Medsos Itu Kejam: Goo Hara, Lagi Bintang K-Pop Mati Bunuh Diri

0
657 views
Goo Hara by Getty Images via Cosmopolitan

SETELAH Sulli alias Choi Jin-ri, kini giliran Goo Hara (28). Keduanya bintang K-Pop yang telah mendunia, namun di satu titik karirnya, mereka malah ‘tega’ mengakhiri hidupnya sendiri.

Lebih mengejutkan lagi: mereka sengaja menjemput ajalnya sendiri dengan cari mati bunuh diri.

Dunia meradang sedih mendengar kisah akhir hidup mereka. Lalu, bertanyalah kita semua ini.  Apa yang ‘salah’ pada diri mereka?

Dikasting menjadi sempurna

Pertanyaan ini sudah mengemuka di mana-mana. Ketenaran di media dan sosmed ternyata tidak mampu menyembunyikan ‘kegelisahan’ hati para bintang tenar yang meroket reputasinya di panggungindustri hiburan Korea Selatan ini.

Lalu, orang mulai mempertanyakan hal yang paling krusial dalam hidup setiap orang: tenar tapi tidak menjamin bahagia. Kaya raya, tetapi tidak menjamin bisa menikmati hidup tenang.

Berikutnya, publik menggugat betapa ‘kerasnya’ industri hiburan di Korea Selatan. Termasuk di dalamnya K-Pop.

Para bintang K-Pop ditarik sedemikian rupa untuk menjadi terkenal dan tokoh favorit. Dengan cara apa? Tidak lain dengan mendongkrak apa itu “konsep” bahagia.

Bahagia di panggung itu dikemas dengan polesan wajah serba cantik, klimis, rona wajah memerah manis. Busana yang dikenakan harus tampil menawan. Raga manusia harus ‘sempurna’ alias mampu menawarkan sensualitas tubuh ragawinya.

Karena itu, rok mini atau segala jenis outfit yang ‘menawan’, termasuk goyang raga pun harus muncul di panggung.

Kebahagiaan semu

Namun, kisah Sulli dan Goo Hara ternyata tidak demikian. Setidaknya dalam kehidupan nyata mereka di luar panggung. Dalam hidup keseharian mereka, setidaknya Sulli mengalami kesepian, hari-harinya di luar panggung hiburan murung, dan merasakan ‘kebahagiaannya’ itu semu.

Karena itu, Sulli lalu ingin tampil ‘apa adanya’. Namun, publik sudah telanjur ‘menyayangi’ Sulli sebagai perempuan ‘ceria’. Makanya harus selalu tampil très chic (menawan mempesona).

Namun hal itu tak mungkin Sulli lakukan, misalnya, ketika lagi jalan-jalan santai di gang-gang di Kuta, Bali –tempat wisata yang dia senang kunjungi.

Ketika orang melakukan bullying, maka Sulli pun lalu meradang hebat. Ia mengalami stres dan itu pun menjadi berkepanjangan. Di ujung cerita, bintang K-Pop yang pipinya selalu memerah manja itu berakhir tragis. Ia memutuskan mati bunuh diri.

Dunia pun meratap sedih.

Medsos yang kejam

Kini, kisah sama juga menimpa Goo Hara. Kebetulan sekali, Sulli dan Goo saling kenal dan bersahabat dekat. Mereka ingin menjadi “dirinya sendiri”. Terutama ketika berada di luar panggung pentas.

Sayang, upaya keras agar bisa “menjadi diri sendiri” itu tak sukses dalam keseharian. Orang telanjur suka menuntut lebih dari mereka.

Enam pekan setelah Sulli ditemukan tewas di rumahnya –besar kemungkinan bunuh diri—beberapa hari lalu di akhir November 2019 ini, Goo Hara juga ditemukan tewas. Mungkin sekali juga bunuh diri sebagaimana dilaporkan media Korea dan jaringan media internasional.

Konon, disebut bahwa Goo Hara pun tidak kuat menanggung derita batin lantaran suka di-bully publik melalui medsos. Pelecehan itu juga merangsek soal persamaan jender di mana kini kaum perempuan di Korea sudah semakin “sejajar” dengan kaum lelaki.

RIP Sulli.

Ingat bahwa di kawasan Asia, kaum perempuan sering kali dianggap hanya “orang rumahan” saja. Yang boleh tampil ke publik adalah kaum pria. Maka ketika K-Pop yang para anggotanya semua perempuan itu mampu menjadi mendunia, bisa jadi lalu muncul semacam “kecemburuan” sosial di tatanan masyarakat.

Dan itulah yang mungkin melahirkan emosi “sakit”, hingga muncul kemudian aneka pelecehan terhadap para bintang K-Pop itu. Bukan langsung, melainkan melalui sosmed: FB, IG, Twitter dan aneka bentuk lainnya.

Siapa pun akan langsung dibuat ‘gleg’, ketika tampilan diri atau postingannya malah menuai kritik dan komen negatif. Padahal orang maunya eksis dengan postingan yang diharapkan menuai pujian atau sanjungan.

Melawan ‘stigma’

Almarhumah Sulli dan Goo Hara rupanya ingin melawan “stigma” positif yang telanjur disematkan masyarakat internasional kepadanya. Yakni, telah dikasting sebagai “manusia sempurna” dengan wajah hepi sebagai cirinya dan itu harus muncul dalam sapuan wajah manis, banyak senyum, dan tentu saja juga harus selalu klimis.

Tahun 2019, Korea Selatan melegalkan aborsi. Sulli juga memilih sikap pro-choice alias setuju. Dengan terang-terangkan, dia juga tak ragu mencopot BH kalau breast-holder ini terasa mengganggu dan tak nyaman dipakai di tubuh.

Sontak anjuran publiknya ini menuai kecaman.

“Itu bukan masalah besar…. Copot BH saja kalau perlu dan dirasakan tak nyaman dipakai di tubuhmu,” begitu kata Sulli dalam siaran tevelisi Korea di bulan Juni 2019.

Setiap kali posting swafotonya di IG yang tidak mengambil ‘pakem’ K-Pop karena mau tampil “apa adanya”, makan Sulli pun dihujani badai kecaman.

Seorang Sulli harus tampil cantik, hepi. Publik tak terima kalau dia tampil murung. Muka mellow tak boleh muncul dari perempuan muda yang merebut hati pemirsa dalam video clip Closer yang dinyanyikan Taeyeon ini.

Pada titik ini, Sulli mengalami “kesepian” dan ingin mengindari sorotan publik. Maka, ketika liburan di Bali, ia tak mau “disorot” media.

Pada titik tertentu, dia malah merasa fobia terhadap lensa kamera, jepretan HP, dan apalagi dikuntit wartawan dan fotografer paparazzi. “Saya selalu memilih gang-gang kecil, meski di situ pun saya tetap merasa seperti ada kamera yang selau mengintai saya kemana pun saya pergi,” ungkapnya seperti dilaporkan CNN.

Goo Hara pun mengalami kisah sama. Choi Jong-burm, mantan pacarnya, didakwa bersalah setelah mengancam Goo ingin menyebarkan kisah asmaranya di atas bed ke publik.

Sejak ancaman itu mendera hatinya, Goo menjadi super sensi terhadap sosmed. Ia memelototi semua komentar yang “menyapanya” di platform sosmed itu.

Sama seperti Sulli, Goo Hara pun mulai mengalami depresi.

Sehari sebelum harus muncul di pengadilan yang memproses kasus Choi, Goo Hara ditemukan jatuh tak sadarkan diri. Kisah sedih itu makin menghujam hatinya, ketika Choi boleh bebas dari hukuman penjara dengan jaminan di bulan Agustus 2019 lalu.

Moon Jin-goo, pengacara Goo, memprotes keras keputusan pengadilan yang “membebaskan” Choi dari ancaman hukuman penjara.

Bebas dengan jaminan, demikian kata Moon, sungguh dirasa tak adil untuk Choi yang punya kelakukan suka “ancam” mantan kekasihnya dengan sesuatu hal yang tak lazim: sebarkan video asmara mereka di atas bed. “Choi semestinya harus dihukum berat,” demikian protes Moon.

Bunuh diri di Korea

Sama seperti Jepang dan negara-negara “Macan Asia” lainnya (Singapura, Taiwan, China), Korea Selatan pun mampu melakukan “lompatan cepat” dalam memompa laju perkembangan negaranya.

Masih porak-poranda dilanda Perang Saudara dengan Korea Utara dalam Perang Korea (1950-1953), kini Korsel sudah mampu membuktikan diri sebagai bangsa jawara di bidang otomotif, teknologi komunikasi nirkabel, kosmetik, kesehatan, dan lainnya.

Semua itu terjadi karena kerja keras dan etos kerja yang tak kenal kompromi dengan apa yang sering kita alami di Indonesia sebagai semangat angot-angotan, kemalasan, tidak tertib disiplin dengan waktu. Tentang hal ini, seorang teman di Seoul Metropolitan Government pernah mengatakan secara berseloroh demikian.

Kerja di Seoul dan di banyak kota lainnya di Korsel itu bak senantiasa dikejar waktu.

“Pergi pagi, pulang larut malam sebelum hari berganti. Di Indonesia, ritme kerja terasa seperti libur saja: mulai kerja jam 9 pagi dan sudah boleh pulang pukul 5 sore,” ungkap orang Korea warga Seoul yang pernah hidup dan kerja di Jakarta selama hampir dua tahun.

Persaingan di  mana-mana

Karena semua dituntut harus maju dan cepat adaptif, maka dunia persaingan terjadi di mana-mana. Di sekolah dan apalagi merebut kesempatan bisa masuk perguruan tinggi terkemuka. Persaingan lebih “kejam” terjadi di dunia kerja.

Iklim kehidupan yang penuh “tantangan” dan jebakan “persaingan” ini membuat banyak orang Korea mengalami stres serius dalam kesehariannya. Maka, sering kali terjadi juga banyak orang memilih bunuh diri dengan menceburkan diri ke Sungai Han dari atas jembatan sungai yang membelah Kota Seoul itu.

Di jembatan Sungai Han itu ada bilik-bilik telepon yang memang disediakan oleh pemerintah dan siapa tahu “calon pelaku bunuh diri” itu tiba-tiba saja “berbalik niat” tidak jadi nyemplung ke dasar sungai dengan terjun bebas tapi “bertobat” dan pulang kerumah masih bernyawa.

Di ujung telepon penyelamat orang itu masih selalu siap para operator di “Crisis Center” yang siap meladeni keluh kesah para calon bunuh diri dan mencoba membuat mereka “bertobat” kembali ke rumah masih bernyawa.

Kisah-kisah frustrasi dan bunuh diri di Korea ini diakui oleh Paik Jong-woo, Direktur Korea Suicide Prevention Center –seorang psikiater profesional.

Namun berbeda di negara lain di mana para pasien “sakit jiwa” itu suka berkonsultasi ke psikolog atau psikiater, orang-orang Korea malah lebih suka “ambil jalan pintas”: bunuh diri.

Ketika derita batin itu tak mampu dia pecahkan sendiri, maka bunuh diri menjadi jalan keluar pintas. Dan itu amat-amat disayangkan.

Kasus-kasus macam ini, kata Paik, terjadi paling sering di panggung industri hiburan. Korban paling akhir ya Sulli dan Goo Hara itu.

“Para bintang industri hiburan paling sering mengalami gelombang naik-turun emosi. Karena penampilannya selalu dinantikan oleh publik, maka para artis itu menjadi sangat rentan dengan kritik dan kecaman orang,” papar Paik.

Hidup penuh stres yang dialami para artis itu juga terjadi karena padatnya jadwal latihan, agenda manggung, dan syuting dengan keharusan pasang “muka-muka manis super klimis” di depan kamera.

Mental assessment, demikian Stacy Nam, mestinya diberlakukan kepada para artis. Demikian pendapat produser K-Pop.

Siapa sih yang “siap mental”, ketika tiba-tiba saja dari “orang biasa” dalam sekejap berubah menjadi “bintang”, namun sekilas kemudian menjadi “objek” hujatan? Demikian gugatnya.

Artis Choi Jin-sil juga ditemukan mati bunuh diri tahun 2008. Bulan-bulan berikutnya, terjadi setidaknya 1.000-an kasus bunuh diri lebih banyak lagi dibanding tahun 2007.

Ref: http://www.sesawi.net/tag/bintang-k-pop-sulli-mati-bunuh-diri-2

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here