Menjadi Gereja yang Inklusif dan Inovatif: Arah Pastoral Keuskupan Agung Semarang 2018

0
2,891 views
Uskup Agung KAS Mgr. Robertus Rubiyatmoko melambaikan tangan kepada ribuan umat katolik usai menerima tahbisan episkopalnya di Lapangan Bhayangkara Akpol Semarang. (Mathias Hariyadi)

Pengantar

HARI-hari ini, umat Katolik disibukkan dengan persiapan Perayaan Natal. Sesudah itu, perayaan Pergantian Tahun. Di lain pihak, paroki-paroki pun disibukkan dengan pembuatan aneka program paroki.

Nah, mari kita simak inspirasi dari Mgr. Robertus Rubiyatmoko berkaitan dengan Arah Pastoral tahun 2018 ini. Semoga ii membantu kita semua untuk ikut ambil bagian dalam gerak dan dinamika Keuskupan Agung Semarang.

——————-

Lambang Keuskupan Agung Semarang yang baru

Saudara-saudari: para Romo, Bruder, Suster, Bapak, Ibu, Orang Muda, Remaja Dan Anak-anakku yang terkasih. Berkah Dalem. Saya harap Saudara-saudari semua dalam keadaan sehat dan bahagia karena rahmat Tuhan.

Saudara-saudari terkasih.

Sebagaimana telah kita ketahui bersama, gerak perjalanan iman Keuskupan Agung Semarang ditempatkan dalam Rencana Induk Keuskupan Agung Semarang 20 tahun ke depan. Hal ini menjadi kesempatan untuk bertolak ke tempat yang dalam, duc in altum, untuk mewujudkan peradaban kasih dalam masyarakat Indonesia yang sejahtera, bermartabat, dan beriman.

Membangun kesejahteraan

Secara khusus, pada tahun 2018 yang sebentar lagi akan kita jalani, kita akan mulai ikut ambil bagian dalam membangun kesejahteraan masyarakat. Ada pun tema yang akan diangkat adalah  “Menjadi Gereja inklusif, inovatif, dan transformatif yang bekerjasama sinergis dalam masyarakat multikultural mewujudkan kesejahteraan”.

  • Menjadi Gereja ‘inklusif’ artinya bahwa kita diajak untuk mewujudkan Gereja yang semakin ngrengkuh (membuka diri dan memeluk) dan terbuka akan keterlibatan banyak pihak, sekaligus ikut terlibat dengan usaha-usaha bersama untuk membangun Gereja dan bangsa kita.
  • Kata ‘inovatif’ menunjuk pada keberanian untuk mencari bentuk-bentuk pastoral yang baru dan nyata dalam membawa kesejahteraan masyarakat.
  • Melalui kata ‘transformatif’, sebuah ajakan dialamatkan kepada kita, yaitu mampu membawa perubahan yang baik bagi orang lain.
  • Sementara kata ‘sinergi’ berarti membangun kerjasama yang baik dengan banyak pihak.

Baca juga:

Saudara-saudari terkasih.

Tema yang hendak diperjuangkan selama tahun 2018 tersebut akan kita terjemahkan dalam aneka bentuk kegiatan pastoral. Pelaksanaan kegiatan-kegiatan pastoral ini akan dipusatkan pada tingkat kevikepan dan paroki. Namun semuanya tetap dalam koordinasi dengan Komisi-komisi yang tergabung dalam Dewan Karya Pastoral.

Karena itu perlu adanya komunikasi dan kerjasama yang sinergis/terpadu antara Komisi-komisi DKP, Komisi-komisi Kevikepan, dan tim-tim kerja Paroki. Dengan kerjasama yang terpadu ini, impian akan terwujudkan: Gereja yang inklusif, inovatif, dan transformatif semakin besar.

“Menjadi gereja inklusif”: dapat kita perjuangkan dengan ikut ambil bagian dan terlibat dengan seluruh komponen masyarakat. Misalnya: kerjasama di bidang budaya; terlibat dalam aneka kegiatan masyarakat dalam menangani masalah-masalah sosial: narkoba, ketidakadilan, dan pengrusakan lingkungan.

“Menjadi gereja yang inovatif”: akan tampak dalam bentuk-bentuk kegiatan pastoral yang menjawab kebutuhan nyata yang sedang dihadapi oleh umat beriman dan masyarakat.

Dalam dunia pendidikan, misalnya, dengan melakukan gerakan peduli pendidikan untuk siswa, dan peningkatan kesejahteraan karyawan dan guru. Berbagai bentuk dan cara baru bagi pelatihan dan kaderisasi berjenjang dan berkesinambungan dapat terus ditingkatkan.

Dari kegiatan ini diharapkan muncul generasi-generasi muda yang  militan dan siap untuk menjadi agen-agen perubahan dalam masyarakat umum.

Ini dapat dilakukan untuk mencapai tujuan “Gereja yang transformatif”, yaitu Gereja yang hadir dan berkiprah membawa pembaruan dan kemajuan masyarakat.

Untuk mencapai impian ini, kita harus berani hadir dan srawung, dengan membangun relasi dan kerjasama yang baik dengan pihak-pihak lain lintas agama, suku, budaya, dan profesi.

Singkatnya Gereja – ya kita semua ini – mesti terbuka dan membuka diri bagi perkembangan masyarakat yang sangat majemuk ini.

Mengenal Lambang Baru KAS bersama Uskup Agung Mgr. Robertus Rubiyatmoko (6)

Tujuan bersama

Saudara-saudari terkasih.

Tujuan yang hendak dicapai dengan kegiatan-kegiatan pastoral kita adalah terwujudnya kesejahteraan.

Di tingkat Dewan Karya Pastoral Keuskupan, tujuan ini diusahakan bersama-sama oleh komisi-komisi yang tergabung dalam rumpun kesejahteraan. Berbagai program telah dirancang dengan baik. Tentunya, program-program yang telah dirancang tersebut akan berjalan baik jika ada kerjasama yang terpadu/sinergi antar semua pihak, yaitu Komisi-komisi DKP, Komisi-komisi Kevikepan, dan Tim-tim Kerja Paroki.

Seperti telah saya sebutkan sebelumnya, pelaksanaan kegiatan-kegiatan pastoral ini akan dipusatkan di tingkat kevikepan dan paroki. Karena itu, peran para Vikaris Episkopal (Vikep) dan Pastor Paroki menjadi sangat penting untuk mengawal dan memastikan terlaksananya program kegiatan. Tentu saja keterpaduan akan semakin terjadi apabila kegiatan-kegiatan pastoral tersebut dikoordinasi dengan baik di tingkat keuskupan oleh Komisi-komisi DKP.

Dengan mekanisme ini diharapkan ada gerak bersama di seluruh KAS.

Mengenal Dekat Uskup Agung KAS Terpilih: Logo dan Motto Penggembalaan Mgr. Robertus Rubiyatmoko (5)

Beberapa hal pokok ingin saya garisbawahi di sini.

  • Pertama, terpenuhinya kebutuhan primer tahap pertama, yaitu sandang, papan, pangan. Sasaran strategis ini dapat diwujudkan dalam berbagai bentuk kegiatan. Misalnya, bedah rumah keluarga miskin, gerakan semenisasi. Gerakan ini akan semakin tertata ketika dilakukan sesuai dengan Pedoman Dasar dan Pedoman Pelaksanaan DANPAMIS dan DANA SOSIAL yang telah selesai disusun. Dimulai dari tingkat keuskupan dan diterjemahkan di tingkat paroki.
  • Kedua, terpenuhinya kebutuhan primer tahap kedua, yaitu pendidikan, kesehatan, dan kesempatan kerja. Berbagai kegiatan yang bisa dibuat untuk mencapai sasaran ini, misalnya gerakan WC-nisasi untuk setiap keluarga, bekerjasama dengan para pengusaha untuk menciptakan lapangan kerja, meningkatkan partisipasi pendidikan. Kesadaran akan kesehatan bisa dimulai, misalnya, dengan meningkatkan gerakan pengolahan dan penyajian aneka makanan dari sumber pangan lokal, serta penyuluhan pertanian. Dalam konteks ini, pembentukan dan pemberdayaan kelompok-kelompok tani memiliki peran yang besar.
  • Ketiga, keterlibatan Gereja dalam menangani aneka masalah sosial, khususnya narkoba. Negara kita ini sedang mengalami darurat narkoba. Kita harus ikut ambil bagian untuk meningkatkan kesadaran umat/keluarga akan bahaya narkoba, miras, dan segala bentuk penyakit masyarakat lainnya. Berbagai bentuk sosialisasi dalam berbagai kesempatan bisa digunakan untuk mendukung tercapainya tujuan ini.

Saudara-saudari terkasih. Seluruh dinamika tahun 2018 hendak kita tempatkan dalam berbagai kegaitan besar yang telah menanti kita, yaitu:

  • Ajakan Bapa Suci untuk memberi perhatian pada Hari Orang Sakit Sedunia, yang akan selalu kita peringati setiap Minggu Biasa ke-33;
  • Sinode Orang Muda yang akan terlaksana pada bulan Oktober 2018 di Roma;
  • Srawung (berkenalan dan bergaul akrab) Persaudaraan Sejati II yang akan diadakan pada tanggal 26-28 Oktober 2018.
  • Pilkada 2018: Pileg dan Pilpres.

Saudara-saudari terkasih.

Cita-cita luhur mewujudkan kesejahteraan hanya bisa kita raih,  ketika kita bersama-sama bergandengan tangan, berani keluar dari egoisme dan kemapanan-kemapanan yang telah mendarah daging.

Mari kita bersama-sama mencapai mimpi itu dengan bergerak keluar dan ambyur di tengah masyarakat dan menjadi bagian dari masyarakat.

Semoga Tuhan yang telah memulai karya yang baik dalam diri kita, menyelesaikannya pula. Berkah Dalem.

Ref: https://komsos.kas.or.id/

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here