Paroki St. Lukas Pemalang, Keuskupan Purwokerto: Misa untuk Orang Sakit dan Seminar Kesehatan

0
861 views
Seminar kesehatan dan cinta untuk OMK Paroki St. Lukas Pemalang, Keuskupan Purwokerto, Jateng. (Ist)

PAROKI Santo Lukas Pemalang bekerjasama dengan Tim Kerja Kesehatan, DPP, dan OMK-KKMK pada hari Minggu, 12 Februari 2017 mengadakan Misa Orang Sakit, pemeriksaan kesehatan gratis, dan seminar tentang “Love, Dating and Sex”. Misa Orang Sakit dilaksanakan pada hari Minggu.  Di dalamnya ada penerimaan Sakramen Pengurapan Minyak Suci untuk mereka yang sakit fisik dan lansia.

Ada lebih dari 50 orang yang menerima sakramen penyembuhan ini. Sukacita dan kegembiraan dirasakan oleh umat dan mereka yang sakit karena suasana kebersamaan dalam perayaan ekaristi ini. Mereka yang sakit tidak menjadi objek tapi justru merasakan kesamaan dengan mereka yang sehat, menjadi saudara.

Usai misa, diadakan seminar tentang “Love, Dating, and Sex” khusus untuk OMK dan KKMK. Seminar tersebut dihadiri 48 peserta dengan narasumber dr. Oktavianus Glennarda  Sp.KK dan Ibu Palupi Medisiswanti M.Psi, dan Romo Frans Kristi Adi Prasetya. Seminar ini dalam rangkaian acara kegiatan menyambut Hari Ulang Tahun paroki dan Hari Orang Sakit Sedunia ke-25 (11 Februari). Acara ini dimoderatori oleh Ibu Ratih.

Sebelum masuk pada inti seminar, peserta diajak untuk menyanyikan lagu Indonesia Raya, kemudian dilanjutkan dengan doa pembukaan, sambutan ketua penyeleggara dr. Andi Surjanto dan sambutan romo paroki Rm. Frans Kristi Adi Prasetya, Pr.

Bicara seks bukan tabu

Sesi pertama disampaikan oleh dr. Oktavianus Glennarda T., Sp.KK

Pada presentasi, dr. Glenn memaparkan bahwa kebutuhan manusia terdiri dari 4 (empat) aspek, yaitu fisik (sandang, papan, pangan); sosial (berorganisasi, berteman); rohani (hubungan dengan Tuhan, ibadah) dan biologis (mewarisi keturunan). Salah satu aspek yang diulas oleh dr. Glenn adalah aspek biologis (seks).

Banyak orang yang masih menganggap seks sebagai hal yang tabu untuk diperbincangkan. Namun, sebaliknya sangat penting pemahaman tentang seks agar masyarakat khususnya anak remaja mengetahui fungsi organ seks, dapat bertanggungjawab,  dan panduan menghindari penyimpangan dalam berbuat seks. Dijelaskan lebih lanjut bahwa hubungan seks tidak dengan satu pasangan beresiko terinfeksi penyakit menular seksual, seperti gonore, sifilis, ulkus mole herpes genitalis, kandidiasis, vulvovaginalis, trikomoniasis, kondiloma akuminata dan AIDS. Penyakit menular seksual ini sangat berbahaya dan berisiko sampai pada kematian.

Diawali dengan pertanyaan: apa itu LDS? Apa yang membedakan laki-laki dan wanita?

Ibu Palupi Medisiswanti, M.Psi memulai sesi kedua yang membahas tentang love vs seks. Menurut Ibu Palupi, remaja dibagi menjadi 3 (tiga) masa:  masa remaja awal (10-13 tahun), masa remaja tengah (14-16 tahun) dan masa remaja akhir (17-19 tahun).

Ini adalah masa dimana seorang remaja sudah mulai mengenal dan tertarik dengan lawan jenis dan juga mulai timbul rasa ingin tahu akan sesuatu. Kondisi ini tentu saja sangat rentan dengan perilaku menyimpang jika tidak didampingi dan dibimbing dengan baik.

Salah satu contoh bentuk penyimpangan yang dilakukan adalah seks bebas. Banyak remaja yang beranggapan dengan melakukan hubungan seks maka dapat diartikan sebagai pembuktian bahwa ia mencintai pasangannya, sehingga tak jarang bersedia melakukan hubungan seks pra-nikah.

Pemahaman ini jelas salah kaprah, karena tindakan tersebut justru mengarah pada seks bebas yang akibatnya dapat terjadi kehamilan di luar nikah, penyebaran penyakit, aborsi dan pembunuhan bayi. Sedangkan bahaya kehamilan tidak diinginkan pada remaja ialah kehilangan kesempatan meniti karir, putus sekolah dan pernikahan dini yang tidak terencana. Di samping itu, konsekuensi yang didapat dari seks bebas adalah citra diri negatif, identitas diri cenderung kabur, tidak mampu menyesuaikan diri, dan kegagalan prestasi sekolah.

Moral kristiani

Sesi ketiga yaitu mengenai seks menurut moral kristiani disampaikan oleh Rm. Frans Kristi AdiPrasetya, Pr.

Dalam penyampaian bahasan, Rm. Kristi mengawali dengan memutarkan film pendek berjudul Fitri karya Sidi Saleh. Film yang mengisahkan tentang pekerja seks komersial muda belia yang ingin pulang kampung untuk merayakan Hari Raya Idul Fitri.

Berbicara mengenai seks menurut moral kristiani, dipaparkan bahwa seksualitas manusia adalah sesuatu yang baik (kej 2:24 “Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya menjadi satu daging.”).

Satu daging artinya suami istri yang didasari oleh cinta. Ditegaskan juga di dalam iman kristiani hubungan seks di luar nikah adalah seks tanpa komitmen, bukan ekspresi rasa cinta yang sesungguhnya. Hubungan seks yang sah hanya bisa dilakukan bila seorang pria dan wanita bersedia untuk menjadi satu tidak hanya secara fisik tetapi juga secara psikis dengan memikul tanggungjawab terhadap masing-masing pasangannya.

Menutup presentasi, Rm. Kristi menyampaikan 4empat kesimpulan, sebagai berikut :

  • Seksualitas manusia adalah bagian dari ciptaanTuhan yang indah.
  • Namun, dorongan seksual juga bisa dimanfaatkan roh jahat supaya manusia jatuh dalam dosa.
  • Hubungan seksual : satu daging merupakan prokreasi dan intimitas suami istri.
  • Pacaran adalah saat orang belajar untuk setia pada komitmen.

Di akhir presentasi, masing-masing narasumber memberikan pertanyaan bagi peserta dan begitu juga sebaliknya. Setelah pertanyaan dari narasumber, peserta diberi kesempatan untuk bertanya. Selama seminar berlangsung para peserta terlihat antusias mendengarkan dan bertanya. Hal ini terbukti selama proses tanya jawab terjadi interaksi dua arah.

Seminar selesai sekitar pukul 13.00 WIB dengan diakhiri doa penutup oleh Br. Christoforus Sukarman, FIC yang kemudian dilanjutkan makan siang.

ilaporkan oleh Yohana Yulita Istriyani (komsos Paroki St. Lukas Pemalang)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here