Mengamalkan ASG Butuh Perhatian dan Kepedulian (3)

0
86 views
Pertemuan nasional Teens School of Mission (T-SoM) III di Makassar. (Angel Li)

HARI ketiga kegiatan Pernas III T-SoM Angkatan ke-3 dibuka dengan misa konselebrasi yang dipimpin oleh Romo Fransiskus Yunarvian Dwi Putranto.

Tiga kegiatan

Ada tiga kegiatan utama pada hari terakhir Makassar Action ini.

  • Pertama, akan ditayangkan video hasil kreasi para remaja T-SoM saat berkegiatan live-in. Mereka diberi kesempatan untuk tampil mempresentasikan isi video tersebut.
  • Kedua, setelah makan siang ada acara outing ke Benteng Somba Opu dan Pantai Losari.
  • Ketiga, para remaja akan mengikuti misa yang dipimpin langsung oleh Bapa Uskup Keuskupan Agung Makassar (KAMS) Mgr. Johannes Liku Ada’. Dan seperti biasa, di penghujung hari kegiatan akan ditutup dengan menulis refleksi.
Ekaristi bersama para peserta program Teens School of Mission (T-SoM) di Makassar. (Angel Li)

Paparan video kegiatan live in

Ke-12 kelompok diberi kesempatan untuk mempresentasikan video mereka masing-masing. Mereka memberikan gambaran situasi tempat live-in, lalu masalah sosial yang ditemukan di sana dan analisa mereka mengenai penyebabnya.

Para remaja diajak untuk mengasah kepekaan mereka dalam menganalisa lingkungan tempat mereka berada. Mereka juga diajak berani untuk memberikan pendapat mereka, terkait prinsip mana dari Ajaran Sosial Gereja (ASG) yang dapat diterapkan untuk mengatasi masalah yang ada.

Tak ketinggalan mereka juga mengungkapkan hasil pengamatan mereka mengenai hal-hal yang telah sesuai dengan prinsip ASG yang mereka temukan di tempat live-in.

Para remaja peserta program Teens School of Mission (T-SoM) memaparkan hasil refleksi mereka setelah mengikuti program live in. (Angel Li)
Para remaja peserta School of Mission mengikuti pernas III di Makassar. (Angel Li)

Dalam evaluasinya setelah semua kelompok selesai mempresentasikan video karya mereka, Romo Junarto Timbang, Dirdios Keuskupan Agung Makassar, yang biasa dipanggil Romo Jun memberi komentarberikut.

Menurut dia, video para remaja masih dirasakan kurang, belum menggambarkan refleksi yang mendalam. Kesannya baru menyampaikan apa yang dilakukan para remaja saat live-in itu.

Romo berpesan bahwa kita harus sampai kepada pertanyaan: bagaimana dan mengapa? Ketika kita mampu menjawab pertanyaan mengapa dan bagaimana, itu menunjukkan bahwa kita telah melakukan refleksi yang mendalam. Misalnya: Mengapa orang bekerja? Mengapa aku berada di sana? Bagaimana pekerjaan itu terjadi?

Romo melemparkan beberapa pertanyaan kepada para remaja T-SoM untuk memancing pendapat mereka: Mengapa akhirnya kalian bekerja?

Paparan materi dari beberapa imam fasilitator program. (Angel Li)
Betapa gembiranya para remaja peserta pertemuan nasional III Teens School of Mission di Makassar. (Angel Li)
Kegiatan mengunjungi beberapa lokasi tempat menarik di Makassar. (Angel Li)

Beragam jawaban diberikan mereka: untuk mendapatkan uang, untuk mendapatkan pengalaman, untuk menjalankan prinsip ASG, agar memiliki hidup yang layak, supaya bisa kaya.

Kemudian Romo melemparkan pertanyaan lain: Pernahkah kalian tidak berbuat apa-apa? Apa yang kalian rasakan? Para remaja menjawab: mengantuk, bosan, bad mood, tidak nyaman.

Para remaja diajak untuk menyadari bahwa inti yang ingin dicapai dari kegiatan live-in tersebut dengan turun langsung ke tempat kerja adalah: beraksi atau action.

Saat mereka turun berinteraksi secara langsung dengan orang-orang dari lingkungan dan latar belakang berbeda, mereka diharapkan dapat memperhatikan.

Karena hanya dengan mau memperhatikan atau menunjukkan kepedulian, maka kita akan bisa mengamalkan Ajaran Sosial Gereja.

Empat tahapan

Romo menjelaskan empat tahapan untuk mengamalkan ASG: pertama dengan memperhatikan orang-orang sekitar dan apa yang terjadilalu kemudian melakukan komunikasi.

Dengan adanya komunikasi maka para remaja akan dapat memahami orang lain dan akhirnya bisa sampai kepada kasih. Harapannya para remaja dapat pulang ke keuskupan masing-masing dan memberikan apa yang dimiliki oleh dirinya kepada orang lain.

Direktur Nasional Karya Kepausan Indonesia Romo Markus Nur Widipranoto harus meninggalkan acara lebih awal, karena harus menghadiri pembukaan Bulan Misi Keuskupan Bogor. Sebelum berpamitan, ia menyempatkan diri berbincang dengan para remaja.

Tujuan pernas

Romo Nur mengingatkan bahwa Pernas T-SoM Angkatan ketiga telah dirancang sedemikian rupa dengan tujuan khusus.

  • Pada Pernas I, yaitu: Surabaya Friendship, para remaja diajak membangun persahabatan dengan teman-teman mereka.
  • Lalu Pernas II, yaitu: Muntilan Prayer, para remaja diajak membangun persahabatan dengan Tuhan.
  • Sementara Pernas III ini: Makassar Action, para remaja diajak membangun persahabatan dengan orang-orang pekerja atau lingkungan sosial mereka.
  • Pernas IV nanti: Mentawai Pilgrimage yang rencananya akan diadakan tanggal 21-28 Desember, para remaja T-SoM angkatan 3 akan diajak berbagi berkat dengan penduduk di Mentawai.
  • Pernas IV selain akan ditemani para Dirdios, para remaja akan didampingi langsung oleh Bapa Uskup Keuskupan Padang, Mgr. Vitus Rubianto Solichin SX.

Romo Dirnas berpesan agar para remaja menyiapkan diri dan menjaga Kesehatan mereka.

Dirdios baru Keuskupan Agung Makassar

Di ujung perbincangan, Romo Ferdinandus Paulus Niki Towary atau yang akrab dipanggil Romo Nando dipersilahkan maju ke depan untuk memperkenalkan diri.

Romo Nando akan menggantikan Romo Junarto Timbang sebagai Direktur Diosesan KKI untuk KAMS; mulai November 2023.

Romo Nur juga menitipkan pesan agar ketika berjumpa Bapa Uskup KAMS, Mgr. Johannes Liku Ada’ sore nanti, para remaja menggunakan kesempatan tersebut untuk berdialog dengan Bapa Uskup.

Sebelum meninggalkan lokasi, Romo Nur sempat berfoto-foto bersama para remaja di halaman wisma.

Budi Ingelina – Biro Nasional Karya Kepausan Indonesia

Baca juga: Remaja T-SoM: Hati-Hati, Jangan Jadi Sombong (4)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here