Menebus Bersama Yesus (2)

0
1,757 views

Yang lain usul: “Tidak boleh terlambat.”

Segera tersusun 10 peraturan yang disepakati semua murid. Lalu guru itu bertanya, apa hukuman kalau peraturan ini dilanggar? Peraturan hanya ada gunanya kalau ada kewajiban dan hukuman dalam pelaksanaannya.

Ada yang mengusulkan hukumannya adalah dipukul sepuluh kali dengan tongkat di ppunggung, yang dihukum tidak boleh memakai mantol (pada musim gugur, udara sudah mulai dingin, sehingga orang biasa keluar rumah dengan memakai mantol). Guru itu merasa hukuman itu terlalu keras; tetapi seluruh kelas menyetujuinya. Semua berjalan baik selama beberapa hari.

Suatu pagi, Big Tom (Tom gede), salah seorang pengacau di kelas itu, maju ke depan dengan marah. Ia lapor, ada yang mencuri makan siangnya. Setelah dibicarakan di kelas, akhirnya ketahuan bahwa Jim Kecil yang mencuri makan siang Tom Gede. Pak guru memanggil Jim Kecil maju ke depan kelas dan membuka mantolnya.

Jim Kecil yang kurus, maju ke depan dan berkata: “Saya memang salah karena mencuri. Saya mau dihukum. Tetapi tolong jangan minta saya buka mantol saya.”

Pak guru mengingatkan Jim Kecil tentang peraturan dan hukuman yang sudah disepakati dan minta agar Jim Kecil membuka mantolnya dan menerima hukuman secara jantan. Jim kecil membuka mantolnya dan ketahuan ia tidak pakai baju di balik mantol tua yang besar itu.

Ketika ditanya, mengapa ia sekolah tanpa pakai baju, Jim Kecil menjawab: “Ayah saya sudah meninggal dan ibu saya miskin. Saya hanya punya satu baju dan hari ini dicuci ibu saya. Karena itu saya pakai mantol kakak saya supaya saya tetap hangat.”

Guru muda itu melihat ke punggung yang kurus itu dan tidak tega untuk memukulkan tonggkat di punggung tanpa baju itu. Tetapi kalau hukuman tidak dilaksanakan, maka anak-anak lain nanti tidak akan mematuhi peraturan yang telah dibuat.

Ketika ia menangkat tongkat untuk memukul punggung Jim Kecil, Tom Gede maju dari bangkunya. “Boleh saya menggantikan Jim Kecil menerima hukuman itu?” Guru muda itu setuju.

Tom membuka mantolnya dan pak guru mulai mengayunkan tongkatnya ke punggung yang gemuk itu. tetapi baru 5 pukulan, tongkat itu patah menjadi dua. Guru muda itu menutup wajahnya dengan tangan dan mulai terisak.

Terdengar juga suara isakan di kelas itu. Tidak ada satu mata pun yang tidak basah. Jim Kecil lari, memeluk leher Tom Gede sambil minta maaf karena sudah mencuri makan siangnya, karena dia sangat lapar.

Jim minta agar ia dimaafkan dan berjanji akan mencintai Tom seumur hidup karena sudah rela menggantikan dia menerima hukuman itu. Sejak saat itu suasana seluruh kelas berubah; tidak lagi kacau, tetapi penuh dengan semangat persaudaraan dan cinta kasih; sehingga suasana belajar juga meningkat dengan baik.

Tuhan Yesus sudah menerima hukuman pukulan itu sebagai tebusan untuk kita. Dia menumpahkan darahNya agar kita dapat masuk dalam hidup abadi yang mulia bersama Dia, meski kita tidak layak ditebus begitu mahal oleh Yesus. Entah kita besar atau kecil; kita diajak Yesus melayani sesama.

Seperti Tom Gede yang mau menanggung hukuman untuk Jim Kecil dan malah menghasilkan perbaikan dan kebahagiaan untuk semua. Dicintai Yesus dan berbagi cintaNya, pasti lebih membahagiakan dari pada mengejar kuasa dan mencari kepentingan diri sendiri.

Berani dan relakah kita ikut menjadi tebusan bagi dosa dan kesalahan sesama dan masyarakat demi ikut menebus bersama Yesus? AMIN.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here