Menghilangkan Kemiskinan, Ciptakan Pekerjaan untuk Perempuan dan Orang Muda

0
173 views

PADA 2023, tinggal tujuh tahun lagi harusnya target Sustainable Development Goals (SDGs) tercapai. Tetapi untuk target nomor satu menghilangkan kemiskinan, masih jauh panggang dari api. Dunia tidak berhasil menapak jalan sesuai rencana.

Hampir 700 juta orang di seluruh dunia saat ini hidup dalam kemiskinan ekstrem – mereka hidup dengan pendapatan kurang dari $2,15 per hari, yang merupakan garis kemiskinan ekstrem. Lebih dari separuh penduduknya tinggal di Afrika Sub-Sahara.

Menurut analisis Bank Dunia, dengan tingkat kemajuan yang ada saat ini, dunia kemungkinan besar tidak akan bisa mencapai tujuan global untuk mengakhiri kemiskinan ekstrem pada tahun 2030. Angka perkiraan Bank Dunia mengerikan: sekitar 600 juta orang masih akan berjuang dalam kemiskinan ekstrem pada 2030.

Negara-negara berpendapatan rendah, yang mengalami peningkatan kemiskinan selama periode ini, masih belum pulih dan belum mampu menutup kesenjangan tersebut.

Kemiskinan ekstrem terkonsentrasi di tempat-tempat yang paling sulit diberantas—di Afrika Sub-Sahara, wilayah yang terkena dampak konflik, dan di wilayah pedesaan.

Prospeknya juga suram bagi hampir separuh populasi dunia, yang hidup dengan pendapatan kurang dari $6,85 per hari – ukuran yang digunakan untuk negara-negara berpendapatan menengah ke atas.

Setengahnya adalah anak-anak

Logis namun tragis, anak-anak dua kali lebih mungkin hidup dalam kemiskinan ekstrem dibandingkan orang dewasa. Lebih dari separuh penduduk yang hidup dalam kemiskinan ekstrem adalah anak-anak, padahal persentase mereka terhadap total populasi hanya 31 persen.

Penanggulangan kemiskinan dalam seluruh dimensinya merupakan hal yang penting. Negara-negara tidak dapat mengatasi kemiskinan dan kesenjangan secara memadai tanpa meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya, termasuk melalui akses yang lebih adil terhadap kesehatan, pendidikan, dan infrastruktur dasar.

Pandemi Covid-19 memukul telak

Setelah beberapa dekade pengentasan kemiskinan di dunia, kemajuan ada, tetapi pandemi Covid-19 (2020-2022) memporakporandakan tidak hanya kesehatan warga dunia, tetapi dampak panjangnya menghilangkan kemajuan yang telah dicapai sebelum pandemi.

Tahun 2020 merupakan tahun titik balik, ketika ketimpangan global meningkat untuk pertama kalinya dalam beberapa dekade, karena masyarakat termiskin menanggung dampak paling besar akibat pandemi ini.

Hilangnya pendapatan kelompok termiskin di dunia dua kali lebih besar dibandingkan kelompok terkaya. Kelompok masyarakat termiskin juga menghadapi kemunduran besar di bidang kesehatan dan pendidikan yang, jika tidak diatasi dengan tindakan kebijakan, akan berdampak jangka panjang terhadap prospek pendapatan mereka di masa depan.

Pekerjaan untuk perempuan dan orang muda

Ketimpangan pendapatan, pendidikan, dan peluang saling berkaitan semuanya. Maka solusinya perlu holistik. Perlu mengurangi kesenjangan yang terjadi di masyarakat supaya kesejahteraan umum bisa meningkat.

Para pembuat kebijakan harus meningkatkan upaya untuk menumbuhkan perekonomian, sekaligus melindungi kelompok yang paling rentan. Terciptanya pekerjaan baru dan penyediaan lapangan kerja adalah cara paling pasti untuk mengurangi kemiskinan dan kesenjangan. Dampaknya akan semakin berlipat ganda jika memberdayakan perempuan dan orang muda.

Menutup kesenjangan antara aspirasi dan pencapaian kebijakan

Tentunya strategi untuk menjangkau masyarakat paling tidak mampu harus disesuaikan dengan konteks masing-masing negara, dengan mempertimbangkan data dan analisis terkini, serta kebutuhan masyarakat. Cara dunia merespons tantangan-tantangan besar saat ini akan mempunyai pengaruh langsung terhadap apakah pembalikan dalam pengentasan kemiskinan global dapat diatasi.

Sering kali, terdapat kesenjangan besar antara rencana dan realisasi – antara apa yang diharapkan oleh masyarakat, dan apa yang mereka alami sehari-hari.

Aspirasi kebijakan memang patut dipuji, namun kemungkinan besar terdapat variasi yang besar dalam hal sejauh mana kebijakan tersebut dapat direalisasikan, dan kelompok mana yang mendapatkan manfaat dari kebijakan tersebut. Misalnya, di tingkat lokal, mereka yang mempunyai pengaruh paling kecil dalam suatu komunitas mungkin tidak dapat mengakses layanan dasar.

Meningkatkan dan melindungi data

Informasi mutlak diperlukan dalam pengentasan kemiskinan.

Mulai dari informasi yang dikumpulkan melalui survei rumah tangga hingga informasi yang ditangkap oleh citra satelit, data dapat memberikan masukan bagi kebijakan dalam memerangi kemiskinan.

Lebih banyak data yang tersedia saat ini dibandingkan sebelumnya, namun dipertanyakan pemanfaatannya sejauh ini. Data juga merupakan pedang bermata dua, bermanfaat tapi bisa disalahgunakan. Maka pengumpulan data perlu diimbangi dengan tindakan perlindungan data tersebut.

Strategi pengentasan kemiskinan memang rumit; aspeknya banyak, lebar, dan dalam.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here