Papua: 50 Tahun STFT Fajar Timur, Tempat Para Frater Calon Imam Belajar Filsafat dan Teologi (1)

0
1,191 views
Para Uskup dan imam lainnya dalam perayaan 50 tahun STFT Fajar Timur di Abepura Papua. (Theresia Veni)

“BERAKAR dalam Injil dan Bertumbuh dalam Budaya”. Demikian tema besar pesta emas    HUT 50 tahun Sekolah Tinggi Filsafat Teologi (STFT) Fajar Timur di Abepura, Jayapura, Papua. Inilah lembaga pendidikan tinggi formal dimana para frater calon imam di Papua belajar dua ilmu sekaligus yakni filsafat dan teologi sebagai prasyarat dasar untuk bisa menjadi imam tertahbis.

STFT di Papua ini mengambil nama “Fajar Timur” dan berlokasi di Abepura.  Sepertinya nama tersebut itu sangat pas dengan lokasi geografis  dimana lembaga pendidikan ini berada yakni di bagian paling timur Indonesia dimana diharapkan memancarkan cahaya dari Timur.

STFT Fajar Timur di Abepura ini berdiri pada  tanggal 10 Oktober 1967 dan dibesut bersama oleh tiga pemimpin Gereja Katolik di Papua saat itu yakni  Mgr. Herman Tillans MSC (Uskup Keuskupan Agung Merauke), Mgr. Dr. Rudolf Staverman OFM  (Uskup Keuskupan Jayapura),  dan Mgr. Petrus van Diepen OSA  (Uskup Keuskupan Manokwari- Sorong).

Misa syukur dengan empat uskup

Misa syukur peringatan jubelium 50 tahun STFT Fajar Timur di bulan Oktober 2017 ini telah berlangsung meriah pada hari Selasa, tepat tanggal 10 Oktober lalu. Mengambil tempat di Kampus Yerusalem Baru Abepura, perayaan meriah ini dihadiri oleh empat orang Uskup di Papua dan ratusan mahasiswa dan umat katolik setempat.

Perayaan syukur peringatan 50 tahun ini ini berbeda dari perayaan tahun sebelumnya. Misa syukur konselebran bersama empat uskup mengawali puncak peringatan secara liturgis atas  lahirnya sekolah calon imam bagi para frater di Papua.

Sejauh ini, STFT Fajar Timur telah  meluluskan 237 alumni. Sebagian besar mereka adalah para imam praja, Fransiskan, MSC,  dan OSA. Keempatnya berkarya di empat Keuskupan se-Papua.

Tugas pastoral di Papua

Dalam renungan singkatnya, Mgr. Aloysius Murwito OFM dari Keuskupan Agats mengingatkan kembali tujuan berdirinya lembaga pendidikan tinggi bagi para frater calon imam yang  sedari tahun 1967 diberi label STFT Fajar Timur.  Menurut mantan Provinsial OFM ini, pendirian lembaga pendidikan tinggi calon imam  di Tanah Papua ini tak lepas dari tugas pengutusan mewartakan Injil dan itu juga berlaku di Tanah Papua.

Tugas pengutusan pastoral itu mengusung motto: “Jadikanlah mereka Murid-Ku”.

Kehadiran lembaga pendidikan imam ini ibarat tanah yang kemudian disebari bibit agar bersemi-tumbuh sehingga berbunga dan berbuah lebat hingga dinikmati banyak orang.

STFT Fajar Timur merupakan tanaman dan kebun yang dipakai Tuhan dalam membangun relasi iman antara umat dengan Tuhan. Dan kebun itu adalah umat yàng mau mendengarkan dan mengolah agar persemaian bibit itu tumbuh berkembang dan berbuah sebagaimana layaknya diharapkan.

Kehadiran STFT Fajar Timur di Abepura ini jelas membutuhkan tenaga-tenaga andal untuk program pengajaran dan  pendampingan agar para frater calon imam itu bisa  hmemperoleh pemahaman komprehensif tentang tugas pastoralnya. Ini penting, kata Mgr. Aloysius Murwito OFM, agar para calon imam tertahbis ini  menghasilkan sesuatu yang berguna dan membawa umat pada jalur hidup kristiani yang baik serta memuliakan nama Tuhan.

Berkembang pesat

Kepada ratusan audiens, Bapak Uskup Keuskupan Agats Mgr. Aloysius Murwito OFM menjelaskan bahwa di usianya yang ke-50 tahun ini, STFT Fajar Timur di Abepura telah melalui jalan panjang untuk menjadi semakin maju dan berkembang. Di hadapan para tamu undangan –di antaranya Sekda Herry Dosinaen mewakili pemerintah setempat dan umat se Dekenat Jayapura, Mgr. Murwito OFM menegaskan, awalnya lembaga pendidika filsafat dan teologi ini hanya memiliki tiga orang mahasiswa.

“Dulu tiga orang frater diajari oleh tiga dosen ketika masih ada Seminari Tinggi di Dok 5 Jayapura. Dari tiga frater lalu bertambah jadi 10 orang . Dari 10 lalu naik jumlahnya hingga  50 orang. Dari waktu ke waktu, tahun ke tahun, dari semula hanya tiga orang itu lalu bertambah hingga saat ini STFT Fajar Timur telah meluluskan 237 alumni. Inilah misteri, karya Tuhan bagi kita semua,” terang Mgr. Murwito OFM.

Inilah ibarat sebuah kebun tanaman yang telah tumbuh berkembang dan berbuah lebat. Eksistensi  50 tahun STFT Fajar Timur patut disyukuri.

Masih banyak tantangan

Menurut Mgr. Murwito OFM, masih ada banyak kawasan di Tanah Papua yàng masih terlupakan, belum disentuh oleh pewartaan injil, banyak terisolasi. Banyak  daerah terlupakan. Di sinilah putera puteri STFT harus bisa menumbuhkan diri dengan ketekunan, ketaatan, kerajinan dengan melatih kepekaan dan tak gampang putus asa. “Seluruh alumni diharapkan jadi pewarta yang kreatif, mencari dan menawarkan berbagai alternatif,” kata mantan Provinsial Ordo Fransiskan ini.

Uskup Agats ini mengakui bahwa “Kita belum berkerja maksimal seperti ‘Tukang Kebun Abadi’ Yesus Kristus Tuhan kita.” Itulah sebabnya masih ada kebun yang tak terawat, tak disiangi, dimakan hama namun juga tidak diobati. (Berlanjut)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here