Menjadi Anti terhadap Gereja Katolik

0
569 views
Ilustrasi -

Minggu, 22 Agustus 2021

Yos.24:1-2a.15-17.18b. Ef.5:21-32.
Yoh.6:60-69

KESULITAN terbesar menjadi orang Katolik yang baik dan setia bukan soal intelektual dan menjalani ritus keagamaan. Namun soal tuntutan moral.

Disadari bahwa inti menjadi orang Katolik itu terletak dalam penyerahan diri pada kehendak Tuhan secara bebas.

Tidak ada paksaan untuk mengikuti Tuhan.

Namun ketika kita ikut dan tinggal bersama-Nya jangan lagi bersikap suam-suam kuku. Tuhan meminta totalitas hati kita dalam mencintai-Nya melalui sesama kita.

Komitmen kita pada pribadi Tuhan Yesus harus nyata dalam relasi kita dengan sesama.

Seorang umat mengeluhkan sikap suami yang tidak lagi mau ke gereja.

“Saya sebagai anak bungsu sering kali pusing dan tidak merasa nyaman, karena kakak-kakakku sering campur tangan terhadap sitausi keluargaku,” katanya.

“Apalagi soal agama. Mereka selalu mendikte kami, menyuruh kami ke gereja, ikut acara ini itu,” sambungnya.

“Mereka tidak hanya mengingatkan. Namun menyuruh, dan memaksa kami mengikuti cara mereka menggereja. Padahal saya dan suami serta anak-anak punya prioritas dalam hidup ini. Tidak usah disuruh pun kami akan menghidupi iman kami,” ujarnya dengan rasa jengkel.

“Karena itulah kadang suamiku sengaja menentang kakak-kakakku. Dengan sengaja tidak mau mengikuti nasoihat mereka,” ujarnya lagi.

“Suamiku malah mengajak saya pindah ke gereja lain, supaya tidak dipaksa dan didikte oleh saudaraku lagi,” katanya.

“Suamiku menjadi frustasi dan tidak bahagia ikut misa dan kegiatan lainnya. Malah semakin menjadi antipati terhadap Gereja Katolik,” sambungnya.

“Saya sedih, karena suamiku yang dulu senang menggereja menjadi anti dan tidak merasa menemukan apa pun di dalam komunitas Gereja Katolik,” sambungnya lagi.

“Saya dan anak-anak tetap ingin di Gereja Katolik. Tetapi suamiku mogok dan tidak mau,” ujarnya

Kata Yesus kepada kedua belas murid-Nya, “Apakah kamu tidak mau pergi juga?”

Jawab Simon Petrus kepada-Nya, “Tuhan, kepada siapakah kami akan pergi? Perkataan-Mu adalah perkataan hidup yang kekal.”

Pengalaman umat tadi dan juga dari bacaan Injil hari ini menyadarkan kita bahwa mengikuti Yesus bukanlah perkara yang mudah.

Untuk sampai pada pengenalan akan Kristus dibutuhkan usaha pribadi dengan segala kebebasannya.

Tuhan Yesus pun menawari kebebasan itu. Mau ikut setia dengan-Nya atau pergi meninggalkan Dia.

Tidak perlu dipaksa, karena iman itu selalu tumbuh dalam kebebasan yang bertanggungjawab.

Justru ketika muncul paksaan, akan merusak pertumbuhan iman yang sebenarnya.

Seperti memecah kepompong dan menarik kupu-kupu keluar. Akibatnya adalah kematian dan kupu-kupu tidak akan pernah bisa terbang.

Apakah aku bisa menggunakan kebebasanku untuk semakin mengenal dan setia pada Tuhan?

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here