Melacak Natal dengan Tujuh Catatan

0
128 views
Ilustrasi: Lukisan tentang peristiwa perayaan natal pertama di Greccio di mana Fransikus Assisi menghadirkan peristiwa kelahiran Yesus lengkap dengan semua kondisi waktu terjadi di Betlekem. (Fictorium N. Ginting OFMConv)

USAI bergabung dalam misa Malam Natal di kapel Kolese Kanisius Jakarta tanggal 24 Desember 2023 lalu, saya ingat beberapa catatan lawas tentang kapan dan di mana Yesus lahir.

Mengherankan bahwa pertanyaan seperti ini terpikir. Kan Yesus lahir 2023 tahun yang silam di sebuah gua yang dipakai sebagai kandang ternak dan dibaringkan di palungan, seperti terlihat pada gua Natal.

Tapi apa yang dikatakan dalam Injil mengenai kelahiran-Nya dan bagaimana kita dapat menafsirkannya?

Tujuh catatan tentang Natal

1. Dikisahkan dalam Mat 2:19 dst. bagaimana Yesus dibawa kembali ke Tanah Suci, segera sesudah Herodes mati. Menurut perhitungan sejarah, raja ini meninggal pada tahun 3 Sebelum Masehi; bahkan bisa pula diperkirakan ia sudah meninggal tahun 4 Sebelum Masehi. Jadi, bila rujukan kepada Herodes dalam Matius diikuti, Yesus setidak-tidaknya lahir 4 tahun sebelum tahun 0.

2. Injil Matius juga memuat kisah para Majus yang melihat bintang terang (Mat 2:2 dan 9-10). Pernah diperkirakan bahwa kejadian ini berkenaan dengan Planit Yupiter dan Saturnus yang pada waktu itu tampak amat dekat sehingga kelihatan lebih terang. Diperkirakan ”konjungsi” seperti itu terjadi pada tahun 7 Sebelum Masehi.

Tetapi beberapa ahli astronomi kini berpendapat bahwa sekalipun ada, konjungsinya tidak amat dekat dan tidak bakal kelihatan sebagai satu benda angkasa terang luar biasa.

Ada pula anggapan lain, seperti yang didasarkan pada catatan para ahli perbintangan di China dulu bahwa antara tahun 5 dan 4 Masehi muncul bintang baru. Kejadian ini kini disebut Supernova.

Apakah peristiwa astronomi ini melatari kisah para Majus dalam Injil Matius?

Seandainya benar, paling tidak kejadian ini tidak menyangkal pemberitaan mengenai kematian Herodes yang diuraikan di atas. Alhasil, Yesus tetap lahir beberapa tahun sebelum tahun 0. Paling tidak 4 tahun sebelumnya.

3. Lebih lanjut dalam Luk 2:1-7 diceritakan bagaimana Yesus lahir di Betlehem, kota kecil di selatan Yerusalem. Ketika Yusuf dan Maria di sana untuk memenuhi peraturan sensus Kirenius, Gubernur Siria.

Tapi menurut catatan sejarah, Kirenius baru diangkat Gubernur Siria oleh Kaisar Agustus pada tahun 6 Masehi sehingga sensus yang dikenakannya tak mungkin terjadi sebelumnya. Bila begitu maka kelahiran Yesus baru terjadi paling awal pada tahun 6.

Memang Kirenius mengadakan sensus besar yang mengakibatkan pemberontakan pada tahun 6 atau 7 (lihat Kis 5:37). Apakah dalam mengisahkan kelahiran Yesus ini Lukas merancukannya dengan sensus yang terjadi jauh kemudian ini? Bisa jadi.

Ataukah ungkapan “inilah pendaftaran yang pertama kali diadakan Kirenius” merujuk kepada sebuah sensus lain jauh sebelumnya?

Bagaimanapun juga, gagasan ini terbentur pada pernyataan bahwa sensus ini dilakukan Kirenius, yang baru diangkat gubernur tahun 6 tadi. Kirenius memang sudah diangkat menjadi konsul Romawi – bukan Gubernur Siria – pada tahun 12 oleh Kaisar Agustus dan ditugasi ikut mengurus wilayah timur di kekaisarannya.

Boleh jadi, selama bertugas inilah, ia mengadakan pencatatan penduduk “yang pertama kali” yang disebut Lukas tadi. Jadi Lukas hanya kurang tepat dalam menyebut kedudukan Kirenius.

Memang tak ada catatan sejarah lain tentang sensus ini kecuali yang disebut Lukas, walau tidak bisa dikatakan tak mungkin terjadi.

4. Nanti dalam Luk 3:23 ditegaskan bahwa Yesus berumur “kira-kira 30 tahun”, ketika mulai tampil di muka umum. Ia tentunya muncul setelah Yohanes Pembaptis yang menurut Luk 3:1 mulai dikenal umum pada tahun ke-15 pemerintahan Kaisar Tiberius, maksudnya, tahun 29.

Bila demikian maka Yesus kiranya lahir sebelum tahun 0. Injil Lukas memang tidak banyak membantu menentukan kapan Yesus lahir. Tetapi tidak juga menyangkal rujukan yang diberikan Matius yang pada dasarnya menyarankan selambat-lambatnya tahun 3 Sebelum Masehi Yesus sudah ada sebagai bayi.

5. Matius dan Lukas memang menyebut Betlehem sebagai tempat kelahirannya. Tapi kedua Injil ini tidak menyebutkan Yesus lahir di kandang, apalagi di gua.

Dalam Luk 2:7 dikatakan Yesus dibungkus lampin dan ditaruh di palungan, karena tak ada tempat di “rumah penginapan”.

Kata palungan memberi kesan ia lahir di kandang. Tetapi ini hanya kebetulan.

Yang menjadi soal ialah ungkapan “tidak ada tempat bagi mereka di rumah penginapan”.

Tapi ini terjemahan yang kurang tepat bagi kata Yunani “katalyma”.

Yang dimaksud justru bukan losmen atau rumah penginapan. Untuk rumah penginapan, Lukas sendiri memakai kata Yunani “pandokheion”, ada hubungan dengan kata “pondokan”; lihat Luk 10:34, tempat orang Samaria yang baik hati membawa orang yang malang dalam perumpamaan itu.

Kata Yunani “kataluma” di lain pihak berarti kamar yang biasa dipakai menginap tamu atau acara khusus. Lihat misalnya Luk 22:11, di situ dibicarakan bagian atas rumah orang yang dipakai tempat makan Paskah bersama para murid.

Maka bila dikatakan tidak tersedia “kataluma” dalam arti ruang bagi tamu di rumah sanak yang didatangi Maria dan Yusuf, boleh jadi karena rumah sudah penuh dengan sanak saudara lain yang berdatangan sehubungan dengan sensus tadi.

Maka Maria dan Yusuf malam itu menginap tidak di sebuah rumah seorang kenalan dekat atau sanak; melainkan di sebuah tempat umum yang dapat dipakai tinggal sementara bersama orang-orang lain yang datang bagi keperluan yang sama. Misalnya los pasar atau tempat umum atau pelataran rumah Camat Betlehem.

Kita bayangkan saja tempat darurat para pengungsi tinggal di waktu ada bencana. Di situ tersedia fasilitas yang paling diperlukan, termasuk tempat tambatan kuda/keledai dan palungan atau tempat menaruh jerami.

Inilah latar Luk 2:7 yang menyebutkan Yesus dibungkus lampin dan dibaringkan di palungan, karena tak ada tempat di rumah sanak atau kenalan yang biasa dipakai menginap.

Dengan demikian tidak usah dibayangkan Yusuf dan Maria terlunta-lunta ditolak dari rumah satu ke rumah lain dan hanya menemukan sebuah gua tempat meneduh gembala dan hewan. Justru di dekat mereka ada banyak orang lain dan tempat itu mudah didatangi.

Semua orang ini nanti akan keheranan mendengar cerita para gembala tentang malaikat yang menampakkan diri kepada mereka dan memberitahukan kelahiran juru selamat dan menyuruh mereka bergegas ke Betlehem menemuinya. Orang-orang di tempat umum itu mendengar dari para gembala bahwa bayi inilah sang Penjelamat.

Tentunya keluarga kecil ini sebentar kemudian bisa pindah ke sebuah rumah kenalan karena para tamu lain sudah pergi. Maria yang baru melahirkan tentunya perlu istirahat dan tinggal lebih lama.

Inilah latar yang menjelaskan kisah Matius tentang kedatangan para Majus.

Menurut Mat 2:11, setelah melihat bintang berhenti, para Majus masuk “ke dalam rumah itu”, Yunaninya “eis ten oikian”.

Tidak perlu dianggap bahwa mereka menemukan keluarga kecil ini langsung setelah Yesus lahir. Selang beberapa hari setelah kelahiran, Maria dan Yusuf beserta sang bayi dapat tinggal di rumah kenalan.

Inilah “rumah” yang nanti juga dikunjungi para Majus. Jadi Injil tidak berbicara mengenai kandang, apalagi gua.

6. Kapan orang mulai menggambarkan kelahiran Yesus di sebuah gua?

Yustinus sang Martir (abad ke-2; dalam tulisannya Dialog dengan Rabi Tifo) menyebutkan sebuah kisah tentang Yusuf dan Maria bermalam di gua karena tak mendapatkan tempat menginap.

Dari sana kita dapat mengetahui bahwa pada abad ke-2 itu sudah mulai ada tradisi mengenai gua Natal yang menggambarkan Yesus sang bayi berada di palungan di sebuah gua dikelilingi hewan dan dikunjungi para Majus.

Seperti banyak tradisi lain mengenai kanak-kanak Yesus, tradisi ini ada nilainya sendiri, terutama dalam menunjukkan perhatian yang makin besar di kalangan masyarakat mengenai peristiwa ini sendiri. Tetapi kiranya tidak sempat masuk dalam Kitab Suci atau tidak cukup umum sehingga termasuk dalam kisah Injil.

7. Pada zaman Kekaisaran Romawi di Barat, perayaan kelahiran Yesus tanggal 25 Desember cepat merakyat karena bertepatan dengan pesta umum musim dingin di masyarakat Romawi. Untuk merayakan “Hari Kelahiran Mentari Jaya” (Dies Natalis Solis Invicti) pada tanggal itu.

Pada mulanya tidak selalu dianggap cocok merayakan kelahiran Yesus berbarengan dengan pesta ini, karena hubungannya dengan praktik orang bukan kristen tadi.

Baru pada abad 4 mulai mantap dirayakan Hari Natal di wilayah kekaisaran Romawi di Barat. Juga mulai diberikan penjelasan yang khusus menyangkut kelahiran Yesus sendiri.

Sejarawan Sextus Julius Africanus, dalam sebuah tulisannya pada tahun 221, menyebutkan bahwa tanggal 25 Desember dirayakan sebagai Hari Kelahiran Yesus dihitung sembilan bulan dari Hari Raya Kabar Sukacita ketika Malaikat Gabriel mendatangi perawan Maria (25 Maret), yakni saat Yesus dikandung dari Roh Kudus.

Di wilayah kekaisaran Romawi di timur (Bizantium), kelahiran Yesus hanya dirayakan Gereja Timur dalam hubungan Pesta Penampakan Tuhan (Epifani) tanggal 6 Januari; sampai hari ini juga.

Apakah catatan-catatan ini akan menyingkirkan gua Natal? Mudah-mudahan tidak.

Sayang bila kreasi artistik dan kado-kado yang menghampar di situ terlantar; hanya karena tujuh catatan di atas.

Pengetahuan bukan dimaksud untuk membuang kebiasaan yang menggembirakan, melainkan agar batin semakin kaya.

Barusan saya tanya Luc, seandainya ia mesti membuat edisi kedua Injilnya, apa akan menambah Luk 2:7 dengan pohon Natal segala.

Setelah menghirup teh hibiscusnya, ia mengangguk, lalu memandang ke arah Matt yang gemuk-gemuk simpatik itu, bisiknya mbeling: “Sinterklaas.”

Salam,

A. Gianto

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here