Orang Miskin Memperkaya Banyak Orang

0
791 views

“Sebagai orang berdukacita, namun senantiasa bersukacita; sebagai orang miskin, namun memperkaya banyak orang; sebagai orang tak bermilik, sekalipun kami memiliki segala sesuatu.” (2Kor 6,10)

MISKIN, namun memperkaya banyak orang. Hal ini menjadi pengalaman rohani St. Paulus dan juga pengalaman orang lain. Saya ingat kisah seorang tukang becak yang bernama Bai Fang Li, yang berasal dari Tiangjin, Tiongkok. Namanya cukup terkenal dan banyak diliput media masa, karena hidupnya yang unik.Hidupnya sederhanya: dia tinggal di sebuah gubug reyot yang bukan miliknya di daerah kumuh; tidak mempunyai harta banyak, selain sebuah kardus yang berisi baju tua dan selimut tambalan, piring seng dan tempat minum kaleng.

Dari jam 06.00 pagi sampai jam 20.00 malam, beliau hidup di atas sadel becaknya untuk melayani banyak orang yang membutuhkan bantuan transportasi. Beliau tidak memasang tarif dan menerima upah serelanya penumpang. Namun dia tetap ramah dan tersenyum kepada siapa saja. Dengan hasil kerjanya, sebetulnya dia bisa membeli makanan dan kebutuhan lain, namun hal itu tidak dia lakukan. Dia menggunakan uangnya untuk membayar sewa gubunya, untuk membeli 2 potong kue kismis  untuk makan siangnya dan membeli sedikit daging dan telur untuk makan malamnya. Selebihnya uangnya dia berikan kepada sebuah yayasan pendidikan anak-anak yatim dan tidak mampu.

Antara tahun 1987 hingga tahun 2005, Bai Fang Li telah memberikan bantuan dana sebanyak 350 ribu yuan atau sekitar 470 juta rupiah, agar anak-anak yang tidak mampu bisa mendapatkan pendidikan yang layak. Pada umur 90 tahun, beliau sudah tidak mampu lagi menarik becak; maka beliau memberikan dana terakhir sebesar 500 yuan atau sekitar 650 ribu rupiah. Beliau akhirnya meninggal pada usia 93 tahun dalam kemiskinannya.

Bai Fang Li adalah salah satu dari sekian banyak orang miskin. Orang miskin ada dimana-mana, termasuk di sekitar tempat kita tinggal. Mereka miskin dalam hal materi atau harta benda. Ada yang miskin karena malas dan tidak mau bekerja; ada yang miskin karena gagal dan bangkrut dalam usaha; ada yang miskin karena ceroboh dalam sikap dan perilaku, entah judi atau kebiasaan buruk lain.

Namun ada yang miskin karena keputusan hidup yang diambil dengan sadar dan bebas, seperti dialami oleh Bai Fang Li. Dengan sadar dia mau hidup miskin, yakni hidup seadanya dan tidak mempunyai kelekatan terhadap materi atau harta benda. Dia miskin, karena hartanya diberikan kepada orang lain dengan suka rela dan ikhlas. Dia miskin, agar orang lain kaya: kaya dalam ilmu dan pengetahuan, khususnya anak-anak yang tidak mampu. Orang miskin bukanlah obyek untuk melakukan karya karitatif. Orang miskin pun mempunyai potensi untuk berbagi dan memperkaya orang lain.

Sejauh mana semangat kemiskinan itu saya hayati dalam hidupku? Dan bagimana sikapku terhadap orang miskin yang sesungguhnya? Berkah Dalem.

Kredit foto: Ilustrasi (Ist)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here