DUNIA dan kemegahannya tidak selamanya ada. Mereka itu sementara dan fana. Akan tiba saat kehancuran yang menghantarnya masuk ke alam tiada.
Prosesnya diwarnai dengan peristiwa yang mengejutkan dan menakutkan. Namun mereka yang percaya kepada Tuhan tidak perlu dicemaskan.
Kitab Wahyu dan Injil Lukas yang diwartakan hari ini menggambarkan hal itu. Keduanya mempunyai susunan yang mirip.
Bagian pertama berbicara tentang kemegahan dunia dan kehancurannya. Kota Babel (Wahyu 18: 1) dan Yerusalem (Lukas 21: 20) diluluhlantakkan.
Bagian kedua mewartakan tentang kemuliaan dan kemenangan Tuhan.
“Haleluya. Keselamatan dan kemuliaan dan kekuasaan adalah pada Allah kita.” (Wahyu 19: 1).
Yesus menegaskan, “Pada waktu itu orang akan melihat Anak Manusia datang dalam awan dengan segala kekuasaan dan kemuliaan-Nya.” (Lukas 21: 27).
Gereja dalam perjalanannya menghadapi situasi yang sama. Mula-mula mesti berhadapan dengan kuasa dunia dalam pelbagai manifestasinya.
Misalnya, kekaisaran Roma yang menindas dan membunuh para pengikut Yesus. Para martir itu menghasilkan buah berimpah; umat yang makin bertanbah.
Dari tahun 1625 hingga 1886 Gereja Katolik di Vietnam menjadi objek penyiksaan dan pembunuhan.
Andreas Dung Lac dan kawan-kawan menjadi korban. Dia dibunuh bersama 117 martir lainnya. Namun pada 24 November 1960 Paus Yohanes XXIII mendirikan hirarki Gereja di Vietnam.
Kini, jumlah umat Katolik di Vietnam lebih dari sepuluh juta atau sepuluh persen dari penduduk Vietnam. Banyak panggilan imam dan hidup religius di sana.
Pola yang disebut dalam Kitab Wahyu dan injil Lukas terulang. Bahwa kerajaan dan kuasa dunia ini hanya sementara. Jika tampaknya menang, sebentar kemudian hilang.
“Bangkitlah dan angkatlah mukamu, sebab penyelamatanmu sudah dekat.” (Lukas 21: 28). Hanya Allah dan segala kemuliaan-Nya yang menang dan abadi. Bagai matahari menghalau mendung.
Kamis, 24 November 2022
Peringatan Santo Andreas Dung Lac, dkk, martir Vietnam
