lega karena merasa telah mendapatkan bekal ilmu tentang pemerintahan digambarkan bahwa seorang pemimpin itu mengayomi yang berarti melindungi dari serangan musuh dan menjaga serta memelihara rakyatnya. Astha berarti delapan dan bratha berarti tindakan.
Delapan tindakan itu diwujudkan dalam kepemimpinannya memiliki keutamaan yang kesemuanya demi kesejahteraan rakyatnya. Pertama, Kadya Surya (serupa matahari) artinya, menerangi, memberi kehangatan, menghidupkan dan menumbuhkan. Kedua, Kadya Chandra (serupa rembulan) artinya, menciptakan suasana teduh, damai, cinta, sabar dan indah. Ketiga, Kadya Kartika (serupa bintang), artinya, memberi arah atau menjadi teladan.
Keempat, Kadya Samirana (serupa angin), artinya, tanpa menampakkan diri namun bisa mengisi kekosongan, memberi nafas kehidupan dan memasuki lembah yang paling bawah sekalipun. Kelima, Kadya Tirta (serupa air), artinya mengalir atau berorientasi ke bawah, berpermukaan rata atau adil dan jujur, luwes dan bisa menyesuaikan bentuk, bisa masuk ke celah yang paling kecil sekalipun dan bersifat membersihkan. Keenam, Kadya Dahana (serupa api), artinya tegas dan mampu menghanguskan siapa pun yang keliru tanpa pandang bulu.
Ketujuh, Kadya Samodra (serupa laut), artinya berwawasan luas dan berpikiran dalam, bisa menampung masukan dari mana pun dan bersifat dinamis. Kedelapan, Kadya Bantala (serupa bumi) artinya, menjadi tempat berpijak semua orang dan menyediakan tempat hidup serta ruang gerak untuk semua orang.
Seandainya para pemimpin dalam melaksanakan tugasnya berpegang pada nilai-nilai Asthabratha, tentulah rakyat akan mengalami kesejahteraan. Alam raya menyediakan pelajaran yang luar biasa. Setelah belajar dari alam semesta, kita bisa memaknai bagaimana belajar kepada orang-orang yang sederhana.
bersambung
Terima kasih Bapak sudah bersedia membaca buku saya, buku sederhana sebagai sumbangsih saya bagi masyarakat. matur nuwun