Menjadi orang tua adalah pekerjaan paling memuaskan

0
228 views
Tuhan Yesus di Bait Allah

Bacaan 1: Yes 61:9-11

Injil: Luk 2:41-51

Menjadi orang tua merupakan “panggilan” dalam Kristiani. Banyak tantangan harus dihadapi dalam membangun rumah tangga bahagia. Apalagi orang tua pada masa sekarang menghadapi perbedaan zaman, terutama dalam hal berkomunikasi.

Kehidupan keluarga modern bisa saja lebih rumit dibandingkan zaman orang tua kita.

Setiap orang tua adalah pendidik yang utama dan pastinya menginginkan yang terbaik bagi anak-anak-nya.

Perawan Maria dipanggil bersama Yusuf untuk membangun Keluarga Kudus Nasaret, sebagai tempat lahirnya Sang Penebus, yaitu Tuhan Yesus. Secara tradisi mereka mendidik Yesus dengan kuat, seperti pergi ke Yerusalem setiap tahun untuk merayakan Paskah Yahudi.

Hari ini Gereja Katolik memadukan “Hati Tak Bernoda Santa Perawan Maria” dengan “Hati Kudus Yesus” yang kita rayakan kemarin. Sebuah relasi kuat antara keduanya sebagai ibu dan Anak.

Orang tua mana yang tidak sakit hati saat mendapatkan jawaban anaknya:

“Mengapa kamu mencari Aku? Tidakkah kamu tahu, bahwa Aku harus berada di dalam rumah Bapa-Ku?”

Dalam tradisi Jawa, dikenal budaya menghormati orang yang lebih tua termasuk orang tua sendiri yaitu, “tuwa tuwuh”. Salah satunya adalah cara menjawab pertanyaan orang tua, baik dari segi kata-kata, sikap (menunduk), tidak asal menjawab dan sebagainya.

Sebagai ibu yang rendah hati dan tulus dalam menjalankan misi sebagai Bunda Allah, Maria selalu menyimpan dalam hati segala hal yang ia tak pahami.

Hati Maria tak bernoda, tampak berlubang akibat tujuh luka tusukan pedang. Merupakan kiasan penghormatan pada tujuh sengsara Maria.

Ditinggal menyelinap Anaknya, tentu sangat direpotkan. Namun mereka tetap menjalani panggilan keluarganya dengan tulus dan sukacita.

Sebagai keluarga Allah, manusia tidak pernah ditinggalkan-Nya. Allah memiliki cara mendidik umat-Nya, sebagai anggota keluarga-Nya.

Bangsa Israel sebagai “Bangsa Terpilih” seringkali memberontak kepada Allah. Sehingga mereka harus “dididik” dalam pembuangan ke negeri asing. Namun bila saatnya tiba, mereka akan dijemput lagi dan diantar pulang ke negerinya yang penuh kelimpahan.

“Aku bersukaria di dalam TUHAN, jiwaku bersorak-sorai di dalam Allahku, sebab Ia mengenakan pakaian keselamatan kepadaku dan menyelubungi aku dengan jubah kebenaran, seperti pengantin laki-laki yang mengenakan perhiasan kepala dan seperti pengantin perempuan yang memakai perhiasannya.”

Itulah sukacita bangsa Israel saat kembali dari pembuangan.

Pesan hari ini

Menjadi orang tua adalah panggilan yang memuaskan sekaligus penuh tanggung jawab.

“Ketika masalah datang, keluargamu yang mendukungmu.”

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here